Books ”AROMA SAKE”
Judul Asli : THE SCENT OF SAKE
Copyright © 2009 by Joyce Lebra
Penerbit GagasMedia
Alih Bahasa : Gema & Wirawan Sukarwo
Editor : Ayuning & Gita Romadhona
Proofreader : @ceriamawardi
Desain sampul : Dwi Anissa Anindhika
Cetakan I : Maret 2012 ; 548 hlm
Rate : 3 of 5
Tema seputar kehidupan kaum wanita Asia terutama sebelum abad ke-20 senantiasa menarik untuk disimak. Budaya, adat istiadat serta norma-norma sosial yang merupakan aturan baku bagi setiap anggota masyarakat terhormat, wajib dipatuhi dan dilaksanakan tanpa pernah mempertanyakan kelayakan atau pun kehendak pribadi. Bahkan untuk kaum wanita, mereka dapat dikatakan tidak memiliki hak ‘suara’ sekalipun untuk menentukan jalan hidup pribadi. Wanita merupakan pendamping dan pendukung kehendak serta kehormatan para pria, terutama pasangan hidup masing-masing, serta bakti kepada keluarga adalah sesuatu yang sangat mutlak harus dipenuhi.
Kisah ini tentang sosok gadis bernama Rie Omura, dari keluarga besar Omura yang terkenal sebagai penghasil sake ternama di wilayah Jepang. Secara turun temurun resep serta ramuan rahasia dijaga, dan kualitas sake keluarga Omura tak perlu diragukan lagi, bahkan dikabarkan akan dinominasikan sebagai sake no. 1 di Jepang. Sebagaimana sebuah keluarga besar dan terpandang, mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya demi masa depan dan kehormatan keluarga, terutama menyangkut pewaris bisnis tersebut. Namnu tragedi menyedihkan menimpa mereka, ketika putra tunggal serta pewaris kerajaan bisnis itu tewas semasa kanak-kanak akibat kecelakaan tragis. Tinggal satu orang keturuna, sang kakak, gadis bernama Rie Omura.
Rie bukan gadis biasa, karena ia memiliki kecerdasan serta perhatian tinggi terhadap bisnis keluarga. Ia mampu memikirkan berbagai solusi seputar kegiatan serta pekerjaan, memiliki disiplin dan rasa ketertarikan yang besar untuk mengetahui seluk-beluk bisnis keluarganya. Sayang sekali, sebagai seorang wanita, ia dilarang untuk ikut campur dalam pekerjaan ‘pria’. Maka jalan tengah demi menyelamatkan masa depan bisnis, dilakukan ‘pengangkatan-suami’ bagi Rie, yang akan diadopsi dan dilatih untuk meneruskan bisnis mereka. Calon suami serta pewaris bisnis Omura dipilih secara hati-hati dan dengan pertimbangan masak, semuanya demi kepentingan serta masa depan keluarga besar Omura. Hanya satu hal yang kurang, kedua orang tua Rie tak pernah memberi kesempatan bagi putri mereka untuk mengeluarkan isi hatinya yang terdalam.
Rie akhirnya menikah dengan Jiheri – putra pedagang ternama, yang dianggap kandidat yang paling layak. Namun Rie tak pernah menyerahkan hatinya kepada pria yang asing, kasar dan tak pedulian, apalagi ia sudah terlanjur jatuh hati pada pria lain, putra pedagang yang tak masuk dalam perhitungan sebagai kandidat penerus bisnis Omura. Kehidupan pribadi Rie segera mengalami perubahan besar, ia tak pernah menyukai ‘berhubungan’ dengan sang suami, bahkan seiring dengan waktu ia justru kehilangan rasa hormat sera respek terhadap pria yang dianggapnya tak memiliki perhatian dan minat sedikit pun terhadap bisnis keluarga Omura. Maka Rie mencari jalan keluar dimana ia bisa memberikan kontribusi serta turut menentukan kemana bisnis mereka akan berjalan, dengan memanfaatkan aneka muslihat. Meski seorang wanita, terbukti ia memiliki otak brilian dibandingkan para pria di kediaman Omura.
