KADOUNTKBLOGGER #4
Judul Asli : CAMAR BIRU
Karya Nilam Suri
Penerbit GagasMedia
Editor : Gita Romadhona & eNHa
Proofreader : Gita
Penata letak : Wahyu Suwarni
Desain sampul : Dwi Annisa Anindhika
Cetakan II : 2013 ; 280 hlm
Rate : 3,5 of 5
Ok, pertama-tama, asli diriku tidak suka
karakter dalam kisah ini, dan kisahnya agak absurb jika berbicara tentang
masalah Cinta. Tapi justru disinilah keunikan yang membuat kesan tersendiri
bagiku setelah selesai membacanya. Satu komentarku : penulisnya benar-benar
ahli dalam menuangkan konflik serta gejolak emosi dalam untaian kisah yang aneh
sekaligus bikin takjub.
Kisahnya tentang persahabatan dua manusia,
Adith dan Nina, yang pada suatu hari ketika sedang ‘mabuk susu Baileys’ membuat
janji jika 10 tahun mendatang keduanya sama-sama belum memiliki pasangan tetap,
maka mereka akan menikahi satu sama lain. Sumpah ini di-ikrarkan dengan
sepasang origami burung biru yang akan disimpan sebagai pengingat
masing-masing.
Dan...10 tahun kemudian, mereka sama-sama
masih jomblo, maka diputuskan bahwa janji harus ditepati, Adith dan Nina akan
segera menikah. Bagi Adith yang selalu menyayangi Nina, hal ini menjadi sebuah
ketetapan hati untuk membahagiakan Nina. Apalagi semenjak 10 tahun yang telah
berlalu, situasi keduanya mengalami perubahan drastis. Dimulai dengan kematian
kakak Nina : Naren, yang tewas dalam kecelakaan fatal. Nina dipersalahkan oleh
kedua orang tuanya, terutama sang ibu yang tak pernah memiliki rasa sayang
kepada putri bungsunya. Akhirnya Nina bukan saja kehilangan satu-satunya sosok
yang selalu menyayangi dirinya, ia juga ‘terusir’ keluar dari kediaman orang
tuanya.
Di saat kritis seperti itu, Sinar – kakak
Adith sekaligus sahabat karib Naren, turut melarikan diri keluar negeri karena
tak tahan menghadapi kehilangan Naren dan harus sering bertemu dengan Nina.
Alhasil Nina yang semenjak kecil dekat dengan Sinar (bahkan sempat mengalami
cinta platonik semasa remaja) harus kehilangan yang kedua kalinya. Hanya satu
orang yang bertahan dan selalu mendampingi Nina dalam kondisi apa pun, terutama
saat ia terpuruk, dia adalah Adith.
Dengan melihat lamanya persahabatan yang
terjalin diantara keduanya, pemahaman serta perlindungan yang disediakan oleh
Adith, maka pernikahan adalah solusi yang paling gamblang untuk mengokohkan
hubungan antar keduanya. Tetapi mengapa Nina didera keraguan dan kegelisahan
yang semakin memuncak tatkala rencana pernikahan itu semakin mendekati
keputusan final ? Apakah rasa sayang dan kasih yang ditawarkan oleh Adith tak
cukup menutup ‘lubang’ yang menganga di dalam hatinya ?
Perang antara logika dan nalar, disertai
konflik masa lalu, trauma yang terpendam sekian tahun, menjadi tema yang cukup
menarik untuk disimak semenjak awal hingga akhir kisahnya. Cara penyampaian
yang digunakan oleh Nilam Suri sama sekali tidak membosankan, bahkan cenderung
blak-blakan, perpaduan antara canda-tawa-sumpah serapah-tangisan-humor,
semuanya menghidupkan suasana tanpa kesan bak melodrama cengeng. Sedikit banyak
cara penulisannya mengingatkan diriku akan Norwegian Wood karya Haruki
Murakami, yang cukup absurb dan bukan karakter favorit-ku, but somehow there is
‘something’ in the story that cannot be easly forgotten.
[ source ] |
Tentang Penulis :
Sudah sejak lama beranggapan bahwa ‘growing up
is overrated, even after being a mom. Paling aktif menulis ketika matahari
berubah jingga, atau saat langit menjadi kelabu, dan pastinya saat gerimis
bergemerisik pelan dari balik jendela. Sedang berusaha mengelabui waktu, dan
menolak gravitasi. Suatu hari, dia akan terbang dan tanpa pernah menjadi tua.
Lihat kicauannya di : @justutterly
Postingan ini untuk Event UNFORGOTTEN #KadoUntukBlogger
GIVE THANKS GIVEAWAY
Untuk Bergabung, silahkan cek persyaratan di Postingan INI
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/