Translate

Friday, March 9, 2012

Books : "THE THIRTEENTH TALE"



Judul Asli : THE THIRTEENTH TALE
Copyright © 2006 by Diane Setterfield
Penerbit Gramedia Utama
Alih Bahasa : Chandra Novwidya Murtiana
Editor : Siska Yuanita
Cover by eMTe
Cetakan ke-01 : November 2008 ; 608 hlm
Rate : 5 

Kesan :
Buku ini sudah lama selesai ku-baca, sebagaimana Margaret Lea terpesona oleh Dongeng Ketigabelas – Vida Winter yang selesai hanya dalam semalam. Namun dalam menuliskan review maupun sinopsisnya … ternyata tak semudah yang ku-bayangkan. Kesulitannya lebih pada kekompleks-an karakter-karakter yang memperkaya isi buku ini. Dan juga lebih pada kesederhanaan pokok permasalahan sebenarnya yang dibangun dengan manis nan pelik oleh penulis. Dengan menggunakan sebagian besar sudut pandang orang pertama lewat tokoh Margaret Lea – pembaca akan benar-benar tenggelam dalam kisah yang mengharukan, mengejutkan serta mengagumkan ini. Maka tanpa bermaksud ‘membongkar’ kenikmatan pembaca (terutama bagi yang belum membuka kisah ini) ku-coba untuk menuangkan sedikit ‘esensi’ dari Dongeng KetigaBelas ..... semoga pembaca sekalian dapat menikmatinya sebagaimana diri-ku.

Sinopsis :
Suatu hari di bulan Nopember, Margaret Lea menerima sepucuk surat – surat dengan tulisan tangan yang aneh, seakan-akan penulisnya adalah anak kecil atau seseorang yang memiliki cacat pada tangannya. Isi surat tersebut tidak kalah aneh, bahkan mengundang pertanyaan. Surat tersebut berasal dari Vida Winter – seorang penulis fiksi terkenal dan ia ‘meminta’ kedatangan Margaret ke tempat kediamannya guna menulis biografi tentang kebenaran diri Vida Winter.

Margaret Lea memang seorang penulis biografi, namun selama ini ia hanya menulis tentang penulis lain yang telah tiada, penulis-penulis yang ‘terkalahkan dalam kehidupannya’ – Margaret lebih tertarik pada studi litelatur sejarah-sejarah lama, tentang kehidupan yang telah mati, sesuai dengan keterlibatannya pada Toko Buku Antik Lea milik ayahnya. Saat membaca surat dari Vida Winter, Margaret sama sekali tak mengenal ataupun pernah membaca karya-karya beliau. Sejauh mana pengenalannya terhadap Vida Winter hanyalah sebatas apa yang sering dibicarakan oleh masyarakat, beliau seorang penulis produktif dan setiap novelnya senantiasa dicari dan paling sering dipinjam di perpustakaan.

Namun hanya sejauh nama & karya-karyanya yang dikenal semua orang – tidak demikian dengan latar belakang maupun masa lalu sosok Vida Winter yang diketahui … karena kerahasiaan Vida Winter sama terkenalnya dengan buku-bukunya, ia sungguh suatu misteri yang sempurna ( p.26 )

Margaret cenderung untuk menolak ‘undangan’ tersebut, namun baranjak malam ia tak dapat mengenyahkan isi surat Vida Winter, maka ia turun mencari tahu tentang salah satu karya Vida Winter yang pernah terlihat tersimpan di lemari khusus milik ayahnya ( … walaupun ia tak mengerti bagaimana karya fiksi kontemporer disimpan bersama dengan buku-buku antik lainnya, paling tidak apakah buku tersebut sama berharganya dengan buku-buku koleksi ayahnya ? ).

