Translate

Tuesday, May 7, 2013

Books "BEL CANTO"


Books “KIDUNG YANG INDAH”
Judul Asli : BEL CANTO
Text Copyright © Ann Patchett 2001
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cover by Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Maret 2004 ; 496 hlm
Rate : 3 of 5

Mr. Hosokawa – pemilik dan pemimpin Nansei, sebuah perusahaan elektronik terbesar di Jepang, tak pernah memperdulikan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemeriahan apalagi sebuah pesta, meskipun itu merupakan pesta peringatan ulang tahunnya. Namun pada peringatan ke-53 tahun, beliau memutuskan secara khusus datang jauh-jauh ke sebuah negara tak dikenal wilayah Amerika Selatan, untuk menghadiri pesta ulang tahunnya. Negara yang secara ekonomi termasuk urutan terbawah dalam perekonomian, bersedia menghambur-hamburkan dana yang sangat besar demi membuat pesta bagi beliau, demi kelancaran proyek penawaran kerjasama yang dipastikan jika disetujui akan membawa kemakmuran bagi negara tersebut. Dan salah satu cara guna memastikan beliau bersedia hadir di acara tersebut, adalah dengan mendatangkan Roxane Coss – penyanyi opera bertaraf international asal Amerika dan juga merupakan favorit dari  Mr. Hosokawa.



Pesta yang dihadiri oleh berbagai kalangan penting serta pejabat pemerintahan, diadakan di kediaman Wakil Presiden Ruben Iglesias yang telah mengalami perombakan total guna memukau ratusan undangan tanpa memperdulikan besarnya biaya yang telah dikeluarkan, semuanya demi kepentingan negara. Dan puncak acara akan ditutup oleh sang primadona Roxane Coss yang akan menyanyikan lagu pilihan tamu kehormatan Mr. Katsumi Hosokawa. Ketika sang biduanita sedang asyik memukau para pendengarnya, tiba-tiba seluruh lampu serta penerangan di kediaman tersebut mendadak padam, kesunyian dan kegelapan menyelimuti para undangan, tiada yang bisa menduga apa yang sedang terjadi hingga semuanya terlambat. Segerombolan manusia tak dikenal dengan seragam serta penutup wajah, bersenjatakan lengkap memasuki ruangan yang dipenuhi ratusan undangan. Mereka mengaku sebagai pasukan pemberontak yang akan menyandera para tamu dan secara khusus meminta agar sang Presiden : Mr. Matsuda untuk ditangkap dan dibawa pergi sebelum pihak keamanan berhasil menerobos masuk.

Celaka dua belas, bagi para undangan sekaligus para teroris, karena Presiden Matsuda ternyata tidak hadir di dalam pesta itu dan mengalihkan tanggung jawab kepada wakilnya M. Iglesias. Alasan yang sebenarnya sungguh mengejutkan bagi para undangan, walau bagi para staf negara tersebut, kelakuan sang Presiden sudah diketahui dan dimaklumi sekian lamanya. Beliau tidak hadir karena memilih untuk berada di rumahnya, menonton tayangan perdana telenovela kesayangannya, alih-alih harus hadir dalam pesta menjamu orang-orang yang tak ia kenal atau pedulikan. Para pemberontakan yang memiliki misi utama untuk menyandera sang Presiden dan menuntut kebebasan sesama pejuang yang dipenjara, dihadapkan pada situasi yang tak terduga. Karena kebingungan, situasi berbalik menjadi aksi kekerasan, sesuatu yang semula hendak dihindari. Maka sebagai pengganti sang Presiden, maka ratusan undangan dijadikan sandera guna memenuhi misi utama.

Semenjak awal, ide kisah ini mengundang rasa penasaran, hendak dibawa kemana perjalanan para karakter dalam kisah ini. Apa jadinya jika para teroris harus berkumpul dan hidup selama berbulan-bulan dengan para sanderanya ? Uniknya, meski secara sekilas kisah ini menjanjikan sebuah petualangan yang penuh ketegangan serta kekerasan, penulis justru memilih menyoroti tema dampak perkembangan psikologis dari beberapa karakter. Para pemberontak yang mirip dengan teroris justru menolak menyamakan diri mereka sebagai gerombolan liar yang kejam dan tidak manusiawi, karena mereka ‘tidak-akan’ dengan sengaja menghabisi nyawa seseorang tanpa alasan yang jelas. Dan karena alasan ini pula mereka memutuskan membebaskan sebagian besar sandera wanita serta ank-anak atau orang-orang yang menderita penyakit, dan meninggalkan 39 pria serta 1 orang wanita, yaitu Roxane Coss. Satu-satu alasan mengapa Roxane Coss tetap ditahan tidak lain karena kekuatan nyanyian yang dilakukan menjelang akhir pesta, telah memukau para pendengar lain, para pemberontak yang juga bersembunyi di sekeliling kediaman sang Wakil Presiden, sebelum mereka menyerbu ke dalam.   

