Judul Asli : HUJAN DAUN-DAUN
[
Gramedia Writing Project ]
by Lidya Renny
Chrisnawaty, Tsaki Daruchi, Putra Zaman
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Editor : Nina Andiana
Desain cover : Marcel
A.W.
Cetakan
I : April 2014 ; 248 hlm ; ISBN 978-602-03-0376-5
Rate : 3.5 of 5
Ada yang mengatakan
bahwa mimpi adalah bunga tidur – yang membuat pikiran menjadi santai dan
terbangun dalam kondisi segar. Namun mimpi-mimpi yang muncul dalam tidur Tania Arini
justru membuatnya terbangun dalam kondisi gelisah, takut dan penasaran.
Mungkinkah seseorang mengalami mimpi serupa selama berhari-hari ? Dan mengapa
ia tak mampu memahami arti dari mimpi-mimpi yang menggelisahkan itu ? Mimpinya
selalu sama, tentang seorang gadis kecil berbaju biru, bermain dengan dirinya
di halaman yang memiliki pohon besar dengan dedaunan berguguran di bawahnya.
Siapa gerangan gadis cilik yang selalu muncul dalam mimpinya ?
Pertanyaan demi
pertanyaan menggayuti benak Tania. Bahkan ketika sahabatnya Stella berusaha
mempersiapkan pesta ulang tahun yang istimewa bagi dirinya. Ulang tahun Tania
hanya bisa dirasakan emapat tahun sekali, karena ia terlahir tepat pada tanggal
29 Februari. Mendekati hari kelahirannya, kesedihan muncul mengenang kedua
orang tuanya yang telah tiada. Ia dibesarkan oleh Kakek Susilo dan Nenek Arini,
orang tua ibunya. Kesedihan Tania semakin bertambah kala ia tak mampu mengingat
raut wajah kedua orang tuanya, atau menuangkannya dalam bentuk sketsa lukisan
yang merupakan salah satu keahlian Tania. Baik kakek maupun neneknya, tak
bersedia berbicara tentang orang tua Tania, walau sekedar mengenang masa lalu.
Kemudian suatu hari
muncul seorang wanita tak dikenal bernama Meilia Wibowo di kampusnya. Ia
mengaku sebagai istri Alex Wibowo – pelukis ternama yang ternyata ayah kandung
Tania, yang sengaja mencari dirinya demi memenuhi amanat sang suami. Tania tak
pernah menduga bahwa masa kecilnya ternyata tidak sebagaimana ia ketahui selama
ini, bahwa baik kakek maupun neneknya telah menyembunyikan fakta tentang
tragedi yang merenggut kedua orang tua Tania dari kehidupannya. Namun kisah
yang dituturkan oleh Meilia tidak berhenti hingga tragedi yang memisahkan
sebuah keluarga, melainkan tentang menghilangnya salah satu dari belahan jiwa,
kisah tentang saudara kembar Tania yang lenyap saat ditinggalkan di panti
asuhan.
“Pohon trembesi, dua sosok gadis cilik, satu bergaun biru, satunya bergaun warna merah muda. Mereka sedang bermain petak umpet. Dua lukisan. Hujan Daun-Daun dan Warna Tua Daun-Daun.”
Ini adalah buku kedua
yang kubaca setelah Teater Boneka dari GWP. Sejujurnya diriku tidak memberikan
ekspektasi lebih tinggi untuk bacaan yang dimasukan dalam kategori remaja ini.
Terlebih setelah ‘sedikit kekecewaan’ usai menuntaskan Teater Boneka. Di luar
dugaan, Hujan Daun-Daun memberikan sesuatu yang lebih, sehingga semenjak awal
hingga akhir, diriku terhanyut dalam perjalanan Tania mencari belahan jiwa yang
terenggut dari masa kanak-kanaknya. Mengambil tema tentang kekuatan ikatan
antara anak kembar, meski dipisahkan dan tidak mengetahui keberadaan
masing-masing, di mana bertahun-tahun kemudian masing-masing menemukan jalan
untuk saling ‘bersua’ melalui rangkaian mimpi-mimpi absurb.
Meski temanya cukup
sederhana, para penulis mampu merangkai jalinan kisah yang sangat menarik,
mengundang rasa penasaran dengan adanya misteri yang harus dipecahkan, dengan
bumbu romansa yang tidak ‘cheesy’ atau berlebihan, diakhiri dengan ending yang
menyentuh sekaligus memuaskan. Tiada terlihat bahwa ini ditulis oleh tiga
penulis yang berbeda, karena keseluruhan kisah terasa sangat utuh dan mengalir
dengan indah. Jika kisah ini dimasukan dalam kategori bacaan remaja (yang
notebene biasanya merupakan bacaan ringan), terus terang diriku agak tidak
setuju, karena bobot dan kualitas penulisannya sangat bagus, matang dan lebih
mendekati sebuah novel seandainya kisah ini diperkenankan lebih panjang lagi.
