Books
“THE CHRISTMAS BUS”
Judul Asli : THE CHRISTMAS BUS
Copyright © 2006 by
Melody Carlson
Originally published
in English under the title ‘The Christmas Bus’ by Fleming H. Revell
Penerbit Gloria
Graffa
Alih Bahasa : C.
Krismariana W., Susanna Prayoga, G. Dyah Paramita P.K.
Editor : Tesalonika
Krisnamurti
Desain isi :
Maxdalena Wahyuningtyas
Cetakan I : Oktober
2007 ; 192 hlm
Rate
: 3 of 5
“Peliharalah kasih persaudaraan ! Jangan kamu lalai memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang tanpa diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” [ Ibrani 13 : 1, 2 ]
Christmas
Valley – sebuah kota kecil di belahan timur Cascade, Pasific Northwest, Oregon
Utara, dengan populasi penduduk 2.142, merupakan contoh kehidupan masyarakat
yang berjuang melawan arus perubahan jaman dengan mempertahankan budaya dan
tradisi setempat. Sebagai kota yang muncul akibat arus pendatang di kawasan
Barat, mata pencaharian yang juga merupakan tonggak perekonomian bergeser dari
pertambangan yang kemudian ditinggalkan, hingga sebuah kesepakatan dibentuk
untuk membuat kota keci tersebut menjadi obyek wisata sesuai nama yang melekat
dan kemudian dikenal oleh sebagian dari khalayak umum.
~ The Christmas Pony ~ |
Edith
Ryan adalah salah satu dari segelintir penduduk Christmas Valley yang menyukai
saat-saat menjelang Natal. Ia dan suaminya, Charles Ryan yang kini masih
mengemban tugas sebagai pendeta di kota tersebut, telah jatuh hati semenjak
kedatangan mereka pertama kali sebagai pengantin baru di kawasan yang cukup
terpencil namun indah. Dua puluh lima tahun kemudian, ke-4 putra dan putri
mereka telah membentuk rumah tangga masing-masing dan tinggal di tempat yang
cukup jauh, menjadikan Natal sebagai waktu yang sangat dinantikan oleh mereka berdua,
dimana anak serta cucu-cucu datang berkumpul bersama menikmati masa liburan.
Namun
justru seminggu menjelang perayaan Natal, Edith memperoleh kabar bahwa
putra-putri serta cucu mereka berhalangan untuk berkunjung ke Christmas Valley.
Edith tak mampu membayangkan suasana semarak dan kesibukan yang senantiasa
melingkupi kediaman mereka, akan menjadi sepi karena hanya dinikmati oleh
mereka berdua. Selain itu ia juga gelisah mendapati gunjingan beberapa penduduk
yang menyatakan ketidak-puasan terhadap kebijakan oleh pendeta mereka, Charles
Ryan, suami Edith. Pada situasi yang cukup mengusik ketenangan pikiran Edith,
sebuah ide muncul, untuk membuka penginapan yang ia kelola sepanjang liburan
Natal, dan mengundang pengunjung untuk menikmati liburan Natal di Christmas
Valley ...
~ The Christmas Dog ~ |
Ide
yang berawal dari keinginan untuk berbagi dan menolong orang lain, serta usaha
untuk membuat suasana perayaan Natal di Christmas Valley serta kediamannya
lebih semarak, ternyata mengundang berbagai masalah yang sama sekali tak pernah
terbersit dalam benak Edith. Dimulai dari kritik yang diberikan oleh
teman-temannya, karena mengundang ‘orang asing’ dalam lingkup kehidupan mereka
dan kebersamaan yang telah dijalani selama bertahun-tahun oleh para penduduk
Christmas Valley. Kemudian satu demi satu tamu yang hendak menginap
berdatangan, selain merupakan orang asing, mereka juga membawa perubahan
suasana dan tradisi yang telah berjalan di Christmas Valley.
Seorang
wanita tua penggerutu dan suka ikut campur urusan orang lain, pria tua yang
selalu mendekam dalam kamarnya, pasangan suami-istri yang selalu bertengkar,
ibu muda yang bergulat sebagai orangtua tunggal bagi putrinya setelah
memutuskan berpisah dengan suaminya yang menelantarkan keluarganya, dan
sepasang suami-istri remaja yang terdampar akibat bus reyot yang mereka bawa
rusak berat, tanpa memiliki uang yang cukup untuk sekedar membeli makanan atau
bensin untuk kendaraan mereka, selain kasih sayang antara keduanya menjelang
kelahiran bayi pertama mereka dalam hitungan hari ... para tamu asing yang
harus diterima di penginapan Edith, memaksa dirinya serta sang suami untuk
melakukan perombakan total terhadap kehidupan mereka, dan juga menyelamatkan
jiwa dan semangat Natal yang telah dilupakan oleh para penduduk Christmas
Valley.
~ The Christmas Shoppe ~ |
Sebuah
kisah drama yang mengangkat tema seputar perayaan Natal serta makna tradisi
yang telah berubah demi mengikuti sesuatu yang dianggap sebagai ‘trend-setter’ – justru menghapus
kebenaran dari tujuan perayaan tersebut. Perayaan Natal yang indentik dengan
kewajiban saling menukar hadiah, menghiasai kediaman dan lingkungan sekitar
dengan aksesoris Natal, hingga drama Natal yang menjadi ajang perebutan untuk
menonjolkan diri masing-masing, dituangkan dalam rangkaian kisah yang sedikit
demi sedikit mulai ‘mengetuk’ nurani pembaca (terutama bagi umat Kristiani). Bagaimana
makna peringatan kelahiran putra Allah sebagai anak manusia, disandingkan
dengan pesta pora dan mitos Sinterklas (baca : St. Claus) yang sebenarnya
merupakan mitos kisah St. Nicholaus yang dibumbui dengan
“Natal bukanlah tentang lagu Jingle Bells, candy canes, dan serbet bergambar wajah Sinterklas. Natal juga bukan soal mengumpulkan uang lebih banyak dan membuat teman-teman kalian terkesan dengan rumah Anda yang terang benderang....” [ ~ from The Christmas Bus | p. 61 ]
~ Christmas at Harrington's ~ |
Walau
kisah ini bisa dikatakan bisa ditebak dengan mudah semenjak awal, sebagaimana
‘stereotype’ kisah-kisah drama tema Natal lainnya, tanpa adanya gejolak ataupun
kejutan yang mampu menggugah perasaan dan sisi emosional, kesan manis dan
pesan-pesan moral yang dituturkan tanpa bermaksud menggurui, mampu memberikan
sedikit kepuasan disertai perasaan ‘hangat’ yang mengingatkan kita untuk
senantiasa bersyukur dan siap sedia dalam menghadapi aneka macam ‘tamu’ yang
akan berkunjung – siapa tahu di antara orang-orang asing, yang bertingkah
sangat menjengkelkan dan senantiasa membuat kesal adalah malaikat pelindung
atau bisa jadi justru Tuhan sendiri yang sedang ‘menyamar’ ... (^♡^)
[ more about the author &
related works, just check at here : Melody Carlson | Melody's Books | on Goodreads
| on Wikipedia | at Facebook ]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
91th Book
in Finding New Author Challenge
229th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby
Buku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/