Judul Asli : HONEYMOON WITH MY
BROTHER : A MEMOIR
Copyright © 2005, Franz Wisner
Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Berliani M. Nugrahani
Editor : Anton Kurnia & Dian Pranasari
Cetakan I : Agustus 2012 ; 592 hlm (new edition)
Rate : 3,5 of 5
Rate : 3,5 of 5
[ "Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com" | source from Reading Walk's Library ]
] |
[ source ] |
Pernahkah Anda menonton film ‘Runaway
Bride’ yang dibintangi Julia Roberts dan Richard Gere ? Kisah tentang
seorang wanita yang selalu nyali-nya ciut saat berada di depan altar
pernikahan, dan memilih melarikan diri daripada menghadapi masalah-masalah yang
menakutkan dirinya. Nah kisah dalam buku ini sedikit mirip dengan kejadian
tersebut, namun ini bukan fiksi atau dongeng, melainkan sebuah kisah nyata yang
dialami oleh sang penulis.
Franz Wisner menjalani kehidupan yang luar biasa. Ia sehat dan cakap,
keuangan lebih dari mencukupi dengan pekerjaannya sebagai sekertaris jurnalis
pemerintah, pelobi, dan eksekutif PR perusahaan ternama, ditambah dengan
seorang wanita yang ia cintai selama lebih dari 5 tahun. Hubungan dirinya
dengan Annie mengalami pasang-surut sebagaimana layaknya pasangan kekasih.
Namun Franz tetap menaruh harapan besar akan masa depan mereka berdua. Mulai
dari membeli rumah masa depan, tinggal bersama, hingga persiapan menuju
pernikahan. Tanpa diduga, pada minggu menjelang resepsi pernikahan mereka, Annie
memutuskan hubungan.
[ source ] |
Franz mengalami shock namun sebelum ia tenggelam dalam kondisi depresi
berat, para sahabat serta keluarganya berusaha menganggkat ia keluar dari
kubangan kesedihan. Saat ia berusaha mengatasi beban yang menghimpit hatinya,
mendadak turun ultimatum bahwa posisi pekerjaannya ‘dialihkan’ ke bagian yang
lebih sepi. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga dan terperosok dalam lubang,
mungkin itu yang dirasakan oleh sang penulis. Tiada satupun yang mampu menjadi
pegangan hidupnya, tidak kekasih atau pekerjaan yang ditekuninya selama
bertahun-tahun.
Di saat-saat demikian, ia memperoleh ide untuk ‘keluar’ dari suasana yang
membuatnya semakin depresi. Memanfaatkan tiket yang sudah terlanjur dipesan
untuk ‘bulan-madu’ maka ia memutuskan bepergian keliling Eropa bersama adiknya
Kurt yang juga baru saja bercerai dan hidup seorang diri. Kurt menjual rumahnya
dan memboyong seluruh barang-barangnya, termasuk kedua ekor anjingnya ke rumah
Franz (rumah yang semula dibeli dan dibangun demi rumah tangga Franz dan Annie,
namun tak akan pernah ditinggali oleh pasangan tersebut), kemudian mereka
mempersiapkan suatu perjalanan menjelajahi wilayah Eropa yang belum pernah
diketahui.
[ source ] |
Kemudian Kurt memperoleh ide baru, alih-alih mereka menghabiskan keuangan
pesiar ke tempat-tempat mahal, mengapa tidak mengunjungi negara-negara Dunia
Ketiga. Dan daripada bolak-balik naik pesawat, lebih baik mereka membeli mobil,
untuk berkeliling melalui jalur darat, sehingga lebih menikmati suasana yang
berbeda. Jika Franz selalu hidup dengan penuh perencanaan serta persiapan
matang, maka Kurt justru seringkali bertindak berdasarkan spontanitas serta
intuisi. Hubungan mereka berdua agak renggang setelah masing-masing beranjak
dewasa, dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Namun kali ini Franz berniat
menjalin kembali hubungan mereka yang sempat terputus. Pertanyaannya, mampukah
mereka berdua menghabiskan waktu bersama-sama untuk waktu yang cukup lama ?
Membaca kisah ini pada awalnya berjalan sedikit lambat bagiku, terutama
saat halaman-halaman pertama yang berisi curahan hati Franz atas kenangannya
terhadap Annie (yang terus terang membuatku sedikit bosan), namun apa yang kau
harapkan dari seseorang yang ditinggalkan di altar pernikahan ? Jelas curahan
hati ini diperlukan untuk memahami kondisi hati sang penulis. Yang membuatku
juga sedikit bingung, karena penulis membuat kisahnya maju-mundur, bolak-balik
untuk mengisahkan kejadian / kenangan yang ia bagikan, sesuatu yang juga
lama-kelamaan membuat diriku agak jengkel.
