THE COURT OF THE LION [ Book 1]
Copyright © 1989 by Eleanor Cooney & Daniel Altieri
Penerbit SerambiAlih Bahasa : Fahmy Yamani
Editor : Adi Toha
Cetakan I : Februari 2012 ; 588 hlm
Sinopsis :
Kehidupan dalam keluarga kerajaan Tang berjalan dengan damai. Sang Kaisar Minghuang yang dicintai rakyat, menjalankan pemerintahan dengan adil serta penuh kemurahan hati, dengan bantuan para pejabat dan para ahli negara yang setia pada kerajaan. Didampingi oleh Permaisuri Wang yang cantik, lemah-lembut dan sangat dicintainya, serta anak-anak dari selir yang lain, terutama dari Putri Wu yang memiliki ‘tingkat kesuburan tinggi’ sehingga mendapat gelar Istri yang Paling Disayangi.
Kesan keluarga damai, rukun dan bahagia hanya tampak di permukaan. Sang Permaisuri yang tak kunjung hamil, senantiasa resah dengan keinginan untuk memiliki keturunan sendiri. Ia merasa iri dengan kondisi Putri Wu, sehingga akhirnya memutuskan meminta bantuan Ming Wu – wanita yang dikenal memiliki kemampuan gaib, untuk membantunya hamil. Sebagaimana rahasia yang ditutupi, akhirnya hal itu terbongkar, dan Putri Wu yang berperan dalam ‘membocorkan’ rahasia tersebut kepada kaisar, menyebabkan turunnya perintah untuk menurunkan derajat sang permaisuri dan membuangnya ke tempat pengasingan.
Mantan permaisuri Wang, derajat keluarganya sebagai pengabdi setia kerajaan diturunkan menjadi rakyat biasa, meski tetap diberi kelengkapan dan kemewahan di tempat pembuangan, hatinya telah kosong karena suami terkasih tak mau menerima dirinya. Saat ia tahu bahwa kehamilan telah terjadi, kondisinya dalam pembuangan. Tak kuat menahan penderitaan batin, ia keguguran tanpa ada yang mengetahui kondisinya yang hamil muda. Tak ada lagi yang menjadi pegangan hidup, maka ia memutuskan mengakhiri hidupnya di depan altar kuil keluarga.
Kematian istri dan kekasih tercinta, membuat Kaisar Minghuang bersalah, ia tak tega membuang istrinya, namun desakan serta khawatir atas pandangan negatif atas dirinya, membuatnya mengambil keputusan tersebut alih-alih menghukum mati istrinya, meski pada akhirnya beliau juga memilih kematian sebagai jalan berikutnya. Belum sempat ia menyelesaikan kedukaan, kematian baru menimpa putra mahkota terkasih, Pangeran Ying, diduga bunuh diri, padahal usianya belum genap 17 tahun.
Berbagai tragedi yang terjadi membuat kaisar terpuruk dalam kesedihan, tak mau menjalankan rutinitas serta kewajibannya sebagai pemimpin kerajaan, memilih menyerahkan segala keputusan kepada para pejabat berwenang, terutama kepada perdana menteri Li Lin-Fu. Tiada satu pun kegiatan maupun seseorang yang mampu menghibur beliau, yang memilih mengurung diri dalam kamar, menegak ‘obat-tidur’ yang membuatnya melayang, lupa akan kenyataan dan penderitaan yang dialaminya.
Sementara itu kondisi Putri Wu juga berubah drastis, ia yang melaksanakan perintah pembunuhan putra mahkota, harus menelan kekecewaan karena kaisar tidak beralih kepada dirinya sepeninggalan permaisuri Wang. Bahkan putranya, Pangeran Li Mao sebagai penerus dan pengganti kedudukan putra makhota, justru menolak dengan tegas kedudukan tersebut. Ditambah dengan gangguan hati nurani karena sebenarnya Putri Wu bukanlah orang yang mampu bersikap kejam, ia akhirnya menjadi gila karena terus-menerus memimpikan Pangeran Ying yang tewas mengenaskan.
