Books “PASANGAN
SEMPURNA”
Judul Asli : PERFECT MATCH
Text Copyright © 2002 by Jodi Picoult
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Cetakan I : Mei 2010 ; 504 hlm
Rate : 3,5 of 5
Sejak jaman dahulu kala hingga
melampaui masa milenium, manusia hidup dalam berbagai tatanan serta aturan
norma-norma kehidupan, yang membatasi dan memberikan pedoman tentang apa yang
boleh dilakukan dan hal yang harus dihindari. Jika mereka melanggar
aturan-aturan tersebut, maka mereka akan masuk dalam kategori ‘pelanggar hukum’
yang akan dijatuhi ‘vonis-bersalah’ dan wajib menjalani hukuman yang telah
ditetapkan. Seiring dengan perkembangan waktu, peraturan hukum serta
perundang-undangan semakin bertambah, dibuat dan diterapkan demi keadilan serta
menjaga hak-hak serta kewajiban manusia. Meski demikian, manusia juga
berkembang, semakin pandai dalam mencari berbagai celah guna menyelewengkan
hukum yang berlaku demi keuntungan pribadi. Hukum serta keadilan bagai sebuah
mata uang logam yang memiliki dua sisi, hitam dan putih yang hampir tidak dapat
dibedakan satu sama lainnya.
Kisah ini tentang sepasang anak manusia yang berusaha mencari kebenaran
serta keadilan dalam tatanan kehidupan manusia yang beradab. Namun akhlak serta
hati nurani menjadi sesuatu yang sulit ditentukan kebenarannya, terutama ketika
masing-masing pihak memiliki persepsi pribadi yang berbeda. Caleb dan Nina
Frost adalah contoh keluarga yang harmonis dan bahagia. Caleb menjalani hidup
sebagai suami, ayah dan pekerjaannya di bidang perajin batu. Sedangkan Nina
yang aktif dan lincah, cukup mampu membagi waktunya sebagai istri serta ibu
bagi Nathaniel, sekaligus sebagai Nina Frost – asisten jaksa yang gigih
memperjuangkan keadilan bagi anak-anak yang mengalami kasus pelecehan seksual
serta teraniaya. Kehidupan mereka merupakan salah satu hal yang menjadi bahan
perbincangan serta rasa iri pasangan lain. Hingga pada suatu, sebuah badai
muncul secara tiba-tiba yang mengguncang keseluruhan kenyamanan dan keamanan
kehidupan yang mereka jalani.
[ source ] |
Nathaniel Frost – bocah berusia lima tahun, sebuah mukjijat yang
dihantarkan kepada pasangan Frost, mengingat sejarah kesehatan Nina yang tidak
memungkinkan dirinya hamil, telah hadir membawa keceriaan tersendiri bagi
keluarga serta semua kenalan mereka. Namun suatu pagi, bocah yang lincah, ceria
dan penuh semangat, berubah hampir 180 derajat. Tidak mau berbicara, pendiam,
menutup diri, mendadak mengompol di usia lima tahun, dan melakukan aksi
perusakan serta kekerasan terhadap teman-teman di sekitarnya. Dokter keluarga
tidak mampu mendeteksi penyakit tertentu, hingga Nathaniel dibawa kepada
seorang psikiater, dan vonis yang keluar mengguncang Caleb serta Nina :
Nathaniel adalah korban pelecehan seksual dan mengalami trauma cukup berat.
Caleb tidak dapat menerima hal ini, ia bahkan menyangsikan hasil
pemeriksaan sang psikiater. Namun Nina yang telah melihat gejala serupa pada
sekian banyak anak-anak korban pelecehan seksual, yakin bahwa bocah mungil
kesayangannya telah mengalami hal serupa. Reaksi Caleb yang menutup diri dan
menyangkal hal tersebut, bertolak belakang dengan Nina yang bersikeras mencari
tahu siapa yang bertanggung jawab atas perbuatan tersebut, apa pun caranya.
Permasalahannya, Nathaniel menderita trauma yang membuatnya tak mampu berbicara
sepatah kata pun, ia membisu, padahal satu-satunya saksi adalah dirinya. Nina
mencari jalan demi menembus awan gelap yang menutupi bocah kesayangannya, meski
hal itu membuatnya harus bertengkar dengan Caleb atas segala keputusan yang
diambil, semuanya atas nama Nathaniel. Dan bagaimana jika Nina akhirnya
mengambil langkah drastis demi memperjuangkan masa depan Nathaniel, sebuah
langkah yang membuatnya berada diluar sistem, karena ia menuntut keadilan bukan
atas nama hukum melainkan sebagai tindakan balas dendam dan keamanan masa depan
orang-orang yang ia kasihi ...