Buku tersebut berjudul Tigabelas Dongeng Perubahan dan Keputusasaan karya Vida Winter dengan prolog yang menjerat hati Margaret … beliau menulis :
“Semua anak memitoskan kelahirannya sendiri. Itu karakteristik umum. Kau ingin mengenal seseorang ? Hati, pikiran, dan jiwanya ? Tanyakan padanya tentang saat dia lahir. Yang akan kaudapatkan bukanlah kebenaran: kau akan mendapatkan sebuah dongeng. Dan tak ada hal yang lebih menggugah selain dongeng.” ( p.49 )

Margaret tak mampu melepaskan matanya dari buku tersebut, halaman demi halaman dilahapnya tanpa mengindahkan waktu dan menjelang subuh buku tersebut hampir mencapai lemabaran terakhir, saat Margaret menyadari bahwa buku tersebut belum selesai … karena bagian bab Ketigabelas tak tercantum – Dongeng Ketigabelas, dongeng yang terakhir justru tidak terdapat atau tak tertulis dalam buku tersebut.

Rasa penasaran Margaret sebagian terjawab saat ia bertemu dengan ayahnya, mengapa buku tersebut tersimpan di dalam lemari cabinet koleksi buku-buku khusus – karena buku karya Vida Winter tersebut merupakan salah satu dari terbitan edisi pertama dan satu-satunya dengan judul asli  ‘Tigabelas Dongeng …’ – karena terbitan berikutnya berubah judul menjadi ‘Dongeng-Dongeng Perubahan dan Keputusasaan’. Namun tetap tak terjawab misteri ‘hilangnya’ dongeng ketigabelas dari buku tersebut – maka Margaret akhirnya memutuskan untuk memenuhi ‘sebagian’ undangan dari Vida Winter, terlebih ia ingin mengetahui maksud sebenarnya dari Vida Winter.

Pertemuan antara Margaret Lea – gadis muda yang menyimpan rahasia tentang pribadinya serta luka hati yang dalam, dengan Vida Winter – seorang penulis ternama namun misterius jika menyangkut kehidupan pribadi masa lalu … tanpa disadari oeh masing-masing pihak akan membawa perubahan besar bagi arah kehidupan mereka di masa mendatang.

Vida Winter yang enggan mengungkap kebenaran kehidupan dirinya, mulai membuka tabir tebal yang telah menyelimuti rahasia mengerikan yang telah ditutup rapat-rapat selama puluhan tahun … dan ia memberanikan diri melawan ketakutan-ketakutan dirinya di hadapan wanita muda yang tak pernah dikenal sebelumnya, namun seakan-akan gadis muda tersebut memiliki ‘kesamaan’ dengan dirinya.

Margaret Lea yang berkeras hanya bersedia menerima ‘kebenaran’ dari mulut Vida Winter, akhirnya menjadi satu-satunya orang luar yang akan mengetahui siapa sebenarnya sosok Vida Winter & bagaimana kehidupannya di masa lalu. Margaret melakukan segala persiapan serta penelitian bahkan penyelidikan akan fakta-fakta yang dapat mendukung kisah tersebut – semua demi menuliskan kebenaran tentang sosok Vida Winter yang menjelang ajal … namun ada hal yang tak ia persiapkan bahkan tak pernah ia duga, bahwa pengungkapan rahasia kehidupan Vida Winter turut membuka rahasia dirinya yang disembunyikan sejak ia berusia 10 tahun – rahasia tentang kematian saudara kembarnya yang namanya tak boleh diucapkan.

Vida Winter, berdasarkan data-data tertulis merupakan gadis bernama Adeline March – salah satu keturunan keluarga Angerfield yang terkenal ( lebih dikarenakan skandal-skandal yang terjadi pada keluarga tersebut ) dan Margaret mulai menuliskan kisah mereka dalam memenuhi permintaan Vida Winter … atau lebih jelasnya ia mulai terperosok dalam kehidupan yang penuh tragedy akan kematian serta kelahiran – tentang permulaan-pertengahan-akhir kehidupan.

Kisah keluarga Angerfield ini dimulai dari pasangan George & Mathilde Angerfield serta putra mereka Charlie yang berusia 9 tahun saat tragedy itu terjadi – Mathilde meninggal saat melahirkan seorang putri dalam cuaca badai yang buruk sehingga dokter tak dapat tiba tepat waktu guna menyelamatkannya. Gila akan kematian istrinya membuat George hidup dalam dunianya sendiri tanpa memperdulikan keluarganya.