Judul ‘Bel Canto’ yang berarti ‘beautiful singing’ atau diterjemahkan menjadi ‘kidung yang indah’ merupakan inti dari kisah yang cukup panjang. Sebuah aksi kekerasan telah terjadi, meski diusahakan tidak melukai atau menyakiti siapa pun, korban jiwa terjadi,  nyawa melayang dan beberapa mengalami luka fisik serta luka batin. Melalui nyanyian serta kekuatan suara dan bakat yang luar biasa, para manusia yang berbeda karakter serta latar belakang, bahkan tidak memahami bahasa satu dengan lainnya, namun merekea semua mampu memahami keindahan sebuah musik serta nyanyian. Dengan menggunakan dua sosok karakter yang berbeda, yang satu seorang wanita yang tidak cantik namun memiliki aura serta kemampuan menghipnotis seluruh pendengarnya dan memuja dirinya bagai sosok malaikat, sedangkan yang lain sosok pemuda keturunan Jepang yang memiliki kemampuan berbahasa lebh dari satu macam, yang membuatnya menjadi ‘penghubung’ yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak yang terkurung bersama-sama selama berbulan-bulan. Sebagai ahli bahasa yang baik, pemuda ini memiliki kemampuan menjadi pendengar yang baik, sehingga siapa saja termasuk pasukan pemberontak menyukai dirinya.
Kedua manusia yang memiliki kemampuan lebih dalam dunia komunikasi ini saling melengkapi dan ketika tiba saatnya untuk menghadapi kenyataan pahit serta tragis, mampukah mereka meraih kembali jiwa-jiwa yang tertinggal dan hilang, lenyap begitu saja ? 

Melalui narasi yang dituturkan oleh sosok Gen Watanabe – asisten dan penerjemah Mr. Hosokawa, pembaca akan dibawa untuk menyelami gejolak serta kemelut yang melanda hati serta pikiran orang-orang yang tak saling mengenal namun harus hidup bersama dalam pengasingan (pengurungan). Meski kejadian ini sedikit janggal dengan situasi serta kondisi akan penyanderaan dan negosiasi yang memakan waktu 4 bulan lamanya, penulis berusaha untuk memberikan alternatif lain tentang komunitas yang terjadi secara darurat. Seiring dengan perjalanan waktu, pihak lawan serta kawan semakin tipis, hingga nyaris tak ada perbedaan diantara keduanya. Semuanya menjadi kenalan bahkan sahabat yang cukup erat, saling menyayangi dan mengasihi satu sama lain. Namun bagaimana dengan dunia luar, apakah mereka siap menerima perubahan yang telah terjadi pada para penghuni yang terperangkap bersama-sama berbulan-bulan ini ? Dengan ending yang cukup mengejutkan serta dramatis, kisah ini mengundang rasa sentimentil serta penghargaan akan nilai-nilai kehidupan setelah melalui cobaan berat. 

Tentang Penulis :
Ann Patchett, lahir pada tanggal 2 Desember 1963 di Los Angeles, California, seorang penulis asal Amerika dengan karya-karyanya yang terkenal seperti Run, The Patron Saints of the Liars, Taft dan The Magician’s Assistant yang mendapat nominasi penghargaan Orange Prize. Dan novelnya Bel Canto memenangkan penghargaan Orange Prize for Fiction dan PEN/ Faulkner Award di tahun 2002. Ann juga menerima penghargaan Guggenheim Fellowship serta Nashville Banner Tennessee Writer of the Year Award di tahun 1994.

[ more about the author and her related works, check on here : Ann Patchett | on Wikipedia | Bel Canto

Best Regards,
* Hobby Buku * 

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...