[ source ] |
Dengan piawai penulis menuntun para pembaca untuk mengikuti perjalanan
serta perjuangan sosok Nina Frost, sebagai asisten jaksa yang selalu berperan
menjadi pembela kebenaran serta keadilan bagi para korban yang tak mampu mengeluarkan
suaranya terhadap para predator. Kemudian Nina harus menhadapi kenyataan ketika
dirinya menjadi seorang ibu dari bocah pujaan hatinya, yang menjadi korban dan
akan selamanya memiliki luka trauma di dalam kehidupannya. Melalui sosok Nina
yang idealis serta memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu yang
diyakininya, pembaca akan dibawa pada pergulatan yang dijalaninya saat hukum
tidak senantiasa berjalan sebagaimana mestinya. Saat keadilan yang dituntut
justru membebaskan para pelaku kejahatan dan membuat para korbannya semakin
terpuruk. Dan tiada korban yang lebih rentan daripada anak-anak yang menjadi
korban penganiayaan serta pelecehan seksual. Anak-anak ini harus ‘memperjuangkan’
hak mereka dihadapan hukum, berhadapan dengan puluhan orang dewasa yang
mempertanyakan kebenaran, memberikan luka trauma yang semakin dalam pada para
korban yang sudah terluka sedemikian dalam. Luka batin serta mental yang tak
nampak, sangat sulit untuk pulih apalagi jika lingkungan sekitar tidak
mendukung proses pemulihan tersebut.
“Dulu aku juga mengira aku bisa mengerti penderitaan para korban karena aku juga seorang ibu. Kupikir itulah yang membuatku hebat dalam pekerjaanku. Aku salah tentang keduanya.Dan kini aku bersaksi bukan sebagai Nina Frost sang asisten jaksa, bukan sebagai Nina Frost korban tak bersalah, namun sebagai ibu dari Nathaniel – bocah usia lima tahun yang belum bisa membela dirinya sendiri”
[ source ] |
Menyinggung dunia para pekerja sosial dan pejuang keadilan bagi
suara-suara korban mungil yang acapkali dianggap tidak kompeten dalam
memberikan kesaksian bagi ketidak-adilan yang terjadi pada diri mereka, penulis
mencoba menyajikan gambaran suasana yang mampu menyentuh hati setiap pembaca
terutama para ibu dan orang tua. Dengan menggunakan sosok Nathaniel sebagai
salah satu narator kisah ini, memberikan gambaran sudut pandang bocah yang
sangat cerdas namun tak mampu berkomunikasi dengan dunia normal, tak mampu
memahami mengapa ia tak bisa berbicara tentang sesuatu yang menjadi beban berat
di hatinya, tak mampu mengendalikan dirinya saat kemarahan mendadak muncul, tak
mampu mencegah peristiwa yang terjadi di depan matanya, saat kedua orang tuanya
bertengkar dan bertengkar, tiada satu pun yang memahami maksud serta
keinginannya. Sudut pandang Nathaniel yang membuatnya semakin ‘membisu’ tatkala
ia mendapati bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulutnya justru membuat
keluarganya semakin terpisah dan terpecah. Dalam benak Nathaniel, seluruh
kejadian adalah kesalahannya, ia yang menyebabkan ayah dan ibunya tidak
bahagia, sehingga ia memutuskan ‘melarikan-diri’ dari semua keruwetan yang
terjadi.
Jodi Picoult terkenal akan novel-novelnya yang bertemakan konflik serta
isu seputar sosial budaya, kultural serta kehidupan keluarga. Mulai dari
kehidupan masyarakat Amish hingga perjuangan ‘single-parent’ semuanya ditulis
berdasarkan pengalaman pribadi serta pengamatan dari kehidupan nyata yang
terjadi disekelilingnya. Novel ‘Perfect Match’ adalah salah satu contoh
karyanya yang mampu menjungkir-balikan emosi pembaca, menempatkan kita pada
berbagai posisi, dari sudut pandang Nathaniel dan sudut pandang Nina.
