Translate

Sunday, March 31, 2013

Books "DREAMS OF JOY"



Books “IMPIAN JOY”
Judul Asli : DREAMS OF JOY
Copyright © 2011 by Lisa See
Penerbit Gradien Mediatama
Alih Bahasa : Martha Pratana
Editor : Mariani Sutanto & Ang Tek Khun
Desain sampul : Heavenly-illusioniz Studio
Cetakan I : Februari 2013 ; 520 hlm
Rate : 4 of 5
[ Review in Bahasa Indonesia & English ]

“Ma, aku tidak tahu lagi siapa diriku ini. Aku juga tak bisa memahami negeri ini lagi. Negeri ini telah membunuh papa. Aku tahu, Mama akan berkata bahwa aku ini orang yang sedang kebingungan dan aku ini goblok. Mungkin Mama benar, tetapi aku harus mendapatkan jawabannya. Barangkali Negeri Cina adalah rumahku yang sesungguhnya...” [ p. 14 – 15 ]
Kisah ini dibuka dengan sepucuk surat yang ditulis oleh Joy – gadis remaja yang baru saja mengalami tragedi dalam kehidupannya, dan kemudian mendapati bahwa kehidupan yang selama ini dijalaninya ternyata merupakan kebohongan semata. Joy menemukan bahwa dirinya bukan putri kandung kedua orang tuanya. Pearl – sang ibu yang membesarkan dirinya semenjak bayi sebenarnya adalah bibinya, sedangkan May – sang bibi justru merupakan ibu kandung Joy, yang hamil saat remaja dengan seorang seniman asal Cina, sebelum keduanya Pearl dan May melarikan diri ke Amerika. Ayah yang membesarkan Joy bukanlah ayah kandungnya, namun beliau meninggal dengan menggantung diri akibat tekanan dan ancaman dari pihak FBI yang menyelidiki keterkaitan dirinya dengan organisasi terlarang serta pergerakan komunis dari Cina. Penyesalan Joy serta rasa bersalah, membuatnya mengambil keputusan nekad, ia melarikan diri dari kediamannya di Los Angeles, Amerika dan terbang menuju negeri Cina, mencari ayah kandung yang tak pernah dikenalnya.


Tindakan Joy yang bukan saja nekad tetapi juga dipenuhi oleh semangat membabi-buta akan kampanye reformasi yang sedang digaungkan oleh Pemimpin Mao terhadap Republik Rakyat Cina yang baru. Tanpa pengetahun yang mendalam, ia menuruti kata hatinya dan bersikeras bahwa hal tersebut adalah satu-satunya jalan guna menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya. Perjalanan panjang dari Amerika hingga Hongkong dan akhirnya memasuki negeri Cina yang sedang dalam situasi ‘panas’, perjuangannya untuk menemukan pria yang merupakan ayah kandungnya, semuanya dilakukan tanpa perbekalan apapun, hingga hal tersebut membawanya ke sebuah desa yang merupakan proyek pemerintah yang harus dijalani oleh ayah kandungnya, seorang seniman ternama di Cina yang masuk dalam daftar hitam gerakan komunis saat itu.

[ source ]
Kisah ini bergulir dengan menampilkan perjalanan kehidupan 3 orang wanita, yaitu Joy – gadis remaja yang naif dan memiliki temperamen tinggi serta watak keras kepala ; Pearl – sang ibu yang membesarkan dan mengasih bayi yang diasuhnya mulai kanak-kanak hingga remaja, menyusul dan berusaha keras mengembalikan sang putri yang menolak dirinya, demi keselamatan jiwanya yang tak disadari telah terjerumus dalam doktrinasi propaganda komunis ; serta May – sang bibi serta ibu kandung Joy, saudara kandung Pearl, dimana keduanya sama-sama mencintai pria yang sama semasa remaja di Cina, namun dirinya yang hamil oleh pria tersebut. Masing-masing pihak telah mengorbankan sesuatu yang berharga dalam kehidupan mereka, dan kini di saat bahaya menghadang nyawa keluarga yang mereka cintai, saat hukum serta peraturan antara dua negara yang berbeda disertai peperangan serta propaganda pemerintahan RRC yang baru dan ekstrem, mereka harus bersatu demi menemukan jalan keluar dari siksaan dan kematian yang mengerikan.

