Books
“PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH”
Judul Asli : THE END OF MANNERS
by Francesca Marciano
Copyright ©
Audenspice Limited 2007
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Rahmani
Astuti
Editor : Ariyanti E.
Tarman
Desain
sampul : Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : 2014 ; 368
hlm ; ISBN 978-602-03-0213-3
Harga Normal : Rp. 59.000,-
Rate : 3.5 of 5
Maria Galante
mencintai pekerjaannya sebagai fotografer profesional yang berkutat dengan
jadwal padat pemotretan di bidang kuliner. Hingga suatu hari agennya menawarkan
peluang untuk mengerjakan misi khusus di Afghanistan, menemani jurnalis ternama
bernama Imogen Glass, yang hendak melakukan liputan tentang kaum perempuan di
Afghanistan. Maria sadar bahwa di usianya ke-32 tahun, ia telah menikmati
kenyamanan dan keamanan dalam rutinitas pekerjaan selama 2 tahun terakhir. Masa
lalunya sebagai fotografer peraih penghargaan dan keberaniannya meliput aneka
topik seputar sosial budaya di masyarakat, berusaha ia hapus dari ingatannya,
terlebih setelah sindrom stress berkepanjangan yang sempat ia alami serta patah
hati akibat putus dari calon suami yang ternyata diam-diam berselingkuh. Berkat
bujukan Pierre – agen sekaligus sahabatnya, Maria mengambil keputusan nekad
untuk kembali terjun dalam kancah jurnalistik di dunia yang sama sekali
berbeda.
Tanpa pernah
membayangkan bahwa kehidupannya akan sama sekali berubah, Maria mengikuti
berbagai macam kegiatan yang harus ia jalani untuk menuntaskan misi tersebut.
Dari mengikuti pelatihan khusus yang diadakan oleh pelatih-pelatih mantan
anggota militer, yang bukan saja memberikan latihan fisik berat dan pelatihan
penggunaan senjata, melainkan juga pelatihan mental untuk menghadapi hal-hal
mengerikan di kancah peperangan, hingga perjalanan serta proses panjang untuk
akhirnya tiba di Afghanistan. Bayangan bahwa ia cukup melakukan pemotretan kegiatan
kaum perempuan Afghanistan dalam kehidupan seharai-hari, dan memperoleh jawaban
mengapa cukup banyak para gadis memilih melakukan bunuh diri saat di hadapkan
pada pilihan masa depan yang terbatas : menikah dengan pasangan yang tak
dikenal, asalkan mereka mampu ‘membayar’ pada keluarga sang gadis, atau bunuh
diri ... dan kesulitan pertama yang menghadang Maria justru adanya larangan
keras untuk memotret kaum perempuan Afghanistan, atau dikenai sangsi hukuman
seberat-beratnya oleh pihak berwenang.
Semenjak awal saat
membaca sinopsis kisah ini, diriku tertarik untuk mengetahui sudut pandang yang
berbeda dari sosok perempuan mandiri yang terbiasa dengan budaya Barat, saat ia
juga berusaha memahami kehidupan kaum perempuan Afghanistan yang dikabarkan mengalami
penderitaan dan siksaan sepanjang hidupnya. Uniknya, penulis justru memilih
beragam sudut pandang melalui perpaduan karakter yang beragam pula. Selain
tokoh utama Maria Galante – yang mengalami ketakutan sepanjang hidupnya bahwa
ia tak akan pernah meraih prestasi tertinggi dalam pekerjaan juga kehidupan
pribadinya, pembaca juga diajak mengikuti pandangan Imo Glass – jurnalis yang
digambarkan telah meraih kesuksesan demi kesuksesan dan menikmati kehidupan
yang luar biasa. Di sisi lain, sorotan tentang kehidupan masyarakat
Afghanistan, disajikan dalam kilasan para pendatang yang terpuruk dan terjerat
tanpa mampu keluar dari lingkaran rutinitas yang unik, berpadu dengan
penerimaan penduduk asli tatkala mereka harus menjalani kehidupan nyata di
tengah kecamuk perang tiada henti.
“Pilihan apa yang dimiliki wanita ketika dibesarkan dengan kepercayaan bahwa menampilkan wajahnya merupakan kejahatan ? Wanita dengan orangtua, komunitas, dan guru-guru yang menanamkan ide dalam pikirannya bahwa tubuhnya adalah sepotong daging yang hanya bisa mengundang syahwat ?”
Terus terang diriku
awalnya berharap akan memperoleh kisah melodramatis penuh ketegangan akan
konflik kehidupan di Afghanistan. Alih-alih penulis justru menyajikan situasi
yang bisa dikatakan sebagai perpaduan antara sajian ‘keindahan’ dari alam dan
lingkungan masyarakat yang mampu ‘menerima’ (bersyukur) kejadian demi kejadian
yang mengguncang emosi, serta bangkit kembali untuk tetap memandang ke depan,
dengan sajian ‘kehancuran’ dari puing-puing reruntuhan bangunan dan hati serta
jiwa yang retak akibat keputus-asaan. Jika Anda mengharapkan jawaban dari kisah
ini, maka boleh kukatakan hal tersebut bukanlah prioritas yang hendak
disampaikan oleh penulis. Kisah sepanjang 300 halaman ini (dengan pilihan font
yang cukup mungil pula) merupakan refleksi dari rangkaian pemikiran yang
berbeda-beda, bertolak-belakang, namun pada intinya akan membawa sebuah
‘pencerahan’ tersendiri bagi pembaca, terutama kaum perempuan dalam menghadapi
aneka halangan, masalah dan kehancuran di dunia nyata, serta peran
masing-masing sebagai sosok kekasih, pasangan suami-istri, anak, orang tua,
bawahan, atasan, pekerja, pengusaha, dan tentu saja sebagai manusia seutuhnya
yang diciptakan secara unik oleh Sang Pencipta.
“Sebagai jurnalis dari Barat aku harus memutuskan setap hari porsi penderitaan orang mana yang akan kujadikan tema hari ini dan porsi mana yang harus kuabaikan supaya tidak mengacaukan tulisanku ... dan yang paling kusesali adalah kami terlalu sibuk mengerjakan cerita tentang kekerasan terhadap kaum wanita sehingga tidak menyadari kenyataan bahwa salah satu dari wanita itu sekarat dalam penderitaan proses melahirkan. Kalau bukan memalukan, itu pantas disebut ironis.”
Tentang Penulis :
Francesca Marciano
adalah aktris sekaligus pengarang dua novel, Rules of the Wild (yang mendapat penghargaan Notable Book versi New
York Times) dan Casa Rossa. Ia juga
aktif sebagai penulis skenario, termasuk Don’t
Tell (La Bestia nel cuore) yang memperoleh nominasi 2005 Academy Award
untuk kategori Fim Asing Terbaik, serta I’m
Not Scared (Io non ho paura) di tahun 2003 yang ditulis bersama Niccolo
Ammaniti. Kini ia sedang sibuk menggarap skenario untuk The Wedding Party yang mengambil lokasi di Afghanistan, diproduksi
oleh BBC Films. Kini ia tinggal di Roma, Italia.
[
more about the author & related works, just check at here : Francesca Marciano | on
Goodreads | on IMDb | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
pengen beli versi b.ing tapi mahal huhuhu
ReplyDeleteouww ... aku adanya yg terjemahan bahasa Indonesia :D
Delete