Judul Asli : THE COURT OF THE LION
Copyright © 1989 by Eleanor Cooney & Daniel Altieri
Penerbit Serambi
Alih Bahasa : Fahmy Yamani
Editor : Adi Toha
Kisah sejarah tentang kerajaan Cina selalu membuat diriku terpesona, terutama penggambaran tentang kehidupan dibalik gemerlap dan pameran kekayaan berbagai pihak, muncul berbagai intrik dan konflik yang timbul dari akibat keserakahan, keegoisan, ketamakan, serta rasa takut yang senantiasa membayangi kehidupan orang-orang di dalamnya. Peperangan antara ‘orang-orang baik’ dan ‘orang-orang jahat’ selalu ada, memenuhi berbagai kalangan, pergantian generasi serta peralihan dinasti satu ke dinasti berikutnya. Jika ditanya dimanakah kebenaran akan problema yang menjadi pokok permasalahan sehingga menimbulkan peperangan dan perebutan kekuasaan silih berganti, maka bukan hanya satu jawaban yang akan muncul, tapi berbagai versi akan ‘kebenaran’ yang timbul ke permukaan, menjadi tonggak penulisan sebuah sejarah akan era baru kebangkitan suatu bangsa. Sebagaimana sejarah-sejarah lain juga ditulis dan diceritakan, mengalami berbagai perubahan serta perombakan sesuai dengan kepentingan pribadi sang penulis.
Untuk kisah berikut yang akan kubagikan, penulis berusaha menampilkan beberapa fakta yang tercatat dalam era pemerintahan dinasti Tang pada abad ke delapan (sekitar 738 M menurut penanggalan Barat) tepatnya pada masa pemerintahan Tang Minghuang yang juga dijuluki Kaisar Cemerlang dari Dinasti Tang. Pada masa tersebut perekonomian stabil dan hasil pertanian mampu mencukupi kehidupan masyarakat, dunia pengetahuan teknik serta seni budaya dan artistik mengalami perkembangan yang menarik akibat pengaruh-pengaruh luar. Perluasan wilayah kekuasaan hingga mencakup di Asia Tengah sampai Vietnam, membawa kemakmuran tersendiri bagi beberapa pihak. Sementara rakyat menikmati juga menikmati kemurahan hati Kaisar lewat keringanan beban pajak, pihak-pihak yang makmur juga semakin menimbun kekayaan, kedamaian dan kemakmuran yang tampak di permukaan menyembunyikan gejolak serta riak-riak pemberontakan dari suku-suku di luar wilayah kekuasaan bangsa Han dan tentunya pertentangan serta perebutan kekuasaan di dalam pemerintahan Dinasti Tang yang termahsyur.
Ini bukanlah sekedar pelajaran sejarah belaka, namun sebuah kisah tentang manusia dalam pencarian jati diri serta menghadapi berbagai pergolakan batin untuk mencapai Impian masing-masing. Dengan latar belakang sejarah yang menarik, penggambaran karakter-karakter yang bervariasi dengan berbagai keganjilan dan keanehan yang ada, percampuran antara pemikiran logika dan pengetahuan modern dengan kepercayaan akan hal-hal yang berbau mistis-gaib, membuat novel yang dibagi dalam trilogi menjadi bacaan yang sangat menarik sekaligus membuat penasaran. Karena penulis membuat dalam format pendek-pendek, ibarat puisi sastra Cina Kuno yang terbagi dalam beberapa bagian, maka untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari kisah ini, sebagai pembaca kita harus sabar menelusuri halaman demi halaman, bab demi bab. Ditambah dengan penggunaan seting waktu yang terkadang ‘flash-back’ mundur pada waktu lampau, bahkan terkadang justru ‘flash-forward’ maju beberapa waktu ke masa depan, ibarat melihat potongan-potongan puzzle, maka kumpulkan semua potongan, susun satu demi satu, maka terbentuklah gambaran nyata serta jawaban dari berbagai misteri serta teka-teki yang terbentuk dalam benak saat membaca kisah ini. Enjoy It and Have Fun !
