Books
“CINTA YANG TERPENDAM”
Judul Asli : SOMETHING BORROWED
Copyright © 2004
by Emily Giffin
Penerbit Esensi
Alih Bahasa : Nufika Wijayanti
Editor : Johanes Trihartanto
& Ratri Medya
Cover by Foetry Novianti ;
sumber foto © Shutterstock.
Cetakan I : 2012 ; 458 hlm
Rate : 2 of 5
[ source ] |
Sebelum memulai membaca buku
ini, sebuah persepsi tentang hubungan asmara serta perselingkuhan sudah
terbentuk dalam benaknya, terutama setelah membaca sinopsis di back-cover-nya.
Meski ada sedikit keraguan untuk meneruskan, khawatir karena ini merupakan
tipikal kisah romance yang berbelit-belit, kisah asmara yang terbentuk dalam
‘segitiga bermuda’ tiga insan manusia ... ( btw, there is some 'spoiler' between this review, don't read it if you don't want to know )
Dan ternyata setelah membaca
dan membolak-balik halaman demi halaman, sedikit ekspetasi yang di awal kisah
muncul, mulai mengalami penurunan. Bukan karena masalah kisah asmaranya, justru
karena karakter utama sosok Rachel White, yang seharusnya menjadi sosok yang
patut dikasihani, justru membuatku semakin lama semakin jengkel karena berbagai
alasan yang diungkapkan, menunjukkan betapa dirinya menjadi ‘korban’ akibat
pertemanannya dengan Darcy Rhone.
[ source ] |
Rachel dan Darcy telah menjadi
teman dan sahabat semenjak kanak-kanak, bahkan mengikrarkan sumpah-setia ketika
mereka berada di kelas lima SD. Rachel adalah seorang gadis yang lincah, cerdas
dan menyenangkan, sedangkan Rachel merupakan sosok malaikat cantik yang selalu
tampak sempurna dalam penampilan dan tutur-katanya. Menjalani masa remaja
hingga dewasa, keduanya tak pernah berpisah. Rachel yang akhirnya sukses dalam
jenjang karirnya, sebagai asisten jaksa di New York, sedangkan Darcy menjabat
sebagai Humas di perusahaan elite. Meski terlihat sangat erat, hubungan
keduanya senantiasa dalam persaingan yang tak terlihat, terutama bagi Rachel
secara pribadi.
Rachel selalu merasa dirinya
harus berusaha keras guna mencapai apa pun yang diinginkan, sedangkan Darcy
yang cantik, menarik dan mempesona, mampu mendapatkannya kapan pun ia mau.
Bukan hanya pekerjaan, benda-benda, tetapi juga para pria yang bagai ngengat
yang tertarik pada cahaya penampilan Darcy, membuat Rachel selalu merasa
terpuruk dalam bayang-bayang sahabatnya. Bahkan beberapa kali, pria yang ia
sukai, pada akhirnya memilih Darcy, ketimbang dirinya. Bahkan kedua orang
tuanya, terutama ibunya, tampak lebih menyukai Darcy daripada putrinya sendiri.
Dan suatu hari, dalam perayaan ulang tahunnya ke-30, Rachel yang mabuk,
memperoleh suatu kesempatan yang dinantikan sekian lama, ia pergi ‘tidur’
dengan Dexter ‘Dex’ – pria yang diam-diam menempati tempat tersendiri di
hatinya beberapa tahun terakhir. Masalahanya, Dex adalah tunangan Darcy, dan
mereka akan melangsungkan pernikahan dalam beberapa bulan ke depan.
[ source ] |
Nah, sampai disini, jika Anda
sudah cukup ‘muak’ dengan kisah tipikal seperti ini, tunggu sampai pada
kelanjutan kisahnya. Alih-alih berhenti, ternyata mereka berdua Rachel (tentu
saja) dan juga Dex, merasakan daya tarik yang tak mampu dilepaskan begitu saja.
Jadi bukannya berhenti, meski merasa tak nyaman dengan rahasia ini, hubungan
mereka berlanjut. Jangan salah paham, meski bukan hubungan secara fisik, namun
secara emosi mereka berhubungan, menjadikan peristiwa ‘selingkuh’ ini lebih
dalam dari yang mereka pikirkan. Memang seringkali pasangan yang hendak
menikah, justru salah satu diantaranya, terlibat hubungan ‘affair’ akibat
ketakutan dalam menghadapi pernikahan. Tapi percayalah, ini bukan isu dalam
kasus kisah ini.