Dengan latar belakang ‘The Great Leap Forward’ (Lompatan Jauh ke Masa Depan) yang terjadi sepanjang tahun 1958 hingga tahun 1962, kisah tentang perjuangan dan kekuatan kasih sebuah keluarga dijalin dengan sajian yang menyentuh sekaligus mendebarkan. Kampanye serta propaganda yang dilakukan oleh Pemimpin Mao untuk melakukan modernisasi pada perekonomian Cina dengan harapan pada tahun 1988, Cina dapat memiliki ekonomi yang setanding dengan Amerika, sebuah cita-cita yang baik dan memukau, dan mampu memberikan hasil yang diminta. Sayangnya prestasi tersebut dikotori dengan pengorbanan rakyat jelata, yang diperas tenaga dan sumber dayanya, hingga mereka mengalami masa paceklik berkepanjangan, kelaparan dan kematian melanda, ribuan nyawa melayang akibat permainan kotor para pejabat pemerintahan yang mencari keuntungan demi penghargaan akan hasil panen serta kontribusi tertinggi. Kisah yang merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya ‘Shanghai Girls’ yang berkisah tentang pejalanan dua orang gadis bernama Pearl dan May yang terjepit dalam suasana perang di Shanghai, Cina, serta usaha pelarian menuju Amerika melalui jalur pernikahan yang telah diatur, dimana keduanya telah jatuh hati pada sosok seniman di Cina.

Sekali lagi penulis mampu memberikan porsi yang cukup menggigit bagi masing-masing karakter, disertai kehalusan, keindahan serta penuturan bagai membaca jurnal dari ke-3 sosok wanita yang memiliki watak serta karakter yang berbeda-beda, terpecah belah pada awalnya, namun pada akhirnya mereka bersatu demi satu tujuan : menyelamatkan nyawa baru yang hadir dalam keluarga mereka – bayi mungil, seorang calon gadis yang terjebak dalam teror serta kejaran pasukan pemerintahan Cina. Memasuki awal-awal kisah yang menggambarkan keegoisan serta sifat keras kepala Joy yang berbuat sekehendak hatinya, tidak terlalu mengindahkan perbedaaan mendasar bahwa ia hidup di negara Cina, yang sama sekali berbeda dengan Amerika. Dengan menggunakan soosk Joy, pembaca akan dibawa pada kepandaian propaganda pemerintahan komunis Cina, yang menuntut kehidupan sama rata – sama kedudukan – keadilan bagi semua. Tiada satu pun orang yang boleh hidup berlebih atau menonjolkan diri, semua berkat serta keuntungan harus dibagi bersama. Bagi seseorang yang memiliki ideologi tinggi, kehidupan seperti ini merupakan Impian sempurna bagi Joy, dan ia menutup mata atas segala kekurangan serta nasehat dari sang ibu yang telah jauh-jauh menyusul bahkan bersedia menjalani kehidupan berat di Cina demi membawa pulang kembali putrinya.

[ source ]
Cara indoktrinasi serta program ‘cuci-otak’ yang diterapkan pada masyarakat pedesaan sungguh menakjubkan sekaligus mengerikan. Masing-masing tak menyadari situasi yang semakin lama semakin berubah, bahkan ketika penderitaan semakin tak tertahankan, politik memecah belah dan mengadu domab berhasil diterapkan hingga pihak-pihak yang  berani melawan akhirnya terkalahkan bahkan tewas di tangan sesama kenalan bahkan anggota keluarganya sendiri. Kelaparan yang terjadi sangat mengerikan hingga membunuh dan memakan bayi-bayi  terutama anak-anak perempuan (di Cina, anak perempuan dianggap tidak berharga bahkan merupakan beban keluarga). Joy yang telah mengecap kehidupan  di Amerika memiliki pemahaman yang berbeda, namun ketika akhirnya ia sadar, sudah terlambat untuk melarikan diri bahkan mencoba berhubungan dengan keluarganya di kota, karena pemerintah menutup jalur komunikasi antara desa-desa yang menjadi korban dengan kota-kota besar. Di saat para pejabat penting dan penduduk kota besar menikmati kenyamanan serta kenikmatan yang melimpah yang disediakan oleh setiap tetes keringat serta darah penduduk pedesaan, dunia luar hanya mengetahui keberhasilan Pemimpin Mao dan penyebaran paham komunis, hingga kekuatan para wanita, para ibu demi menyelamatkan nyawa putrinya, baik May, Pearl dan Joy, dengan bantuan beberapa pihak yang bersimpati, dimulailah pergerakan bawah tanah untuk menyelamatkan nyawa yang masih tersisa dan menunjukkan bukti pada dunia luar.

