Judul Asli : A SINGLE SHARD
Copyright © by Linda Sue Park
Penerbit Atria
Alih Bahasa : Maria M. Lubis
Editor : Fenty Nadia & Ida Wajdi
Illustrasi : Indra Bayu
Desain Cover : Aniza Pujiati
Kisah ini berawal di sebuah desa kecil di pantai barat Korea, sekitar pertengahan abad ke-12. Tentang seorang pemuda yang disebut sebagai ‘Tree-ear’ atau jamur kuping, ia diberikan nama serupa dengan jamur keriput dan berbentuk setengah lingkaran yang mampu tumbuh di batang-batang pohon mati atau tumbang, muncul dari kayu lapuk tanpa benih semaian. Sebatang kara semenjak kanak-kanak ketika terjadi wabah penyakit di desanya. Semula ia hendak dirawat oleh para rahib di kuil, namun ketika tiada yang sanggup, maka Crane-man, seorang tunawisma yang cacat kaki, bersedia merawatnya hingga dewasa. Meski tinggal di bawah jembatan dan mencari makanan dari sisa-sisa yang makanan yang terbuang, Crane-man mengajarkan budi pekerti serta kehormatan harga diri kepada Tree-ear, agar tidak pernah melakukakan perbuatan tercela.
“Mencuri dan mengemis membuat seorang manusia tidak lebih baik daripada seekor anjing.”“Pekerjaan memberikan harga diri kepada seorang manusia, sementara mencuri memusnahkannya.”
Di sela-sela waktunya, Tree ear suka mengamati Min – pembuat Keramik terbaik di desa Ch’ulp’o, hasil karyanya terkenal seantero Korea, karena keindahan serta keunikan yang tak bisa ditiru oleh pembuat Keramik lainnya. Dan saat suatu hari Tree ear memberanikan diri untuk melihat hasil karya Min dari dekat, tanpa sengaja ia memecahkan salah satu diantaranya. Demi menebus kesalahan, Tree ear menawarkan jasa untuk bekerja tanpa bayaran kepada Min. Di mulai dari mencari kayu sebagai bahan bakar tungku pembuatan keramik, hingga akhirnya Tree ear diperbolehkan mencari dan menggali tanah liat bahan utama pembuatan keramik yang bagus.
[ source ] |
Kerja keras dan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Tree ear membuahkan kepercayaan dari pihak Min, terutama sang istri yang baik hati. Kehidupan sehari-hari Tree ear serta Crane-man mulai sedikit membaik, terutama dengan adanya asupan makanan secara rutin, sebagai pengganti jasa Tree ear. Hingga saat muncul pengumuman adanya sayembara pemilihan keramik terbaik yang akan dipilih oleh wakil Kerajaan. Hal ini bukan saja penghargaan serta kehormatan, tetapi sang pemenang akan terjamin masa depannya, karya-karyanya akan di tempatkan di lingkungan Kerajaan, di hadapan para bangsawan petinggi serta Sang Penguasa.
Semua Pembuat Keramik bekerja keras, berlomba membuat keramik terbaik dan tiada duanya. Tree ear yakin akan kemampuan Min, bahwa beliau pasti dapat memenangkan sayembara ini. Saingan Min hanya ada satu orang bernama Kang, yang memiliki keunikan tersendir pada keramik hasil karyanya. Dari awal Min sangat ambisius dan membuat suatu eksperimen yang belum pernah dicoba sebelumnya, dengan menggunakan bahan yang tidak biasa pula. Tree ear dengan rasa takjub, sekaligus penasaran, menanti hingga tiba hari di mana keramik-keramik itu akan dinyatakan siap untuk disajikan dalam pameran khusus bagi wakil Kerajaan yang akan datang ke desa Ch’ulp’o. Namun saat hari yang ditentukan, keramik-keramik Min sebagian besar dihancurkan oleh dirinya sendiri --- karena dianggap tidak layak, terjadi cacat produksi saat pembuatannya.