Guna membantu memahami kisah ini, kuberikan beberapa gambaran tentang Karakter-Karakter yang berperan penting di dalamnya :
An Ching-Hsu : putra sulung An Lu Shan, cerdas dan pemberani, memiliki watak dan kejujuran yang lebih baik daripada ayahnya, tapi tidak mampu melawan tindakan ayahnya yang cenderung temperamental.
An Lu-Shan : berasal dari suku Sogdia, karena merupakan peranakan (hasil pernikahan campuran) perawakannya menjadi tinggi besar dengan kecerdasan tersendiri. Memiliki ambisi tinggi dan bersedia menempuh segala cara guna mewujudkan keinginannya, meski tidak bisa membaca dan menulis dengan baik, ia mampu berbicara dalam berbagai bahasa suku yang berbeda, kecerdikan untuk mempelajari kemampuan dan kebiasaan berbagai suku, membuatnya bukan hanya mampu bertahan hidup, mulai dari pencuri kecil, perompak, hingga menjadi budak kepercayaan pejabat kerajaan Tang, dan akhirnya memasuki wilayah kekuasaan dalam kerajaan Tang, berkonspirasi dengan Perdana Menteri Li Lin-Fu, berteman dekat dengan ketiga saudari Istri Kesayangan Kaisar, dan menjadi ‘putra-angkat’ Kaisar Tang.
A Pu-Ssu : perwira tangan kanan An Lu-Shan di bawah pimpinan Li Shih-Chi, sangat pemberani sehingga ia pun berani menentang perintah An Lu-Shan yang dianggap gila dan membahayakan nyawa pasukan.
Chang Chiu-Ling : semula ia adalah menteri penyair dan negarawan kerajaan Tang, tapi ketika ia menemukan suatu rahasia yang menunjukkan bahwa kematian putra mahkota Ying merupakan pembunuhan, sebelum ia sempat membawa buktinya kepada Kao Li-Shih, ia ditangkap, dijebak, dan diasingkan ke Pulau Hainan atas perintah Li Lin-Fu : otak di belakang layar yang bertujuan mengambil alih kendali pemerintahan Kerajaan Tang.
Jenderal Feng : jenderal paruh-baya yang memiliki ikatan dekat dengan keluarga kerajaan. Meski seorang kasim (sdh dikebiri) dan memiliki cacat kaki, namun ia sangat gagah dan tangkas dalam pertarungan bahkan menjadi orang kepercayaan serta guru pribadi Putra Mahkota Ying dan Pangeran Kedua Mao.
Kao Li-Shih : kepala kasim istana, orang kepercayaan dan teman dekat kaisar yang selalu berusaha mencari jalan agar beliau bahagia serta kembali memegang kendali pemerintahan, yang diwaspadai olehnya secara perlahan diambil alih oleh Li Lin-Fu. Kao Li-Shih berpendapat bahwa status dan posisi harus sesuai dengan warisan yang dibawa secara turun-temurun dalam kerajaan, sedangkan Li Lin-Fu yang bertingkah-laku justru kebalikan dari kebiasaan para pejabat dan bangsawan terhormat, dengan memperkuat kekuatan militer dan bersekutu dengan suku Asing, dianggap oleh Kao Li-Shi sebagai musuh nomer satu yang akan merusak tatanan pemerintahan Kerajaan Tang.
Li Chu-Erh : pelayan pribadi An Lu-Shan, yang dipaksa menjadi kasim oleh sewaktu kecil, sangat membenci An Lu-Shan dan menyimpan pengetahuan akan rahasia-rahasia majikannya sebagai senjata untuk membalas serta membebaskan diri dari kungkungannya.