Conclusion :
Reading story involving War always gave me such ‘dreadful-feelings’ like when I read something with Holocaust themes, how humans can prey into others humans those image cannot relive on my mind. This story also involving War but a very different kind of War – it’s not involving shooting on others (at least in directly) but the main purpose and the result are equally devastating and worse like any others Wars. History takes note on the tragedy behind ‘The Great Leap Forward’ – an campaign announce by the Great Chief Mao between 1958 until 1962, that’s takes hundreds of casualties from adult until babies, who suffers from hunger and poverty. If you like reading such historical fiction, this story will intrigue you from start until the end, ‘cause the author also puts many surprises and very intense stories until the end.

[ source ]
What I really like, the characters are not some super-hero, just an ordinary women, who works in hard and heavy labor, but yet they still use their imagination and cleverness to puts something different into their works. Like when they have to communicate among them, all letters are open-up and read, and all packages are comfiscated by censoric team, but they manage to slip away their message or something else, like hidden money. Or when Pearl used the posters with their picture, cut-slice-glue them into becoming shoes as the message to her daughter, ‘cause inside Cina (specially in common people) paper are hard to find at that time, books are limited to personal who works approve by government. When you are not allow to have personal belonging ‘cause it will proove you are as the opportunistis againts communist peoples, then you have to think smart not to let any one know you hidden secret, like what Pearl do, to save something for her family. And when government close the only way to communicate between others, forbid all the media to prevent any news inside and outside the community, Joy inventing a clever ways to tell her story to the world and send her message to her family, pour her heart into mural-paintings. This is a story that tell that no such stories can be held hostage by some government ‘cause there’s so many ways to tell them into the world. Love it !!!

Tentang Penulis :
[ source ]
Lisa See adalah penulis yang masuk dalam jajaran penulis laris versi New York Times. Ia telah menghasilkan berbagai karya tulis yang mendapat pengakuan baik melalui khalayak umum maupun penghargaan di bidang literatur, di antaranya : Shanghai Girls, Peony in Love, Snow Flower and the Secret Fan (yang telah diangkat ke layar lebar dengan judul sama), Flower Net (memperoleh nominasi dalam Edgar Award), The Interior, dan Dragon Bones.

Organisasi Chinese American Women (Perempuan Cina Amerika) bahkan memberikan penghargaan National Woman of the Year pada tahun 2001. Kini beliau tinggal di Los Angeles, Amerika bersama keluarganya. Untuk mengenal lebih jauh tentang beliau serta karya-karyanya, silahkan berkunjung di situs resminya : Lisa See's Site atau follow akun twitternya di : @Lisa_See

[ more about this story, also check on : Lisa See | Shanghai Girls | Dreams of Joy ]

Best Regards,


Wednesday, March 27, 2013

Books "THE BLUE DIARY OF MUMBAI"



Books ”THE BLUE DIARY OF MUMBAI”
Judul Asli : THE BLUE NOTEBOOK
Copyright © 2009 by James Andrew Levine, M.D., Ph.D.
Penerbit Salamadani
Alih Bahasa : Nuraini Mastura
Editor : Endah Wijayanti
Desain sampul : Tyo
Cetakan I : September 2012 ; 344 hlm

“Namaku Batuk. Aku seorang gadis lima belas tahun yang tinggal di Jalan Umum di Mumbai. Aku sudah tinggal di sini selama 6 tahun dan aku diberkahi dengan kecantikan dan sebatang pensil.”