[ source ] |
Sang wakil Kerajaan adalah ahli dalam penilaian kualitas keramik, dan beliau melihat dari contoh karya Min (yang tidak banyak karena sebagian besar sudah dihancurkan karena Min adalah seniman yang perfeksionis), bahwa ada ‘sesuatu’ yang berbeda pada karya ini. Maka beliau menyampaikan pesan, bahwa jika Min mampu mengirimkan contoh lain dari karya terbaiknya ke Kerajaan, maka beliau akan memastikan untuk ‘membantu’ pemesanan karya-karya Min lainnya. Min yang sudah merasa lanjut usia, menyatakan takkan sanggup menempuh perjalanan jauh dari desa menuju ibukota. Tree ear yang ‘mendengarkan’ diskusi ini, memutuskan membantu dan bersedia pergi mengirim hasil karya Min ke Ibukota.
Tree ear – pemuda pendiam, tak pernah bepergian kecuali di sekitar desanya. Tak memiliki kemampuan serta keahlian khusus, namun memiliki kejelian serta jiwa seni keramik serta tekad tinggi guna mencapai tujuannya. Ia harus pergi meninggalkan wilayah yang dikenalnya, menempuh perjalanan jauh, seorang diri, tanpa mengetahui secara persis di mana letak Ibukota. Ia bahkan harus meninggalkan Crane-man, yang sudah dianggap sebagai pengganti orang tuanya. Tree ear berangkat menyongsong dunia yang tak pernah ia kenal, dan mengalami musibah besar, yang menyebabkan Keramik khusus persembahan bagi Kerajaan rusak parah ... apa yang harus dilakukan olah Tree ear ? Kembali menempuh perjalanan pulang dengan kegagalan, atau bertekad maju dengan segala keyakinan dan segenggam penuh harapan di pundaknya ?
Sebuah kisah perjuangan yang manis, jujur, dan sangat menyentuh, dituturkan dengansepenuh hati oleh penulis yang memiliki kecintaan akan kisah-kisah kehidupan di sekelilingnya.
Tentang Penulis :
Linda Sue Park adalah putri dari pasangan imigran dari Korea yang datang dengan penuh impian ke Amerika. Berbekal tekad dan kemampuan bahasa Inggris seadanya, mereka tinggal di Chicago, Illinois. Sang ibu mengajarkan pada sang putri yang baru berusia empat tahun, alfabet secara fonetik dengan sistem kartun satu halaman, dan alhasil ketika Linda memasuki sekolah taman kanak-kanak, ia satu-satunya anak yang sudah bisa membaca. Dan setiap dua minggu sekali dalam sebulan, pada Sabtu pagi, sang ayah akan mengajak anak-anaknya ke perpustakaan kota, dan meminjam berbagai literatur bacaan anak-anak Amerika, berkat rekomendasi pamflet dan brosur buku-buku pilihan terbitan ALA yang secara teratur dikumpulkan oleh sang ayah. Maka tak heran kecintaannya pada dunia literatur berakar sangat kuat pada diri si gadis cilik bernama Linda Sue Park hingga ia dewasa.
Novel pertamanya berjudul Seesaw Girl, menunjukan pengaruh budaya Amerika yang telah dijalani, namun tetap menampilkan aspek serta kultur-budaya Korea. Dan keinginan untuk menciptakan karya tulis bagi anak-anak dengan memperkenalkan budaya serta peninggalannya, sesuatu yang sudah banyak dilupakan oleh generasi muda ... mendorongnya menulis “A Single Shard” – yang berlatar belakang sejarah seni pembuatan keramik Korea yang terkenal hingga kini. Keramik Korea pada abad ke-11 hingga ke-12 merupakan keramik terindah di dunia, jauh sebelum Keramik Cina muncul. Salah satunya adalah jenis yang disebut keramik seladon yang mampu memberikan tekstur pasir dengan gradasi warna yang menarik. Hingga kini peninggalan keramik seladon ini tersimpan di museum-museum khusus, merupakan keramik yang dicari oleh kolektor sedunia, bukan saja karena keindahannya yang unik, tetapi juga karena saat ini tidak ada seniman yang mampu membuatnya, dengan tehnis serupa.
Best Regards,
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/