Sebuah kisah di
tengah siang hari bolong ....
“Gubrak !” (bunyi tas yang dilempar ke kursi dan jatuh menimpa tumpukan buku) “Duh, laparnya, Bibik ada makanan apa ya ?” Momo langsung buka-buka penutup hidangan di meja makanan. “Ya ampun non Momo, anak gadis itu pamalih teriak-teriak di dalam rumah. Ini ada sayur lodeh sama dadar jagung perkedel. Ganti baju dulu sama bersih-bersih dulu gih, bibik siapin sebentar lagi,” ujar bik Iyem. “Cepetan ya bik Yem, sudah lapar berat ini. Si Mimi kemana ?” Momo masih bicara setengah teriak sembari masuk ke kamar buat ganti pakaian ... dan Mimi ada di atas ranjangnya sembari asyik membaca buku.
“Nggak dengar ya gue teriak-teriak, asyik baca apaan sih ... eh,wait itu buku gue kan ?” Momo mendekat dan berusaha menarik buku yang ada di tangan Mimi. “Ralat, ini kan bukunya si Hubby yang elo pinjam sudah sebulan ngak dibalik-balikin. Daripada elo anggurin gitu mending gue baca. Lagian, tumben elo mau baca novel setebel ini,” Mimi segera menghindar dari kejaran Momo dengan pandangan mata tidak lepas dari buku tersebut. “Enak aja, gue sudah baca tahu ... karena butuh buat bikin referensi mata kuliah tentang YA Lit, cuman belum sempat-sempat ke tempat si Hubby buat balikin. Nah, elo kan demennya baca fantasi, tumben mau baca teens romance gini,” sindir Momo.
[ source ] |
“Iseng sih aslinya, waktu sekilas baca sinopsis ini tentang anak kembar, tapi setelah gue baca ternyata anak fantasinya juga ini, semacam fanfiksi Harpot gitu kan. Plus karakter si Cath & Wren ini rad-rada mirip kita deh, or at least si Cath ini kayak elo sifatnya hahaha,” Mimi terkekeh sembari berkelit dari cubitan Momo. “Siapa yang mirip, puelissss deh, si Cath itu very introvert girl, tipe kutu-kuper yang sama sekali tidak punya rasa pe-de, memilih hidup dalam dunia imajinasinya alih-alih facing the reality, and I’m not like that, at all !! Malahan elo yang rada mirip, jadi fandom Harpot-lah, Percy-lah, so weird,” sergah Momo.
“Maksudku bukan secara langsung elo sama persis dengan Cath, tapi sikap persistense terhadap sesuatu yang diyakini, meski tidak disetujui orang lain atau waktu elo punya niatan khusus, selalu elo yakini sampai nyaris membabi-buta – itu yang mirip menurutku,” Mimi menjelaskan dengan tenang. “Dan emang sih sifat tertutup Cath dan childist-nya rada bikin sebel, untung kita bukan tipe saudara kembar yang selalu runtang-runtung berdua kemana-mana ya Mo, we’re more independent person. Klo gue jadi Cath yang bisa nulis fanfiksi kayak gini – wuihh it’s so cool. Kisah tentang Simon & Baz versi Cath bener-bener bikin penasaran, rasanya malah lebih menarik dari versi asli kisah Simon Snow ini ... ini ending gimana Mo, kisah between Simon & Baz ?” Mimi nyerocos sambil mulai membalik halaman buku berikutnya.
[ source ] |
“Gue bukan tipikal spoiler-person ya, baca aja sendiri sampai tamat, biar kerasa sendiri seneng-sebelnya sekalian,” ujar Momo sambil nyengir. “Yang bisa gue share, ini lebih tentang kisah kehidupan Cath (dan juga Wren, meski ia hanya muncul dalam porsi yang lebih sedikit) dalam menghadapi berbagai tantangan dan halangan di dunia nyata. Like how to handle boys, or gimana rasanya klo mendadak suka sama cowok-nya teman sekamarmu, atau gimana klo dosen pembimbing melalukan kritik tajam terhadap hasil karya yang sudah dibuat dengan curahan keringat dan memeras otak – something like that. Tentu saja dengan bonus tambahan, kisah tentang Simon dan Baz yang menurut lo ‘buagusss-bingitz’ ... ini menempatkan dikau pada posisi Cath deh, gue sih bukan fans macam begitu,” lanjut Momo ‘rada’ panjang-lebar.
“Terus, terus, apa lagi yang menarik, baru nyampai waktu Cath dekatan sama Levi nih, duh si Levi ini baik banget ya, kayaknya di dunia nyata ngak ada deh cowok model beginian,” komentar Mimi. “Udah elo baca sendiri aja sampai selesai, buruan ya, gue mesti balikin dalam minggu ini tuh buku,” balas Momo. “Lagian gue masuk kamar cuman mau ganti baju doank t’rus ‘mamam’ masakan bibik, ikutan ngak, klo ngak gue habisin lho perkedelnya,” sambung Momo sambil ganti baju sambil buka pintu. “Habisin deh, gue mau namatin buku ini sebelum balik ke Hubby, nanggung lagian bacanya tinggal dikit ini,” Mimi kembali baring-baring di tempat tidur sambil melahap halaman demi halaman ...