Namun berkat campur tangan Kepala Rumah Tangga Angerfield yakni Mrs. Dunne yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Missus’ maka kehadiran si bayi Isabelle mampu mengalihkan kehilangan yang dirasakan oleh George. Maka sejak saat itu kehidupan keluarga Angerfield berubah drastis – George yang sangat memuja Isabelle yang tumbuh menjadi gadis cantik serupa dengan ibunya, sangat dimanja dan senantiasa dituruti apapun kemaunnya. Charlie, yang lebih tua sembilan tahun dan dilupakan oleh ayahnya, tumbuh menjadi anak aneh & senang melakukan percobaan-percobaan yang bersifat sadis atau menyakiti diri sendiri. Isabelle sendiri tumbuh menjadi gadis rupawan dengan sifat & karakter yang tidak biasa, terutama karena ia hidup dalam lingkup keluarga yang aneh – bahkan sejak kecil ia terbiasa dengan kebiasaan Charlie yang senang menyiksa sekaligus memuja adiknya dengan cara aneh.

Barulah ketika Isabelle menginjak usia akil-baliq … ia mulai belajar mengenal pergaulan di luar lingkup keluarganya. Perkenalan serta hubungannya dengan pemuda bernama Roland March membawa pada pelarian Isabelle keluar dari keluarganya.

George tak mampu bertahan lebih lama & ditemukan telah menjadi mayat dalam kamar tempatnya mengurung diri sepeninggalan Isabelle. Charlie berlaku seperti mayat hidup, mencoba melakukan bunuh diri namun sebelum hal tersebut terlaksana – suatu hari tanpa ada pertanda khusus, muncullah Isabelle dengan riang bagaikan tak pernah meninggalkan kediamannya. Kedatangannya kali ini membawa serta dua bayi mungil – si kembar Emmeline & Adeline March. Namun saat Isabelle mengetahui kematian ayahnya, ia kembali menjadi sosok Isabelle yang muram & aneh, ia lebih sering berkeliaran daripada mengurus kedua bayinya. Maka menjadi tanggung jawab Missus serta John-the-dig (  tukang kebun Angerfield ), satu-satunya pelayan yang tersisa  untuk merawat serta membesarkan kedua bayi mungil tersebut.

Tentu saja kedua pelayan yang mulai berusia lanjut tak mampu memberikan perawatan serta pemeliharaan yang maksimal bagi dua gadis cilik yang berkembang. Apalagi kedua gadis tersebut kelihatannya mewarisi keanehan keluarga Angerfield. Walaupun kembar namun Emmeline & Adeline sangat berbeda bahkan bertolak belakang dalam beberapa hal. Jika Adeline sangat emosional, saat marah ia mampu menghajar Emmeline hingga babak belur, sebaliknya Emmeline tak mampu bahkan cenderung diam – sama sekali tak membalas perlakuan Adeline. Atau jika nafsu makan Emmeline tak terbendung, dalam sehari berkali-kali ia mampu makan seakan-akan senantiasa kelaparan, sebaliknya Adeline seakan-akan tak pernah makan, bahkan berhari-hari bisa dilalui tanpa timbul rasa lapar. Kedua gadis saling berhubungan dengan bahasa yang tak pernah dipahami oleh siapa pun – mereka hidup dan berkomunikasi dalam dunia mereka sendiri.

Kejanggalan kehidupan si kembar Angerfield ( demikian masyarakat sekitar menyebutnya disertai perasaaan horror ) yang tak mampu berinteraksi dalam kehidupan sosial secara normal, ditambah berbagai peristiwa serta tragedi mengerikan mewarnai kisah mereka. Bukannya tak ada yang bersedia membantu, namun seakan kutukan tak pernah lepas dari kehidupan mereka, satu persatu orang-orang yang bersedia menolong & membantu si kembar mengalami kejadian-kejadian memalukan bahkan mengerikan hingga ‘kematian yang meragukan’ menimpa mereka. Dan pada akhirnya hanya tertinggal mereka saja yang hidup di kediaman Angerfield tanpa bersentuhan dengan dunia luar – sampai suatu hari terjadi kebakaran hebat yang memusnahkan sebagian besar rumah tersebut … dan sejak saat itu si kembar Emmeline & Adeline menghilang dari dunia yang pernah mengenal mereka.

