Books “KEAJAIBAN
GRACE”
Judul Asli : THE MIRACLE OF GRACE
Copyright © Kate Kerrigan 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lanny Murtihardjana
Cover by Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Mei 2013 ; 328 hlm
Rate : 3,5 of 5
“Ibuku adalah cerminku. Aku ingin dia jadi sebaik mungkin, supaya hal itu juga tercermin dalam diriku.” [ ~ The Miracle of Grace | p. 16 ]
Pernahkah semasa kita kanak-kanak, melihat ayah dan ibu sebagai sumber
inspirasi dan ‘idola’ dimana kelak saat kita dewasa, kita ingin seperti mereka.
Namun seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaan, kita mulai
melihat ‘hal-hal’ yang mengurangi nilai mereka sebagai idola, perselisihan
kecil dan ketidak-puasan mulai muncul karena perbedaan sikap dan kebijaksanaan.
Bahkan tak jarang peran itu kemudian berbalik, orang tua bertingkah layaknya
‘anak-anak’ dan sang anak harus berperan sebagai orang tua. Bagaikan sebuah
siklus tiada henti, perpindahan peran dan tujuan hidup bergeser seiring
perputaran waktu. Dan pada akhirnya, siapakah yang bisa menilai dan menentukan,
apakah kita telah menjadi anak-anak yang baik dan berbakti ? Dan apakah kita
telah menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua yang sempurna ?
Siapakah yang menentukan aturan main serta pedoman baku untuk menilai itu semua
....
Grace Blake, pada usia menjelang 40-an, menjalani kehidupan serta
rutinitas yang dianggap sebagai ‘satu-satunya’ pilihan terbaik bagi dirinya,
hingga suatu hari tanpa sengaja ia melihat ‘catatan kecil’ yang ditempelkan
oleh ibunya di lemari es. Catatan yang berisikan daftar harian yang harus ia kerjakan /
lakukan, merupakan ciri khas yang tak pernah lupa ia lakukan. Namun bagaimana
sang ibu justru memilih menulis catatan alih-alih berbicara langsung kepada
putri tunggalnya, bahwa ia menderita kanker indung telur stadium IV yang harus
segera dioperasi ?
Kisah ini diawali dengan kondisi Grace yang shock dan
terkejut menerima berita yang sebenarnya tidak disampaikan oleh sang ibu.
Kekhawatiran dan rasa takut yang dialami oleh Grace berubah menjadi kemarahan
karena Eileen Blake di usia 60-an justru bersikap tak peduli akan kondisinya,
dan mengalihkan perhatian pada hal-hal lain yang dianggap sepele oleh Grace.
Maka alih-alih usaha untuk saling mendukung, perselisihan serta pertengkaran
yang terjadi, masing-masing memendam perasaan dan pada klimasnya, saat keduanya
tak mampu lagi menahan emosi, kata-kata yang tak dapat ditarik kembali keluar
dari mulut masing-masing.
[ source ] |
Sebuah kisah yang pada awalnya berjalan cukup lambat dan sedikit
membingungkan, karena penulis berusaha menuturkan kondisi masing-masing
karakter dengan melakukan ‘kilas-balik’ antara masa lalu dan masa kini. Pembaca
akan dibawa memasuki dunia dimana Eileen Blake sebagai gadis cilik dari
keluarga Gardner di Irlandia, pemeluk keyakinan Katolik Ortodox, hingga ia
mencicipi kehidupan bebas di kota besar, penuh dengan pengaruh serta godaan
yang akhirnya membuat perubahan besar dalam hidupnya. Jatuh hati pada pria yang
tidak memiliki masadepan jelas, hamil di luar nikah, melarikan diri ke London
untuk melahirkan bayi yang kemudian diserahkan ke panti asuhan. Menikah dengan
pria yang suka menyiksa dirinya, akhirnya melarikan diri dan hidup bersama
seorang pastur, tiada satu pun yang mengetahui rahasia isi hati Eileen akan
pilihan-pilihan yang diambilnya dalam kehidupan.