[
Nah, itu tadi bukan review tentang buku, atau setidaknya bukan versi baku
sebuah review bacaanku. Jika ingin tahu apa buku yang menjadi bahan ‘keributan’
antara Momo dan Mimi, si kembar yang sama sekali berbeda dengan karakter di
dalam buku ini, dua bersaudara bernama Cath dan Wren, yang sama-sama fans berat
sebuah kisah tentang Simon Snow dan kemudian mendedikasikan ‘kecintaan’ mereka
melalui dunia fanfiksi, maka silahkan menyimak sinopsis dan keterangan tentang
buku tersebut pada keterangan di bawah ini. Yang jelas, sebagai pembaca pertama
buku yang ‘akhirnya’ dipinjam oleh Momo (dan juga Mimi), ada beberapa poin yang
bisa kubagikan bagi kalian, sesama pecinta buku. Ini bukanlah sekedar kisah
romansa ala remaja yang mengalami pergolakan emosi dalam usaha pencarian
identitas diri.
Ok,
ini sebenarnya kisah tentang remaja yang mengalami krisis kepercayaan diri,
walau pun sebenarnya ia memiliki ‘sesuatu’ yang menonjol dan bisa jadi menjadi
kelebihan dirinya, seandainya saya ia tidak begitu ‘kuper’ ... dan keunikan
kisah ini, pembaca diajak menelusuri dua sisi kisah dari dunia yang berbeda.
Satu merupakan dunia di mana Simon & Baz – karya fanfiksi Cath ‘hidup’
dikalangan tertentu dan dikenal banyak orang, satu sisi lainnya adalah kehidupan
pribadi Cath dan hal-hal pribadi yang ia sembunyikan dari siapa pun juga,
termasuk keluarganya. Dengan desain sampul yang menarik untuk edisi terjemahan
dari penerbit @spring, sayangnya hal ini agak seikit terhambt oleh versi
terjemahan yang agak aneh, seperti terjemahan per kata langsung dari kamus
alih-alih pemahaman keseluruhan kalimat / paragraf. Ditambah dengan alur kisah
yang lambat di awal kisah, membuatku cukup lama menuntaskan kisah ini. Untung
saja hal ini tidak berlangsung lama, menjelang pertengahan hingga akhir, baik
penggunaan kata maupun konflik yang terjadi mulai membuatku penasaran berat
bagaimana akhir kisah ini.
Rainbow
Rowell, sang penulis dikenal akan karya-karyanya yang mengambil tema seputar
krisis remaja pada umumnya (terutama berkaitan dengan kultur budaya dan
pergaulan sosial remaja Amerika). Yang menarik, kisah ini juga mengangkat tema
tentang fanfiksi – dunia yang didedikasikan bagi para penggemar berat (fans)
kisah-kisah yang menjadi bestseller dan membuat tulisan yang mirip atau justru
bertolak-belakang dengan versi aslinya. Walau awam banyak salah mengartikan
mereka sebagai sekedar ‘plagiat’ – tidak semua tulisan fanfiksi ini termasuk
tulisan ‘sampah’ karena ada beberapa yang cukup bagus dan memiliki fans
tersendiri diluar penggemar versi aslinya. Dan jika tulisan Cath sebagai
Magicath atas karyanya ‘Simon & Baz’ benar-benar ada – diriku termasuk
salah satu penggemarnya (^_^) *penasaran-berat’ bagaimana nasib Simon &
Baz* Pengen tahu kisah selengkapnya, silahkan mencari buku ini di tobuk
terdekat, karena milikku sedang (dan masih) dipinjam si kembar Momo dan Mimi
... ]
Books “FANGIRL”
Judul Asli : FANGIRL
Copyright © 2013 by
Rainbow Rowell
Penerbit Spring (an
imprint of Penerbit Haru)
Alih Bahasa : Wisnu
Wardhana
Editor : NyiBlo
Proofreader : Dini
Novita Sari
Ilustrasi isi :
@teguhra
Desain sampul :
Bambang ‘Bambi’ Guanawan
Cetakan I : November
2014 ; 456 hlm ; ISBN 978-602-71505-0-8
Rate
: 3.5 of 5
Sinopsis
:
Cath dan Wren – saudari kembarnya – adalah penggemar Simon Snow.Oke, seluruh dunia adalah penggemar Simon Snow, novel berseri tentang dunia penyihir itu. Namun, Cath bukan sekedar fan. Simon Snow adalah hidupnya !Cath bahkan menulis fanfiksi tentang Simon Snow menggunakan anam pena Magicath di Internet, dan ia terkenal ! Semua orang menanti-natikan fanfiksi Cath.Semuanya terasa indah bagi Cath, samapai ia menginjakkan kaki ke universitas. Tiba-tiba saja Wren tidak mau tahu lagi tentang Simon Snow, bahkan tak ingin menjadi teman sekamarnya !Dicampakkan Wren, dunia Cath jadi jungkir balik. Sendirian, ia harus menghadapi teman sekamar eksentrik yang selalu membawa pacarnya ke kamar, teman sekelas yang mengusik hatinya, juga profesor Penulisan Fiksi yang menganggap fanfiksi adalah tanda akhir zaman.
Seolah dunianya belum cukup terguncang, Cath juga masih harus mengkhawatirkan kondisi psikis ayahnya yang labil.Sekarang, pertanyaan buat Cath adalah : mampukah ia menghadapi semua ini ?
[
more about the author & related works, just check at here : Rainbow Rowell | on Goodreads| at Twitter | at Facebook ]
Best Regards,
@Hobby Buku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/