Dan akhirnya dalang di balik layar berbagai tragedi tersebut, Perdana Menteri Li Lin-Fu yang telah mengatur agar Putri Wu seakan mendapat ‘inspirasi’ dari kisah-kisah yang secara rahasia ditulis di dalam sutra berbentuk hiasan bunga yang dikirim ke kediaman Putri Wu, membuatnya merencanakan pembunuhan putra mahkota, agar dirinya dapat bersekutu dengan Putri Wu sebagai keluarga keturunan Ratu Wu yang berkuasa (satu-satunya Ratu Wanita yang terkenal memegang kekuasaan terlama sepanjang dinasti Cina dengan tangan besi) dan membuat tatanan pemerintahan yang baru dan kuat. Meski tidak semua rencananya berjalan mulus, namun pada akhirnya Li Lin-Fu mampu merebut secara halus kendali pemerintahan di saat kaisar tidak mau menjalankan roda pemerintahan.
Di luar kerajaan, bangsa Han keluarga Yang sebagai keturunan terhormat, mengalami perpecahan karena salah satu kerabat justru memilih mengejar ketenaran dan kedudukan, dan diantara keturunannya, empat wanita bersaudara yang justru berambisi menempati status sosial tertinggi, nantinya akan menjadi suatu kenyataan, mereka berempat akan mendapat gelar Putri Chin, Putri Han, Putri Kuo dan Istri Tersayang Sang Kaisar.
Di luar wilayah kekuasaan kerajaan, terlahir sebagai suku Sogdia, peranakan yang tidak terlalu diterima di lingkungannya, memilih berkelana dan mengembara dari satu suku ke suku lain, sebagai pencuri dan mempelajari berbagai pengetahuan dan keahlian, sosok An Lu-Shan yang besar, kasar, tidak bisa membaca maupun menulis dengan baik, hanya memiliki satu ambisi dan Impian besar : bahwa ia akan menikmati kehidupan mewah, status serta posisi tinggi …dan jalan hidupnya berbenturan dengan berbagai kendala, namun ia dengan kuat dan penuh tekad bangkit mencoba segala cara guna lebih maju daripada kondisi sebelumnya. Dan perjalanan panjang yang ditempuhnya mulai membuahkan hasil, ia dipanggil ke ibukota, mengabdi di dalam kerajaan …
Ketiga unsur yang berbeda latar belakang serta asal-usul kemudian menyatu dalam lingkungan kerajaan Tang, masing-masing berusaha mewujudkan Impiannya, saling menarik-mendorong demi kepuasan pribadi dan harga diri, tanpa memperdulikan berapa banyak korban yang terjadi sepanjang perjalanan mereka …
THE COURT OF THE LION [ Book 2]
Copyright © 1989 by Eleanor Cooney & Daniel Altieri
Penerbit SerambiAlih Bahasa : Fahmy Yamani
Editor : Adi Toha
Cetakan I : Februari 2012 ; 504 hlm
Sinopsis :
Kao Li-Shih berhasil membangkitkan kaisar Minghuang dari keterpurukkan dengan mendatangkan Yang Kuei-Fei, yang segera mendapat gelar Istri Tersayang. Tapi minat akan menjalankan kembali pemerintahan Kerajaan Tang masih terhambat, karena sang kaisar masih menolak untuk turun tangan langsung seperti dahulu kala. Beliau sudah cukup nyaman dengan adanya Perdana Menteri Li Lin-Fu yang mengambil alih ‘beban dan keruwetan’ kerajaan dari tangannya. Maka beliau memuaskan diri dengan keberadaan Istri Tersayang serta hiburan berbagai permainan yang senantiasa diadakan oleh kakak-beradik Yang.
