Translate

Wednesday, October 17, 2012

Books "HOMELESS BIRD"



Judul Asli : HOMELESS BIRD
Copyright © 2000 Gloria Whelan
Copyright © 2012 Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Penerbit Atria (Imprint Serambi)
Alih Bahasa : Ida Wajdi
Editor : Jia Effendie & Fenty Nadia
Ilustrasi & Desain Sampul : Asa Laily & Aniza Pujiati
Cetakan I : September 2012 ; 182 hlm
Rate : 3,5 of 5

 [ source ]
Buku ini lumayan tipis dan dengan warna ‘blewah’ yang manis serta ilustrasi menarik, dan tema tentang budaya kehidupan kaum wanita di India, mengundang diriku untuk menelusuri lebih lanjut. Seperti juga A Single Shard karangan Linda Sue Park yang mampu memberikan suatu ‘kesan’ tersendiri bagi penyuka kisah-kisah berkualitas seperti diriku, maka Homeless Bird ini juga memberikan pesan yang tak mudah dilupakan, di luar praduga bahwa buku setipis ini mampu menyajikan kisah kehidupan dramatis di dunia nyata.  

Ini adalah kisah tentang Koly, gadis cilik yang baru berusia 13 tahun namun sudah harus menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga, jauh dari sanak keluarganya. Sebagaimana kehidupan masyarakat India, seorang putri dalam suatu keluarga bisa menjadi beban serta aib jika tak mampu menarik minat keluarga lain untuk mengambilnya sebagai seorang istri bagi putra-putra mereka. Dan beban itu semakin bertambah saat dua keluarga setuju untuk menikahkan putra-putri mereka, beban yang dipikul oleh pihak wanita karena mereka harus ‘membayar’ sejumlah mas kawin kepada pihak keluarga pria. 

[ source ]
Koly yang hidup seadanya dengan ayah, ibu serta kedua kakak laki-lakinya, meski miskin, namun ia bahagia, serta memahami beban keluarganya, jika ia tak menerima lamaran tersebut. Mengumpulkan segenap simpanan uang serta perhiasan, mereka mampu membekali Koly untuk menjadi pengantin keluarga Mehta. Koly terbiasa hidup sulit dan bekerja keras, namun ada satu impian yang tak bisa ia raih, belajar serta bersekolah, karena tiada biaya untuk memberikan ‘keistimewaan’ tersebut bagi seorang gadis yang nantinya hanya akan menjadi seorang ibu rumah tangga. 


[ source ]
“Aku memandangi kata-kata yang didiktekan terperangkap selamanya menjadi tulisan. Seperti burung-burung dalam sangkar. Aku telah memohon supaya diizinkan bersekolah. Tetapi Maa bilang sekolah tak berguna bagi anak perempuan. Namun, aku tetap membuka-buka halaman demi halaman buku-buku itu. Aku berlama-lama berhenti di bawah jendela sekolah untuk mendengarkan para murid menghafalkan pelajaran. Tetapi pelajaran itu tidak seperti penyakit campak. Aku tidak bisa langsung tertular.” 
[ from 'Homeless Bird' by Gloria Whelan | p. 2 - 4 ]
[ source ]

Namun pernikahan yang bahagia serta indah hanya ada dalam bayangan Koly semata. Karena keluarga mereka miskin, tak mampu ‘membelikan pengantin pria yang layak’ untuk Koly (ini adalah salah satu ungkapan kakak Koly yang masih remaja, namun sudah mengetahui kenyataan hidup, sungguh miris membaca kalimat ini ...). Sang suami bernama Hati Mehta, ternyata bukan remaja berusia 16 tahun sebagaimana dikatakan oleh ayah&ibu Mehta. Suami Koly hanyalah seorang bocah kanak-kanak yang lemah krn sakit parah, dan keluarganya membutuhkan dana untuk mengobati putra mereka satu-satunya, dengan cara menggunakan mas kawin dari Koly. 