Di sisi lain, Grace tumbuh sebagai gadis ceria dan penuh mimpi, dan sebagaimana
layaknya gadis cilik dimana pun, ia memuja ayahnya, hingga ibunya membuat sang
ayah keluar dari kehidupannya saat ia menginjak usia 4 tahun. Semenjak itu,
gadis cilik yang terbiasa dimanja oleh sang ayah, akhirnya memilih mengambil
alih peran sebagai pemimpin keluarga, terutama saat sang ibu hanay berdiam
diri, tak berani mengambil keputusan atau langkah baru demi kelangsungan
kehidupan mereka. Hubungan antar Grace dan ibunya sangat erat, hingga Grace
harus berangkat ke kota lain, meneruskan kuliah dan tinggal di asrama, jauh
dari sang ibu yang selalu mendampingi dirinya. Jika satu sama lain selalu
saling mengisi, tiada kesempatan bagi pihak lain untuk masuk dalam dunia
mereka, maka semenjak saat itu, segala sesuatunya berubah bagi keduanya.
Semakin dalam kisah ini mengungkap ‘adegan-adegan’ yang menjadi ‘ingatan’
masa lalu Grace maupun Eileen, sebuah jalinan kisah yang menyentuh terbentuk. Ada
sebuah pepatah yang mengatakan ‘Hati manusia siapakah yang bisa Tahu?’ – entah
mengapa terasa menghentak tajam. Kisah ini menuturkan perjalanan dua insan yang
terhubung oleh ikatan darah, antara seorang ibu dan anak, antar dua wanita yang
berbeda generasi, namun mengalami kesulitan ‘berkomunikasi’ dan ‘memahami’ satu
sama lain bahkan setelah sekian tahun hidup bersama. Alih-alih berusaha keras
untuk saling memahami, mereka mengalihkan perhatian pada hal-hal lain,
pekerjaan, pergaulan sosial, status hingga memborong barang grosiran yang
akhirnya menumpuk selama bertahun-tahun. Hingga sebuah kenyataan pahit
menghadang : salah satu akan segera tiada akibat kanker ganas !!
Ini bukanlah sebuah kisah yang spektakuler, namun satu hal berani
kujamin, jika Anda membaca kisah ini, bagaikan ‘cubitan halus’ maka adegan-adegan yang terjadi akan membuat
kita teringat, apakah yang lebih penting dalam menjalani kehidupan kita
sehari-hari. Dan sebagaimana Eileen yang selalu membuat ‘daftar hal-hal yang
harus dilakukan’ mungkin ada baiknya kita juga membuat ‘daftar kecil’ sebagai
pengingat apa tujuan manusia dilahirkan di dunia ini. Mengutip daftar yang
dibuat oleh Grace (mengikuti jejak sang ibu, sesuatu yang sebelumnya ia benci),
ku-pinjam list ini sebagai pengingat diriku :
- Bahwa kau bisa mencintai seseorang dan merasa kesal pada saat yang sama.
- Bahwa tak ada suatu pun yang sempurna – bahkan kasih sayang seorang ibu sekalipun – tapi ini bukan berarti kasih sayang dapat diperoleh melalui kompromi. Ini sesuatu yang sangat berarti.
- Bahwa hidup seseorang takkan pernah bisa diambil sepenuhnya. Dia akan tetap hidup di hati dan kehidupan mereka yang pernah tersentuh olehnya.
- Bahwa menemukan kebenaran tidak begitu penting – bahwa yang ada pada suatu saat hanyalah apa yang ada di hadapanmu. Pertahankan dan nikmatilah saat itu, sebab tak lama lagi saat itu akan berlalu.
- Bahwa tidak ada “arti” dalam, hidup ini – tidak ada suatu pun yang berarti.
[ more about the author and her related works, just check at here : Kate Kerrigan | on Goodreads | at Twitter | at FaceBook ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/