Li Lin-Fu : perdana menteri kerajaan Tang, tidak bisa membaca dan menulis (kemungkinan semacam disleksia) tapi jenius soal angka-angka hingga mampu membuat suatu perhitungan (numerologi) sebagai panduan dalam pembelajaran maupun pekerjaannya. Sangat mementingkan detil dan percaya pada keberuntungan angka-angka serta pertimbangan berdasarkan logika. Menganggap rendah orang yang terlalu percaya pada dewa-setan-tahayul dan kelemahan fisik serta mental. Ia lebih menghargai orang-orang yang mampu bangkit dari kondisi buruk dan memperjuangkan Impiannya, terutama orang-orang yang cerdas dalam pemikiran maupun tindakan. Membenci kaum sastrawan yang dianggap melemahkan mental dengan tulisan serta propaganda tanpa ada tindakan nyata. Tidak menyukai kaum bangsawan yang hanya bisa menimbun harta tanpa tahu cara memanfaatkannya, selain untuk berpesta dan hura-hura. Beliau juga mendidik semua anaknya, termasuk para wanita untuk belajar, menempuh pendidikan, tidak pernah mau memaksakan adat pernikahan paksa bagi anak-anak gadisnya, kecuali mereka sendiri yang mau melakukannya. Ia memiliki visi bahwa kemajuan Kerajaan hanya bisa ditempuh dengan menaklukkan suku-suku Asing dengan segala cara (mengadu-domba, membinasakan, bahkan bekerjasama dan memperalat siapa saja), bukan dengan duduk diam menikmati posisi dan kekuasaan.
Li Shih-Chih : seorang Jenderal Cina dan sastrawan yang setia pada kerajaan. Menaruh belas kasihan pada An Lu-Shan saat ditangkap bersama gerombolan perompak, membebaskan dirinya, dijadikan budak kemudian diangkat sebagai orang kepercayaan yang memimpin pasukan melawan musuh di luar perbatasan. Tapi kebaikan hatinya justru menjerumuskan kehidupan keluarganya, saat ia digeser dari posisi sebagai Gubernur Wilayah Ping Lu oleh Li Lin-Fu, digantikan oleh mantan budaknya : An Lu-Shan.
Lu Pei : kasim pemula yang belajar dalam bimbingan Kao Li-Shih, mampu beradaptasi dengan cepat dan cerdas dalam mengumpulkan berbagai informasi yang berguna bagi sang mentor.
Minghuang( juga dipanggil Hsuan-Tsung ) : kaisar Dinasti Tang, murah hati dan memiliki jiwa seni yang tinggi. Sangat mencintai sang Permaisuri Wang sehingga menjadi terpuruk saat tragedi pengusiran dan tewasnya sang permaisuri, ditambah dengan tewasnya sang putra mahkota, sehingga beliau mengurung diri, membiarkan kendali pemerintahan diambil alih oleh Li Lin-Fu, hingga Kao Li-Shih yang senantiasa menjaganya – membawa masuk kembali selir Yang Kuei-Fei, yang kemudian bergelar Istri Kesayangan. Sang Kaisar karena memiliki hati yang baik, tidak terlalu mudah curiga, bahkan ia bisa berteman baik dengan An Lu-Shan yang dianggap oleh kalangan bangsawan Han sebagai orang ‘udik dan kasar’. Ia memiliki kemampuan untuk memimpin, tapi memiliki kelemahan dalam hal ambisi sehingga lebih suka menikmati kenyamanan serta kedamaian didalam istana, tidak mau mendengarkan nasehat, peringatan yang selalu berusaha disampaikan oleh Kao Li-Shih.
Ming Wu : wanita tua penganut ajaran Taoisme Hitam sehingga banyak yang menganggapnya sebagai penyihir, dipercaya sebagai manusia yang hidup abadi selama ratusan tahun. Menurut kepercayaan masyarakat, ia hidup di bawah tanah dan menjalani lorong-lorong rahasia di bawah bangunan luas Istana Kerajaan. Ia mengetahui segala rahasia kotor yang tersembunyi dalam kerajaan, dan akan muncul secara tiba-tiba bagi siapa saja yang membutuhkan ‘bantuannya’.
Niu Hsien-Ko : menjabat sebagai asisten perdana menteri dan tangan kanan Li Lin-Fu. Orangnya tidak terlalu cerdas, terkadang membuat jengkel Li Lin-Fu dengan segala omong-kosong hal-hal yang berbau gaib, tapi disukai sang perdana menteri karena setia dan mudah diatur untuk selalu melaksanakan perintahnya.
Permaisuri Wang : permaisuri Pilihan yang sangat dicintai oleh kaisar, namun tak mampu menghasilkan keturunan satu pun. Meski sang kaisar tidak pernah mempersalahkan dirinya dan tetap mencintainya, namun sang permaisuri terganggu dengan kehamilan Putri Wu yang senantiasa hamil, apalagi Putri Wu bertingkah-laku seakan-akan dirinya yang layak menduduki posisi Permaisuri. Maka Permaisuri Wang mengambil tindakan drastis, mengundang Ming Wu ke dalam istana guna membantunya agar hamil.