Kakak-beradik Yang sudah terkenal sebagai wanita-wanita cantik yang suka berdandan dengan selera dan gaya aneh namun menarik, dengan berbagai hiasan dan permata mahal. Tapi yang paling mereka sukai adalah kebebasan dalam istana, bermain musik, mengadakan drama, atau permainan dengan sang kaisar. Dan kehadiran sosok asing An Lu-Shan, segera menarik perhatian ketiga wanita itu. Tidak lama bagi mereka utuk terlibat dalam proyek merubah An Lu-Shan dari sosok kikuk dan berkesan ‘barbar’ menjadi sosok yang bisa diterima oleh kalangan atas, terutama diterima oleh sang kaisar.
An Lu-Shan yang mengalami perubahan drastis dalam hidupnya, mulai dari kepala perompak, naik menjadi pimpinan pasukan perbatasan, hingga mendadak menjadi sebagai Gubernur Wilayah, dan dipanggil menghadap ke Istana. Sungguh sebuah Impian yang menjadi kenyataan, meski demikian ia tetap waspada dalam menjaga rahasia-rahasia yang dalam sekejap dapat merubah posisinya ke dalam bahaya. Dan sungguh di luar dugaan, ia mampu menarik perhatian ketiga putri tercantik di kerajaan dan menjalin persahabatan dengan mereka. Dengan sikap masa bodoh, rasa humor yang mampu menertawakan diri sendiri, ia bisa mendekati wanita-wanita cantik yang juga sangat cerdas, terutama Putri Kuo yang menarik perhatian An Lu-Shan secara pribadi.
Tentu saja tidak semua pihak menyambutnya dengan tangan terbuka. Kepala Kasim Kao Li-Shi yang tak pernah menaruh kepercayaan pada suku asing, mampu menyembunyikan kecurigaannya, meski ia tetap mengumpulkan berbagai informasi lewat jaringan mata-mata para kasim yang disebut Sensorat. Alasan utama Kao Li-Shi mengawasi An Lu-Shan bukan hanya karena ia berasal dari suku Asing yang mendadak menempati posisi dan status strategis, tapi terutama karena di balik setiap tindakan An Lu-Shan, membayang sosok Li Lin-Fu. Kecurigaan Kao Li-Shi semakin kuat semenjak ‘menghilangnya’ menteri penyair Chang Chiu-Ling justru di saat ia hendak menyerahkan bukti bahwa putra mahkota tewas terbunuh bukan bunuh diri sebagaimana disimpulkan oleh semua orang. Dan yang berperan dalam memindahkan posisi Chang Chiu-Ling di tempat terasing adalah sang perdana menteri.
Selain Kao Li-Shi, sepupu tersayang kakak-beradik Yang, Yang Kuo-Chung yang dipanggil menghadap Putri Kuo (segera setelah ia menerima gelar kebangsawanan tersebut) dan menempati posisi bagus di kerajaan – sangat terganggu melihat kehadiran An Lu-Shan yang hampir setiap hari berada bersama para wanita Yang serta sang kaisar. Dan yang membuatnya semakin tidak suka, ternyata Putri Kuo justru menyukai gaya rayuan gegabah yang diberikan An Lu-Shan kepadanya. Maka tidak diherankan jika kedua pihak yang sama-sama tidak menyukai kondisi tersebut, Kao Li-Shi dan Yang Kuo-Chung akhirnya bekerja sama untuk menjaga keselamatan kerajaan dan Putra Langit dari ancaman konspirasi yang akan atau sedang berlangsung antara Li Li-Fu dan An Lu-Shan.