Sembari memotong dan menyingkat
kisahnya, Rachel mulai memperoleh ‘penglihatan’ akan kebenaran hubungannya
dengan Darcy. Bagaimana ia mulai melihat dirinya mendapat perlakuan tak adil
dan semena-mena dari Darcy sepanjang hidupnya. Tapi hati dan pikirannya masih
tidak mampu mencerna, bahkan cenderung mencari pembenaran dalam setiap tindakan
Darcy. Dan ini yang membuatku semakin jengkel. Bagaimana mungkin seorang wanita
yang mandiri dan sangat cerdas, tak mampu melihat kebenaran sifat dan karakter
Darcy yang (sedari kecil) sangat egois, manja, menganggap semua orang akan
berpihak dan menuruti kata-katanya. Singkat cerita, Darcy adalah penggambaran
seorang Diva, dan Rachel adalah pengikutnya yang setia. Yang semakin membutku
jengkel dan main-skip beberapa halaman, karen alih-alih melakukan konfrontasi,
karakter Rachel justru berusaha mencari pembenaran dan simpati dari ‘curhat’
ala buku harian akan pengalaman hidupnya....ouwww, get real would you, if you
don’t happy with your life, just change it, don’t blame it on others people !!!
[ source ] |
Dan ketika akhirnya (finally
...) Rachel mendapati fakta-fakta yang mendukung teori yang bermain di
benaknya, bahwa tidak SEMUA orang suka pada Darcy, dan tidak SEMUA pria memilih
Darcy ketimbang dirinya, nah ia baru ‘tersadarkan’ ... (setelah menghabiskan
sekian banyak halaman, atau jika menurut penulis, setelah melewati krisis
periode ulang tahun ke-30). Dan endingnya, yang seakan sengaja dibuat melalui
adegan terbongkarnya affair antara Rachel dan Dex serta affair Darcy sendiri
(yeah, dia juga main-selingkuh sampai hamil ... duh), maka bak adegan film yang
dipaksa happy ending, jadilah mereka pada pasangan masing-masing. Percayalah
justru ending ini semakin membuatku jengkel, karena sekali lagi penulis tidak
memberikan tanggung jawab serta keberanian pada karaketer utamanya untuk mengambil
keputusan bagi hidupnya. Semuanya terjadi karena efek sebab-akibat
terbongkarnya selingkuh mereka masing-masing.
Sungguh kisah yang sangat
mengecewakan, dan pelajaran apa yang bisa dipetik dari kisah ini ??? Menurutku tidak ada, bahkan jika label buku
ini masuk kategori bacaan kaum wanita metropolitan, saran apa yang diberikan,
bahwa selingkuh serta lari dari kenyataan itu dianjurkan, sedangkan berani
bertanggung jawab pada kehidupan diri sendiri justru dilupakan ?? Dan meski
sang penulis masuk dalam jajaran penulis bestseller, diriku tidak yakin dengan
tema serta kisah yang diusungnya akan mampu menggerakan diriku untuk membaca
judul-judul yang lain. What a waste of time and really bad examples for all the
single women out there ...
Emily
Giffin, adalah seorang penulis asal Amerika, lahir di Baltimore,
Maryland pada tanggal 20 Maret 1972. Ia adalah
lulusan Wake Forest University dan University of Virginia School of Law.
Setelah belajar tentang dunia pengadilan di sebuah firma hukum di Manhattan
selama beberapa tahun, dia pindah ke London untuk mejadi penulis. Dia sudah
menulis enam buah novel laris, yaitu Something Borrowed (2004), Something Blue(2006) yang merupakan kelanjutan kisah tentang Darcy Rhone, Baby Proof (2007), Love the One You’re With (2009), Heart of the Matter (2010) dan Where We Belong (2012). Something Borrowed juga telah diadaptasi ke layar lebar yang
rilis pada 6 mei 2011, dibintangi oleh Ginnifer Goodwin (Rachel White) dan Kate
Hudson (Darcy Rhone). Emily Giffin sekarang tinggal di Atlanta dengan suami dan
ketiga anaknya.
[ more about this author, check
on her website at : EmilyGiffin ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
Aku blom baca novelnya tapi udah nonton filmnya. Sumpah kesel banget sama Rachel dan Dex. Kok ya kayaknya ga punya kendali banget sama nafsu mereka? Aku malah suka sama cowok satu lagi tuh yang dikira gay. So sweet.
ReplyDeleteHehe, rasanya tdk bakalan tertarik nonton filmnya, bukunya sdh bikin jengkel ampun-ampunan :D
DeleteSejak baca paragraf awal review sudah yakin kalau buku ini bukan tipe bacaanku, tapi karena penasaran dengan 2 bintang, jadi kubaca habis reviewnya... hasilnya, makin yakin ini buku termasuk yang kudu dihindari
ReplyDeleteAsli ini percobaan yang gagal mbak :D tidak jodoh dengan cerita model begini ...
Delete