Nah, tentunya Anda berpikir bahwa penipuan seperti ini bisa dituntut serta masing-masing pihak kembali ke kondisi semula ... maka pemikiran Anda salah besar. Adat istiadat serta budaya yang telah mengakar justru sama sekali tak berpihak pada kaum wanita. Koly yang mengetahui dirinya diperdaya, tak mampu kembali ke keluarganya, karena itu justru akan menjadi aib besar yang mencoreng nama keluarganya. Sedangkan masalah mas kawin, tiada yang bisa menuntut hal itu, karena setelah berada di tangan keluarga pria, itu menjadi hak milik mereka.  

[ source ]
Koly harus melepas impiannya, menjadi ‘pelayan’ keluarga Mehta yang juga tidak terlalu berkecukupan. Meski kasta keluarga Mehta lebih terhormat (ayah Hari merupakan kasta Brahmana), namun kehormatan tidak menjamin kemakmuran dalam hidup mereka. Koly gadis yang ulet, akan tetapi rasa kesepian bisa mendera dirinya, ditambah siksaan mental dari ibu mertuanya yang semenjak awal hanya menganggap dirinya sebagai beban serta sesuatu yang bisa diperalat. Dan dalam waktu yang relatif singkat, kondisi Koly semakin memburuk saat Hari Mehta akhirnya meninggal akibat penyakit TBC yang akut. Gadis cilik yang belum menginjak usia akil-balik ini sudah menjadi janda – status terendah dalam kehidupan masyarakat India yang terhormat.

Perlakuan terhadap kaum janda di India sungguh menakutkan. Mulai dari yang paling ekstrem seperti memaksa mereka ‘mengikuti’  tubuh sang suami yang dibakar, hingga pelakuan diam-diam seperti ‘membuang’ mereka ke jalanan atau kota-kota yang jauh dari sanak keluarga. Posisi seorang janda tak memiliki hak waris atas segala harta maupun kepemilikan sang suami, sering kali sanak keluarga sang suami, mengusir janda tersebut dan memperebutkan harta benda yang ditinggalkan. Melalui sosok Koly, kita akan diajak menempuh jalur hidup yang keras serta berbahaya, namun tetap  memiliki prinsip-prinsip moral, akan kejujuran, murah hati, berbalas budi serta pantang menyerah. 

[ source ]
Koly – gadis cilik / janda buangan, bukan hanya belajar bertahan hidup di kota asing, ia tak mau menyerah dan berusaha mewujudkan impiannya satu demi satu. Ia belajar membaca dan menulis, hingga buku puisi Tagore menjadi satu-satunya hiburan kala kesepian dan kesedihan mencekam hatinya. Ia bekerja, mengumpulkan sedikit demi sedikit tabungan, dan berharap masih ada masa depan yang cerah bagi dirinya. Tanpa bermaksud ‘spoiler’ sungguh menyenangkan bahwa pada akhirnya kehidupan Koly yang berat menuai hasil yang membahagiakan ... satu-satunya penyesalan yang kurasakan, kisah ini terlalu pendek karena masih banyak yang bisa diungkapkan lewat karakter Koly beserta teman-teman sependeritaannya. Sungguh kisah yang manis-pahit-sekaligus-menyentuh. 

Tentang Penulis :
Gloria Whelan adalah seorang penyair dan penulis pemenang penghargaan yang telah menulis banyak buku untuk pembaca usia kanak-kanak hingga remaja, di antaranya The Indian School, Once on This Island yang memperoleh Great Lakes Book Award pada tahun 1996, Farewell To The Island ; Return To The Island ; dan Mianda’s Last Stand. Novel Homeless Bird juga memperoleh penghargaan National Book Award 2000 untuk kategori Young People’s Literature. Kini beliau menetap bersama Joseph, suaminya di hutan sebelah utara Michigan. 

[ more about this author and her works, just visit at here

Best Regards,
* Hobby Buku * 

4 comments :

  1. a single shard masih dalam antrian baca >_<

    ReplyDelete
  2. covernya koq gak "sedalem" ceritanya ya??

    Baca reviewnya ngingetin ma buku-bukunya Chitra B. Divakaruni yang mengangkat perempuan india yang kerap masih "tertindas" adat istiadat

    Masuk wishlist!

    ReplyDelete
  3. Sungguh nggak nyangka kalau kover dari Atria yang imut-imut itu menyimpan kisah 'berat'... checked to be wish-list :)

    ReplyDelete
  4. ceritanya menarik, kayanya sedih endingnya, iya gak?

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...