[ source ] |
Namun begitu memasuki persiapan menuju petualangan berkeliling Eropa,
hingga perjalanan panjang yang menjadi semakin diperpanjang (*spoiler-alert* ceritanya
mereka berdua nantinya malahan keliling dunia), justru sangat menarik dan
mengasyikkan. Berbagai petualangan aneh bin ajaib yang mereka alami, tercurah
dalam buku setebal 500 halaman ini. Bukan hanya hal-hal yang menyenangkan saja,
melainkan rasa sedih, kecewa, bahkan kejengkelan dan kemarahan semuanya
meliputi kisah ini. Termasuk bonus kisah-kisah yang membuat diriku dari
tersenyum simpul hingga terbahak-bahak membayangkan kejadian-kejadian tersebut.
Dari Rusia, mereka ke Denmark, Norwegia, Swedia, Polandia, Austria, Bosnia,
Hongaria, Rumania, Bulgaria, Turki, Syria, Yunani, Italia, Swiss, Jerman hingga
Belanda...wuihh, asyiknya, dan pasti luar biasa capek --- jika Anda mengikuti
tur seperti yang pernah kualami. Namun alih-alih menjalani jadwal tur yang
padat dan melelahkan, kedua bersaudara ini memilih berjalan santai, berkeliling
tanpa menetapkan batas waktu, sesuka mereka kapan saja bisa sewaktu-waktu pergi
mengunjungi tempat lain. Dan karena tak mengikuti jadwal tur, mereka mampu menangkap
dan merekam kegiatan serta kejadian yang berbeda, sesuatu yang tak dijumpai
saat seorang turis berkunjung lewat wisata tur.
[ source ] |
Tur Keliling Eropa yang berlanjut menjelajahi wilayah Asia (Hawaii,
Thailand, Vietnam, Singapura, Bali, Lombok, Kepulauan Komodo). Kemudian perjalanan berlanjut memasuki wilayah
Amerika Utara dan Selatan (Mexico, Brasil, Argentina, Chile, Venezuela,
Colombia, Peru, Ekuador, Kepulauan Galapagos). Dan rute perjalanan terakhir mereka adalah menjelajahi
Afrika (Kenya, Afrika Selatan, Botswana, Zimbabwe, Zambia, Malawi, Tanzania)
... capek ya membayangkan, tapi sungguh sangat mengasyikkan menikmati
perjalanan mereka.
Dan sesuatu yang sangat penting disampaikan oleh penulis,
yang sangat-sangat kusetujui, jika Anda hendak melakukan perjalanan keliling
dunia (atau separuh bahkan hanya seperempat dunia), tinggalkan peta serta buku-buku
panduan tur (dalam hal ini penulis merujuk pada buku seri The Lonely Planet) karena
hal-hal tersebut justru menghalangi Anda menikmati perjalanan.
~ Franz & Kurt Wisner at Oprah's Show ~ [ source ] |
Bayangkan jika Anda mengikuti tur beserta rombongan, yang rata-rata
berkunjung ke suatu lokasi kemudian berbelanja, dan berpindah ke lokasi lain
dan berbelanja lagi, sepanjang hari itulah yang kita lakukan. Tiada sesuatu
yang sangat berkesan, sesuatu yang mampu menjadi kenangan lebih. Hasilnya
seringkali tubuh capek dan lelah sebelum tur selesai. Well, mungkin jika diberi
kesempatan, diriku sungguh ingin kembali ke Eropa, menjelajah tempat-tempat
yang menakjubkan tanpa harus mengikuti jadwal tur yang sangat padat, hingga
makan pun harus terburu-buru. Buku ini mengingatkn diriku untuk tenang sejenak,
ambil nafas, perhatikan sekeliling Anda... just enjoy the time and don’t worry
about the past or tomorrow, everything had its place (^_^)
[ more about the author / Franz & Kurt next agenda, search on this link
: www.honeymoonwithmybrother.com ]
[ source ] |
[ see video from Oprah's Winfrey Show | source : Vimeo ]
Honeymoon with My Brother from Franz Wisner on Vimeo.
Best Regards,
Honeymoon with My Brother from Franz Wisner on Vimeo.