Saat memilih buku ini dari rak etalase di toko buku, bayanganku tentang drama perjuangan anak gadis yang terseret dalam dunia pelacuran di wilayah India, menggugah keingin-tahuanku, apalagi sang penulis juga terkenal sebagai aktifis sosial dalam perjuangan hak-hak manusia di kawasan Asia, namun sembari membaca halaman demi halaman, sungguh sebuah kesan mendalam sekaligus mengerikan dan menyentuh, mewarnai sepanjang kisahnya dari awal hingga akhir.

Ditulis dengan sudut pandang orang pertama, kisah ini merupakan jurnal pribadi gadis bernama Batuk, yang berasal dari keluarga miskin di wilayah India. Dilahirkan dari pasangan suami-istri yang berjuang mencari nafkah namun tak mampu mengimbangi dan memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin membesar, Batuk adalah salah gadis yang memiliki keistimewaan. Bukan saja ia memiliki paras yang cukup elok, ia juga memiliki kecerdasan serta kemauan keras demi memperoleh Impiannya di dalam dunia yang serba kekurangan dan penuh dengan kepahitan dan hal-hal negatif.


[ source ]
Pada usia 9 tahun, ia dibawa oleh sang ayah yang sangat menyayanginya, namun tak memiliki keberanian melawan sang istri yang pahit dan getir serta menyalahkan anak-anak gadis yang dilahirkannya sebagai beban, hingga Batuk pun dijual ke sindikat rumah bordil yang sangat terkenal di India. Pandangan masyarakat India terhadap kasta serta status wanita yang dianggap berada pada posisi terendah, membuat pilihan tersebut menjadi salah satu alternatif yang banyak dilakukan oleh keluarga miskin demi memperoleh sejumlah uang untuk menghidupi keluarganya. Gadis cilik ini menuturkan dengan gamblang, dengan bahasa serta kata-kata sesuai pemahamannya sebagai gadis cilik, tentang pengalaman-pengalaman serta berbagai peristiwa yang menyeretnya dalam dunia kelam pelacuran anak-anak yang banyak dicari oleh orang-orang yang memiliki kelainan seksual.

Istilah ‘berhubungan seksual’ yang diilustrasikan sebagai pekerjaan ‘membuat gula-gula’ serta bagaimana Batuk harus belajar dengan cepat untuk ‘membuat gula-gula’ yang lebih banyak dan menghasilkan pemasukan tinggi bagi majikannya, dengan kecerdasannya, ia mampu menyiasati agar memperoleh pelanggan khusus yang bersedia membayar mahal namun tidak menyiksa dirinya. Membaca halaman demi halaman, tulisan serta penuturan Batuk yang sangat indah, sungguh membuat haru sekaligus terenyuh. Bagaimana pandangan dirinya ketika awal memasuki dunia gelap ini, keperawanannya dilelang pada penawar tertinggi, hingga adegan pemerkosaan yang dialaminya, oleh sang penawar maupun oleh penguasa sindikat yang berperan sebagai ‘penjaga’ dunia perdagangan gelap. Anak-anak yatim piatu serta anak jalanan, hampir semuanya ditangkap secara resmi maupun tidak resmi (ada yang diculik dan kemudian lenyap tanpa jejak) untuk dijebloskan dalam badan-badan sosial yang sebagian besar merupakan kedok sindikat perdagangan manusia. 

[ source ]
Batuk memiliki perbedaan, karena meskipun ia berasal dari dunia bawah yang sangat miskin, ia pernah memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis yang diajarkan oleh salah satu misionaris saat ia berada di rumah sakit perawatan bagi penderita TBC. Tiada yang mengetahui kemampuan gadis ini, hingga ia berhasil ‘mengambil’ sebuah pensil dari germo-nya, dan menulis jurnalnya secara diam-diam. Penulisan semua curahan pikiran serta pengalaman inilah yang akan membawa Batuk pada kehidupan yang berbeda, memberikan kesempatan bagi dunia luar mengetahui sekilas dari kehidupan kelam sisi lain masyarakat India, terutama Mumbai yang juga dikenal sebagai tempat wisata sex yang sangat bervariasi. Mulai kanak-kanak, yang masih perawan hingga yang memiliki kepolosan tertentu hingga usia remaja, pria-pria yang hanya menyukai bocah laki-laki yang ‘cantik’ sehingga korban sodomi dan pemukulan brutal merupakan hal yang biasa. 