Putra Mahkota Ying : putra Pilihan Kerajaan, Sang Putra Mahkota, yang nasibnya pendek, meninggal karena dibunuh pada belasan tahun akibat keserakahan Putri Wu, namun kematiannya yang direkayasakan oleh pembunuh bayaran, hanya dikenal sebagai tindakan bunuh diri oleh khalayak umum. Hanya orang-orang tertentu yang menaruh curiga dan mengetahui rahasia kematiannya.
Putri Chin dan Putri Han : dua bersaudara kakak Yang Kuei-Fei yang menjadi Istri Kesayangan.
Putri Kuo : kakak tertua dari empat wanita bersaudara keluarga Yang, sangat cerdas dan memiliki keberanian serta ketangkasan yang tidak kalah oleh pria, sehingga dikagumi dan disayang pula oleh Kaisar. Menjalin persahabatan dengan An Lu-Shan yang kasar sehingga menimbulkan perselisihan dengan sepupu dan kekasih hatinya Yang Kuo-Chung, yang tidak menyukai dan mencurigai tindak-tanduk An Lu-Shan.
Putri Wu : salah satu selir yang menjadi Istri Pilihan karena kesuburan kandungannya sehingga mampu melahirkan beberapa keturunan bagi Kaisar. Ia sebenarnya wanita biasa, tidak terlalu pandai atau memiliki kelebihan dan keterampilan khusus. Justru karena tidak terlalu cerdas, ia mudah ‘dipengaruhi’ sehingga mengambil tindakan nekad, termasuk memerintahkan pembunuhan terhadap sang Putra Mahkota Ying, agar putranya Pangeran Mao yang menempati kedudukan kedua setelah Pangeran Ying, naik posisi menjadi Putra Mahkota.
Yang Kuei-Fei : ia merupakan putri bungsu dari keluarga Yang, saat remaja dan bertemu dengan Putra Mahkota Ying, ia diminta untuk menjadi selir adiknya : Pangeran Mao, tapi ketika dibawa ke istana menghadap sang Kaisar, akibat ‘kelancangan’ yang dilakukannya, pernikahan itu dibatalkan dan ia dikirim ke biara untuk dididik sampai tiba waktunya. Gadis yang kemudian diberi gelar Kebenaran Agung, ditahan dan diberi pembelajaran yang tidak diketahuinya, bahwa ia terpilih menjadi selir sang Kaisar Minghuang (yang pada waktu itu tertarik pada calon istri putranya, namun demi menghindari keributan, maka gadis itu dikirim selama beberapa waktu ke biara). Dan ketika waktunya tiba, ia dijemput guna memulihkan kondisi kaisar yang terpuruk, dan keberhasilannya membuahkan gelar Istri Kesayangan (menggeser posisi almarhum Permaisuri Wang, dimana demi cintanya sang Kaisar pernah bersumpah tidak ada wanita lain yang akan menduduki status beliau) dan berhasil pula mengangkat derajat keluarganya, baik saudara-saudara dan sepupunya akan menempati posisi serta status terhormat, dekat dengan sang Kaisar.
Yang Kuo-Chung : sepupu kakak beradik Yang, dibesarkan dengan penekanan pada pendidikan dan diharapkan sebagai sastrawan, namun memilih mengikuti jejak keluarga pamannya yang melibatkan diri pada kekuasaan dan kekayaan serta status sosial yang lebih tinggi. Terutama semenjak ia terlibat hubungan terlarang dengan sepupunya yang kelak menjadi keluarga dalam kerajaan dan mendapat gelar Putri Kuo. Berkat kenaikan status sosial tersebut, keluarga Yang berhasil menempati posisi terhormat di kalangan bangsawan kelas atas. Meski demikian, Yang Kuo-Chung memiliki keberanian serta kecerdasan yang membuatnya mampu melihat di balik tingkah-laku An Lu-Shan dan perdana menteri Li Lin-Fu.
Best Regards,
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/