Di sisi lain, Jihei – sang suami, yang merasakan dirinya ‘terbelunggu’ dengan aneka aturan serta tuntutan tiada henti dari pihak keluarga Omura, mencari pelarian di luar kediamannya. Ia menghabiskan waktu untuk mabuk serta bersenang-senang dengan para geisha. Karena di tempat-tempat seperti itulah ia mampu memperoleh kembali harga dirinya. Di tempat-tempat seperti inilah ia dianggap dan dipanggil sebagai Tuan Jihei Terhormat – bukan sekedar anak adopsi keluarga Omura. Hubungan antara Jihei dan Rie semakin memburuk, apalagi ketika Rie keguguran saat kehamilan pertama, disusul kehamilan geisha peliharaan Jihei, yang berbuntut pada adopsi sang bayi hasil hubungan gelap itu untuk diambil dan dididik sebagai calon pewaris keluarga Omura. Ketenangan yang tampak diluar keluarga ini, menyembunyikan aneka gejolak pribadi antar penghuninya. Hingga Rie yang sakit hati akibat perlakuan Jihei, melakukan balas dendam dengan caranya sendiri. Rie tak memperdulikan hal lain kecuali membaktikan segenap jiwa serta waktunya demi kelangsungan kehormatan keluarga Omura.
Kisah ini merupakan melodrama tentang kehidupan sosok wanita yang terbelenggu oleh aturan serta tradisi, namun memiliki segala kelebihan yang diharapkan pada sosok pria sebagai calon pewaris bisnis keluarga terpandang. Masalah perbedaan genre merupakan tema utama dalam kisah ini, namun alih-alih mengupas segala penderitaan sosok Rie Omura, penulis juga menggambarkan sisi lain serta kelemahan kaum pria yang seharusnya menjadi penopang keluarga, justru terpuruk dalam lingkaran ketidak-puasan akibat kesuksesan yang diraih oleh kaum wanita.
Iri, dengki, sirik, kesombongan, keangkuhan, serta rasa ego yang tinggi, mewarnai kehidupan sosok keluarga pekerja ini. Di Jepang, kasta tertinggi ditempati kaum bangsawan, kemudian para shogun hingga samurai. Golongan pedagang serta pekerja berada di bawahnya, namun keluarga pembuat sake yang besar seperti keluarga Omura menempati tempat khusus, tidak dapat dimasukan golongan rendah namun tidak pula memperoleh pengakuan di kalangan atas, meski dari segi keuangan rata-rata mereka lebih kaya dari para shogun serta samurai. Kemudian ada pula kelompok penghibur, para geisha yang juga menempati posisi unik dalam tatanan masyarakat.
Untuk beberapa keluarga terhormat, kaum geisha merupakan golongan yang sangat rendah, namun para Tuan Tanah serta Pimpinan Keluarga tak akan pernah lepas dari hiburan rutin yang dijalin antara mereka dengan para geisha. Kisah ini menyajikan banyak hal, namun patut disayangkan sang penulis hanya mengupas ‘sisi-luar’ dari masalah-masalah yang timbul. Hingga kesan akhir setelah selesai membacanya, hampir tiada bedanya dengan membaca kisah drama ala telenovela, tanpa adanya ‘greget’ khusus yang mampu meninggalkan kesan mendalam pada masing-masing karakternya.
Tentang Penulis :
Joyce Chapman Lebra, adalah seorang penulis sekaligus menjabat sebagai profesor di Universitas Colorado, Amerika Serikat, yang mendalami bidang seputar kebudayaan serta peran wanita di kawasan Jepang, India serta Asia Pasifik. Beliau juga menetap di Jepang dalam jangka waktu yang cukup lama, sambil menghasilkan hampir dua puluh karya tulis non-fiksi. Ingin tahu lebih mendalam tentang penulis serta karya-karya lainnya, silahkan berkunjung di : Situs Joyce Lebra | Wikipedia
Best Regards,