Kao Li-Shi yang berhasil ‘unjuk-gigi’ pada sidang pagi dimana utusan Li Lin-Shu berusaha secara halus mengisyaratkan perintah militer serta kendali kekuasaan, mendapat perlawanan dari Li Lin-Shu yang memanfaatkan kotak-kotak saran peninggalan mendiang Ratu Wu, kotak-kotak rahasia yang berisi keluhan-keluhan anonymous (tanpa nama) yang digunakan untuk menyerang Sensorat – jaringan mata-mata para kasim yang selama ini mendapat dukungan Kaisar. Bahkan pengangkatan Yang Kuo-Chung sebagai asisten Perdana Menteri menggantikan Jenderal Niu Hsien-Ko yang tewas akibat jatuh dari kuda saat mabuk berat – justru semakin memicu tekad Li Lin-Shu untuk bergegas menyingkirkan semua yang menghalangi rencananya.
Sementara para suku-suku Asing sedang bersiap-siap memperkuat pasukan mereka, bukan hanya untuk mempertahankan diri dari serangan bangsa Han, tapi juga memeperluas kekuasaan mereka. Maka di dalam bangsa Han sendiri perpecahan tak bisa dielakan. Situasi dalam lingkungan Kerajaan bagi mereka yang jeli mengamati, akan melihat di balik segala kata-kata yang sopan, diantara perintah-perintah rutin yang diberikan, terungkap kebencian, kemarahan, kecemburuan, keserakahan, ketakutan antara pribadi-pribadi yang tampak berkuasa.
Li Lin-Fu senantiasa dipenuhi ketakutan akan musuh-musuh yang akan membalas dendam sehingga setiap malam ia akan tidur di tempat yang tidak pernah diketahui siapa pun, melalui jalan-jalan rahasia yang dibangun di istananya yang luas, namun penuh dengan jebakan serta ruangan yang mampu berganti tempat setiap saat. Selain itu kondisi kesehatannya semakin menurun, tidak sesuai dengan rencananya yang hendak hidup abadi demi kelangsungan cita-cita mewujudkan suatu bangsa yang lebih besar dan berkuasa.
Kao Li-Shi memastikan diri serta jiwanya untuk mengabdi pada sang Putra Langit, namun akhir-akhir ini ia sangat cemas karena beliau tak mau mendengarkan berbagai saran dan nasehat yang diberikan, hanya mengejar kenikmatan dan kenyamanan, sedangkan marabahaya yang mengancam kelangsungan kerajaan semakin mendekat.
Kaisar Minghuang mendapati dirinya memperoleh kembali kebahagiaan serta keceriaan dengan masuknya Istri Tersayang bersama saudari-saudarinya. Akan tetapi ada saat-saat dimana ia merasakan suatu kehampaan, bahwa orang-orang di sekelilingnya mulai bertindak tanpa memandang dirinya : Sang Putra Langit, Kaisar Yang Dicintai…bahkan Istri Tersayang mulai berani mempertanyakan dirinya.
Yang Kuei-Fei sang Istri Tersayang, satu-satunya wanita yang diakui dan dicintai kaisar, berhak menempati posisi terhormat setelah mendiang Permaisuri Wang. Ia adalah wanita yang bukan saja cantik, menarik, juga pandai terutama dalam bidang seni yang sangat disukai oleh kaisar. Namun ketika kaisar mulai menaruh perhatian kepada selir yang bukan saja perawakannya tidak sebagus dirinya, namun juga cukup bodoh dan lamban, maka ia harus meluruskan kedudukannya pada sang kaisar. Pilih dirinya sang Istri Tersayang atau selir bodoh yang tidak sebanding dengan dirinya. Sang kaisar tentu saja memilih dirinya … setidaknya begitu janji yang diucapkan, tapi mengapa ia justru mendapati kaisar berbohong dan marah kepada dirinya ? Tak ada jalan lain bagi Istri Tersayang, ia harus keluar dari Istana, kembali ke keluarganya, karena ia tak mau harga dirinya diinjak-injak. Dan kehebohan segera terjadi saat pertengkaran kedua pasang pria dan wanita yang masing-masing merasa dirinya pada pihak yang benar ….
Best Regards,
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/