Kekuasaan serta kekayaan yang melimpah turut mewarnai kisah ini, namun digambarkan dari sisi yang lebih kelam. Bagaimana jika sosok penguasa atau bahkan pejabat pemerintah bahkan pihak kepolisian yang seharusnya berperan dalam menegakkan keadilan serta kebenaran, justru merupakan pelanggan tetap ruang-ruang pelacuran serta kamar-kamar hotel yang dipesan khusus untuk melakukan hiburan-hiburan terlarang ? Nyawa para pelacur cilik ini tiada harganya, mereka bisa dipanggil dan digunakan sesuka hati, bahkan jika perbuatan yang mereka lakukan menghilangkan nyawa para pelacur ini, sebuah tim khusus berperan untuk melenyapkan barang bukti dan menyiapkan ‘barang-baru’ bagi pelanggan yang tak pernah terpuaskan. Batuk yang tampak ringkih dan mungil, memiliki tekad kuat dan berusaha melawan serta bertahan setiap jenis siksaan yang ia alami. Pengalaman nyaris mati merupakan perjuangan yang kerap ia alami, dan setiap saat ia bertahan untuk bangkit kembali, hingga sebuah perubahan penting terjadi pada dirinya. 

[ source ]
Dengan ending yang cukup mengejutkan, penulis mampu menyajikan ‘pemandangan’ yang sama sekali berbeda akan dunia gelap yang tak pernah diungkapkan kepada dunia. Jika pun mereka mengetahuinya, seringkali mereka memilih mengalihkan pandangan pada hal-hal lain. Penulis yang juga dikenal sebagai aktifis serta duta kesehatan ini, memperoleh inspirasi selama ia bertugas di India. Pengalaman pribadi dengan sindikat rahasia di India, dialami ketika ia pertama kali datang ke India, tiba di bandara, alih-alih menemukan sang penjemput, ia diculik oleh sindikat yang acapkali menahan wisatawan guna meminta tebusan tinggi. Beruntunglah di saat yang sama, pihak pemerintah India mendapat tekanan besar akibat tewasnya sandera wisatawan asing sebelumnya, hingga ia akhirnya dibebaskan. Keterlibatan pihak berwajib (pihak kepolisian) turut digambarkan sebagai komplotan sindikat, sungguh sangat mengerikan. Pengalaman tersebut membuat penulis bertekad meneruskan usahanya di India dan tetap memperjuangkan visi serta misinya di penjuru dunia, terutama kawasan kumuh di Asia.

Tentang Penulis :
James A. Levine adalah profesor kedokteran di Mayo Clinic. Lulusan dari Cambrige University di Inggris, beliau berkecimpung sebagai aktivis dan duta kesehatan, peneliti, dokter dan ilmuwan. Bukunya yang terkenal berjudul Move a Little, Loose a Lot(terbitan Random House, 2009) merupakan panduan kesehatan serta diet yang banyak dicari, serta beberapa karya non-fiksi lainnya. Salah satu prinsip pokok pendekatan dalam program tersebut adalah “Hidup bukanlah soal senatiasa memperhatikan timbangan, melainkan menjalaninya dan berjuang. Kita semua memiliki mimpi-mimpi, dan Impian itu harus diperjuangkan secara aktif karena itulah seni dalam Kehidupan.” [ from "Move a Little, Loose a Lot" Program ]

The Blue Notebook merupakan novel fiksi pertama yang ditulis dan mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Untuk info selengkapnya tentang penulis serta karya-karya lainnya, silahkan berkunjung ke : James A. Levine.

Best Regards,


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...