Margaret Lea semakin tenggelam dalam kisah kehidupan keluarga Angerfield, bahkan di saat-saat ia menemui pertanyaan tak terjawab ( karena sesuai perjanjian awal dengan Vida Winter, yang berarti tak boleh ada pertanyaan apapun – kisah tersebut harus berjalan sesuai jalur yang dikehendaki oleh Vida Winter, yakni sesuai dengan kejadian sebenarnya, seakan-akan Margaret dituntun untuk menjalani kenyataan hidup sebenarnya.

Kisah sebenarnya tentang sosok hantu yang dilahirkan tanpa kasih sayang, dibuang dan mengalami perjalanan berat hingga menemukan secuil kasih dari orang-orang yang tak pernah dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang – dan pada akhirnya sosok hantu tersebut dikarunia berkah mengasihi yang sangat besar hingga bersedia menanggung beban berat akan dosa-dosa orang lain, selama bertahun-tahun menjalani kehidupan yang nyaris menghabiskan jiwanya. Dan pada waktu yang tepat, ia membuka jiwanya pada sosok gadis yang juga menderita – pada Margaret Lea.

Sesuai dengan janjinya sosok yang pernah dikenal sebagai ‘Vida Winter’ – yang pertama sebenarnya adalah yang terakhir & yang paling akhir merupakan awal kisah baru dimana semuanya menjadi jelas hingga tak ada lagi sosok hantu yang telah sekian lama mendiami keluarga Angerfield … yang ada hanya bukti dari kekuatan cinta kasih serta pemahaman akan hubungan ajaib antara manusia.

Bersama dengan nafas terakhirnya, kekuatan yang menopang beban berat sekian tahun akhirnya menyerah, namun keutuhan jiwa & kasih ‘Vida Winter’ telah kembali dan kepada Margaret Lea-lah dongeng ketigabelas ia wariskan ….

Penutup :
Sebuah sub-cerita tentang ‘Anak Cinderella‘ … ( p.598-599 )
( tengah )
Bayangkan ini … seorang pemuda dan seorang gadis; yang satu kaya, yang satu miskin. Seringnya, sang gadislah yang tak memiliki emas dan begitulah yang diceritakan dalam kisah ini. Tak perlu ada pesta dansa. Jalan-jalan di hutan sudah cukup bagi mereka untuk berpapasan di persilangan jalan.
Pada suatu ketika ada ibu peri, tapi seringnya dia tak ada. Kisah ini terjadi ketika ibu peri tidak hadir. Labu gadis kita ini memang labu belaka, dan ia merangkak pulang setelah lewat tengah malam, dengan darah di pakaiannya, diperkosa.
Tak akan ada pengawal yang muncul di pintu keesokkan hari dengan sepatu kulit rusa. Dia tahu itu. Dia tidak bodoh. Meski begitu, dia hamil.  Singkat cerita, Cinderella melahirkan bayi perempuan, membesarkannya dalam kemiskinan dan kekotoran, setelah beberapa tahun dia meninggalkan anak itu di lahan rumah orang yang telah memerkosanya. Kisahnya berakhir sekonyong-konyong …

( awal )
Separo perjalanan di jalan setapak kebun yang belumpernah dikunjunginya, anak itu tiba-tiba menyadari dia seorang diri. Di belakangnya ada gerbang kebun yang menuju hutan. Pintu itu dibiarkan terkuak. Apakah ibunya masih ada dibaliknya? Di depannya adalah gudang yang dalam pikiran kanak-kanaknya, tampak seperti rumah kecil. Tempat dia bisa berlindung. Siapa tahu, mungkin ada sesuatu yang bisa dimakan di dalam sana.
Gerbang kebun? Atau rumah kecil?
Gerbang? Atau rumah?
Anak itu bimbang.
Dia bimbang … 

Best Regards, 
* HobbyBuku * 


2 comments :

  1. Kak Maria, salam kenal yaa
    wah aku jadi pingin baca novel ini lagi deh
    aku udah baca novel ini sejak 3 tahun yang lalu, tapi tetep terasa ketegangannya. aku jadi nggak bisa tidur gara-gara tegang

    ReplyDelete
  2. ternyata novel ini bagus banget ya mbak. agak nyesal juga, dulu buka halaman pertama langsung tutup dan sekarang entah dimana :(

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...