Melibatkan berbagai karakter pendukung yang juga digambarkan memiliki konflik
pribadi masing-masing, Patrick – sahabat karib Nina yang selalu mencintai
dirinya semenjak kanak-kanak, Caleb – suami tercinta yang justru semakin
menjauh saat Nina membutuhkan dukungannya, karena dirinya memiliki prinsip
hidup yang berbeda, meskipun sama-sama bertujuan melindungi Nathaniel.
Pergulatan akan pencarian makna kebenaran serta keadilan yang berada pada sisi
kelabu, sulit menentukan pada sisi mana kita akan berpihak. Masing-masing
memberikan argumentasi serta alasan yang cukup kuat atas berbagai tindakan serta
keputusan yang diambil. Pada akhirnya, sang penulis mengajak kita untuk
mempersiapkan diri menghadapi apa pun, karena tiada ada yang sanggup memahami
situasi serta kondisi di saat badai menghantam kehidupan kita masing-masing.
Tiada yang sanggup menilai mana yang benar dan mana yang salah, jika kita tidak
berada pada posisi yang sama.
“Kalau kita diserang tanpa alasan, kita harus membalas serangan itu dengan sangat keras; aku yakin kita harus melakukannya – dengan keras sekali untuk memberi pelajaran bagi orang yang menyerang kita supaya tidak pernah melakukannya lagi.” __Charlotte Bronte, Jane Eyre [ Perfect Match | p. 13 ]
Tentang Penulis :
Jodi Picoult, lahir pada tahun 1966 dan semenjak remaja sudah bercita-cita menjadi seorang penulis. Ia menerima gelar A.B.jurusan creative writing dari Princenton University dan gelar master bidang pendidikan dari Harvard University. Pada tahun 2003, beliau menerima penghargaan New England Book Award untuk karya fiksi. Sampai tahun 2006, sudah 13 novel yang diterbitkan dan sebagian besar temanya membahas tentang konflik keluarga, hubungan pribadi, perjuangan akan cinta serta konflik sosial budaya. Saat ini Jodi tinggal di New Hampshire bersama suami serta ketiga buah hatinya.
Jodi Picoult, lahir pada tahun 1966 dan semenjak remaja sudah bercita-cita menjadi seorang penulis. Ia menerima gelar A.B.jurusan creative writing dari Princenton University dan gelar master bidang pendidikan dari Harvard University. Pada tahun 2003, beliau menerima penghargaan New England Book Award untuk karya fiksi. Sampai tahun 2006, sudah 13 novel yang diterbitkan dan sebagian besar temanya membahas tentang konflik keluarga, hubungan pribadi, perjuangan akan cinta serta konflik sosial budaya. Saat ini Jodi tinggal di New Hampshire bersama suami serta ketiga buah hatinya.
[ more about the author and her works, check on here : Jody Picoult's Site | Jodi Picoult's Site (UK) on Wikipedia | Movies Adaptations ]
~ Postingan Review ini diikut-sertakan dalam EVENT POSTING BERSAMA BBI Tema : PEREMPUAN ~
Best Regards,
* Hobby Buku *
Jodi emang paling jago ngangkat isu2 sosial macem gini ya..aku belum nemu bukunya yg bener2 aku suka sih, mba, karena rata2 karakternya agak kurang sreg di aku... mudah2an aku sempet baca yg satu ini..
ReplyDeleteBaca ini emosi jadi campur aduk. Susah untuk nggak bersimpati pada Nina.
ReplyDeleteHuwaaa.. aku baca bukunya yg My Sister Keeper aja ga tahan, pengen nangis terus, ga tegaaaa~ apalagi ini. Baca reviewnya aja mau mbrebes T.T
ReplyDeleteAww aku suka deh model novel yg kyk bgini :3 thx for the review :3
ReplyDeletewuah baca JP cuma baru MSK.... kayaknya yang ini menarik yah kak
ReplyDeleteKayaknya aku harus membaca Jodi Picoult deh. Senngaknya yang ini... Ih kayaknya dia keren ya, udah baca dua review dalam semalam tentang buku doi. Is this the universe way to tell me ?? *lebay
ReplyDeletehmmm.... ini review kenapa bikin nyesek gini :'( pengen bacaaa.... >.<
ReplyDeletejody mah emang keren2 bukunya hehe
ReplyDelete