Best Regards,
* Hobby Buku *
Asyik ya.. tapi apa mereka nggak kekurangan duit ya di tengah jalan? Kan perjalanannya jauh banget. Apa mereka sambil kerja juga pas jalan2?
ReplyDeleteJustru buat modal mereka jual rumah + barang-barang yang tidak terpakai, karena mau travelling keliling selama 2tahun :D lalu ada dan-dana simpanan juga. Tapi mrk enjoy juga sbg backpacker.
DeleteSerrruuuu...
DeleteBuku ini nyaris kubeli di hari ulangtahunku. Bimbang antara buku ini, bukunya A. Fuadi dan buku Charlie si jenius dungu.
ReplyDeleteSemoga saja buku ini masih ada di toko buku itu >.<
masih ada kok, khan buku baru :D eh ralat, buku yg sdh pernah cetak+rilis, ini edisi cetakan terbaru.
Deleteaku suka buku ini =) tapi lanjutan buku keduanya agak lebih nggak seru, karena fokus sama masalah cinta2an dibanding travelingnya hehehe...bangga ya, ada indonesia juga termasuk di buku ini!
ReplyDeleteIya, meski cmn nyerempet seputar Bali, Lombok, Komodo Island :D sayangnya mrk datang pas Indo lagi ruwet dibwh kepemimpinan awal GusDur, jadi ada image yg tdk terlalu bgs :(
DeleteSuka cara mereviewnya, lengkaaaaap banget... Jadi enak bacanya, wlo belum baca ni buku, jd penasaran buat baca :)Aku gk bisa2 meresensi..
ReplyDeletesering dicoba, ini juga dari latihan berulang-ulang kok, awal2nya byk dikritik, tapi dicoba lagi :D
DeleteAku baca buku ini tahun lalu sampe bab 2 dan sampe skg mandeg ... karena alurnya yg lambat itu. Kapan2 aku mau lanjutin lagi, kayaknya ceritanya bagus. Mana itu mereka juga mampir ke Indonesia segala, keke
ReplyDeleteawqalnya emang boring and monoton Ky, soalnya khan lagi curhat ceritanya, tapi begitu masuk travelling asyik kok :D lucu-lucu lagi
Deletesuka cover yang sekarang... kenapa penerbit suka re-cover dengan desain yang lebih yahud #ngelirikcoverlama
ReplyDeletehuhu sama mbak, makanya aq sempat nanya salah satu penerbit, mau tdk keluarin buku isinya cover aja hahaha *soalnya cover baru uyu-uyu semua*
Deletesuka ama buku ini. cerita pas gagal menikah itu tragis, tapi adventurenya menyenangkan
ReplyDeleteiya bang, intinya khan memang mengajarkan utk move-on dan maju terus, jgn beratin masa lalu :D
Deletekeliling travelling pake mobil, ngikutin intuisi! xD sounds really great. untuk seseorang yang kaku dan ter planned seperti franz, itu adalah salah satu impian deh, buatku...
ReplyDeleteCover barunya lebih keren ya.
ReplyDeleteTapi, anyway, aku suka buku ini. Salah satu buku non-fiksi yang aku suka, ya yang berbau2 travel. Dan yang keren di sini, patah hati malah bikin penulisnya dapet pengalaman baru... kalo dia jadi married, belum tentu bisa keliling dunia kali ya? :D
Iya bener, jadi bukannya dikasihani terus jadi 'loser' begitu, tapi bisa ambil hikmah dari putusnya hubungan mereka. Cmn mereka pakai backpacker segala lho (sesuatu yang blm berani aq lakukan ... serem ngebayanginnya)
Deletesetuju juga enakan traveling sendiri drpd ikut tour rombongan, malah rempong dan nggak bebas krn ada batas waktunya :)
ReplyDeleteBenar, cmn klo travelling sendiri tapi bukan backpacker mesti punya doku lebih serta pengalaman keliling daerah tersebut. Klo ke eropa yang runyam, ngak bisa bahasanya :( mana mayoritas tdk bisa bahasa Inggris ...
Deletewah jadi pengen baca buku ini :D
ReplyDeleteAyo dicari dan dibaca, dijamin pengen jalan-jalan abis gitu hahaha
Deleteasyik yh jj keliling negara" gtu
ReplyDeletesebenarnya itu ipian aku dr kecil semoga aja bisa tercapai seperti mereka :)
Dari dulu pgn baca buku ini tp belum kesampean >,<
ReplyDeleteWah kayaknya asyik banget nih! ;D
ReplyDelete