Keunggulan kisah ini
lebih karena pemilihan tema yang simple dan sederhana, namun dalam
pengembangannya menjadi suatu kisah yang cukup kompleks, dengan alur yang cukup
cepat. Adegan demi adegan yang muncul, perjalanan lintas kota hingga lintas
benua yang terjadi, terasa ‘real’ dan sekali lagi tidak terlalu berlebihan atau
di-eksplotasi sebagaimana kebanyakan penulis muda yang ‘terbawa arus’ dalam
menuliskan latar belakang alih-alih memperkuat karakter dalam kisahnya. Tanpa
panjang-lebar, kuacung jempol bagi ketiga penulis, yang berhasil memberikan
‘kesegaran’ bagi pembaca seperti diriku, dan membuatku tetap berusaha untuk
mencari buku karya penulis Indonesia yang berbobot dan tidak terseret dalam
arus ‘trend’ yang menyesatkan. Semoga kalian berhasil membuahkan karya pribadi
yang jauh lebih fenomenal dari ‘Hujan Daun-Daun’ ... and I love this story
(^_^)
Tentang Penulis :
ᴥ Lidya Renny Chrisnawaty
Lahir di Yogyakarta
pada 15 Januari. Menulis dan membaca adalah cinta abadinya. Penggemar
karya-karya Paulo Coelho dan Ken Terate. Cermanya beberapa kali dimuat di koran
Minggu Pagi sedangkan cerpen remajanya telah dimuat di berbagai majalah remaja
seperti Wonderteen, Hai, Keren Beken, dan Story. Sebagian ceritanya bisa
disimak di http://lidyarennych.blogspot.com/
ᴥ Tsaki Daruchi
Penulis yang memiliki
nama asli Tri Saputra Sakti dan membuat akronim (Tsaki) serta nama almarhum
papanya (Daruchi) sebagai nama pena. Aktif menulis di berbagai sosial media
atau blog, seperti Twitter, Facebook, Wattpad, Wordpress, dan sebagainya. Masih
bersusah payah menyelesaikan novel solonya agar dapat diterbitkan.
ᴥ Putra Zaman
Lahir di OKU Timur,
September 1990. Saat masih kecil pernah bercita-cita jadi musisi, astronaut dan
ahli sejarah, setelah besar malah mengambil kuliah di jurusan Komputer, dan
setelah wisuda mulai menggeluti Teknik Kimia di perusahaan pupuk terkemuka di
Palembang. Menjadi kontributor dalam beberapa buku kumpulan cerpen di penerbit
mayor maupun yang telah terbit secera self-publishing. Penggerak #MalamPuisi
Palembang ini biasa berkicau di akun Twitter @poetrazaman, kadang menulis puisi
dan cerita pendek di www.erasson.wordpress.com.
[ more about the
authors & related works, just check at here : Gramedia Writing Project ]
~ GRAMEDIA WRITING
PROJECT ~
Adalah seleksi
pencarian bakat penulis Indonesia yang dimulai pada tahun 2013, dimana dari
1600-an naskah yang masuk ke redaksi, diseleksi hingga terpilih 20 penulis yang
akan mengikuti pelatihan menulis bersama Clara Ng dan editor-editor Gramedia
Pustaka Utama.
Pada tanggal 28-29
September 2013, bertempat di Hotel Amaris Grogol, Jakarta, diadakan pelatihan
menulis serta wawancara untuk menentukan 9 orang pemenang yang akan ditempa menjadi
3 tim penulis GWP. Hasilnya adalah tiga
novel yang ditulis secara estafet ; tiga novel dengan genre berbeda : Badut
Oyen (Horor), Hujan Daun-Daun (Remaja), dan Teater Boneka (MetroPop).
Selain itu 20 penulis
yang terpilih juga akan menerbitkan kumpulan cerpen omnibus pada tahun 2014
ini. Gramedia Writing Project adalah awal dari pintu menuju karier kepenulisan
bagi 20 orang yang terpilih, dan diharapkan setelah program ini, mereka bisa
menulis karya-karya mereka sendiri dan menerbitkannya melalui Gramedia.
Sedangkan untuk program GWP sendiri tak akan terhenti sampai di sini. Nantikan
GWP berikutnya.
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
117th Book
in Finding New Author Challenge
273th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/