Books
“KONTAK ILEGAL”
Judul Asli : UNLAWFUL CONTACT
[
book 3 of I-TEAM Series ]
Copyright © 2008
by Pamela Clare
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Rahmani
Astuti
Editor : Maria
Lubis
Desain sampul :
Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Maret
2016 ; 568 hlm ; ISBN 978-602-03-2549-1
Harga Normal :
Rp. 89.000,-
Rate : 4 of 5
Sophie Alton berjuang sangat keras demi mendapatkan posisi
jurnalis Team Investigasi Denver Independent, surat kabar besar di Colorado. Ia
menghabiskan waktu dan tenaga untuk pekerjaan, yang juga menjadi sumber pemasukan
untuk menyokong biaya sekolah adiknya. Ia dan David menjadi yatim-piatu saat
pengemudi mabuk merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dari kehidupan serba mewah
dan berkecukupan, mereka pindah ke kota kecil Grand Junction, Colorado untuk
tinggal bersama sang nenek, yang membesarkan mereka dengan kasih sayang
sekaligus disiplin tinggi.
Sophie tidak
pernah melawan atau melanggar peraturan yang ditetapkan oleh neneknya. Dengan
perkecualian pada tanggal 9 juni 1996, tepat di usia ke-16, saat ia menyerahkan
‘miliknya’ pada pemuda yang menawan hatinya sekian lama, hanya untuk
ditinggalkan keesokan harinya karena ia berangkat mengikuti pendidikan militer.
Pemuda yang selalu menjadi kenangan khusus sepanjang kehidupan Sophie, tetap
menjadi rahasia pribadi yang berusaha ia lupakan. Walau tanpa sadar, Sophie
senantiasa membandingkan pria-pria yang hadir di kehidupan barunya dengan
“dia”...
Dua belas tahun
kemudian, sebagai jurnalis yang patut diperhitungkan, Sophie sedang
mempersiapkan wawancara khusus tentang sosok Megan Rawlings – pecandu narkoba
yang berhasil menjalani masa tahanan dan masa pemulihan, dan hendak
dipertemukan kembali dengan bayinya, yang terpaksa ia serahkan ke badan sosial
saat ia melahirkan dalam tahanan. Namun hari itu justru berubah menjadi awal
mimpi buruk Sophie. Dimulai dari hilangnya Megan yang melarikan bayinya, Emily
yang berusia 7 bulan. Situasi semakin buruk kala ditemukan narkoba dalam jumlah
besar di tempat Megan.
Keinginan Sophie
untuk membantu Megan sangat besar dan ia sama sekali tidak memiliki petunjuk
penyebab perubahan perilaku yang terjadi pada Megan. Maka ketika sebuah kisikan
menyebutkan ada kemungkinan kakak tiri Megan yang sedang masa tahanan seumur
hidup, bersedia untuk menerima wawancara tentang Megan, Sophie segera mengambil
tindakan untuk bertemu dengan narasumber walau harus memasuki penjara. Tiada
yang pernah menduga apa yang terjadi selanjutnya. Bahwa narasumber ternyata
tahanan berbahaya, yang menyandera Sophie agar bisa keluar dari tahanan.
Marc Hunter –
kakak tiri Megan Rawlings ternyata juga pria yang telah merebut hati Sophie 12
tahun silam. Perjalanan kehidupan Marc sekilas tampak normal, dari mengikuti
pendidikan militer hingga menjalani misi-misi perang, dan karirnya melejit saat
ia memutuskan bergabung sebagai agen DEA. Namun catatan hitam mencoreng sejarah
hidupnya, tatkala ia didakwa membunuh John Cross – sesama agen DEA, dalam usaha
menyembunyikan keterlibatannya di transaksi sekaligus penyimpanan heroin dalam
jumlah besar. Ia telah menjalani masa tahanan 6 tahun, sebelum bertemu Sophie.
Sophie dihadapkan
pada pilihan sulit, manakala mengetahui jati diri Marc Hunter. Pengakuan Marc
bahwa ia tidak akan menyakiti Sophie, selain memanfaatkan dirinya untuk keluar
dari tahanan, karena ia sangat mengkhawatirkan nasib Megan beserta bayinya,
tidak membuat perasaan Sophie lega. Bahkan ketika Marc menepati janji, melepas
Sophie sebelum lenyap dalam persembunyiannya, Sophie masih memiliki ‘tanda
tanya’ tentang sosok Marc Hunter dan mengapa baru ‘muncul’ duabelas tahun
kemudian dalam situasi yang berbahaya ...
Interogasi yang
dilakukan pihak berwajib untuk mencaritahu keberadaan Hunter, membuat Sophie
sengaja ‘menyimpan’ beberapa hal bagi dirinya sendiri. Hanya Julian Darcangelo
– suami Tessa, mantan rekan Sophie di I-Team, yang kini menjabat sebagai
detektif di Kepolisian Denver, mencurigai perilaku Sophie. Situasi terlihat
mulai mereda walau tiada titik jelas tentang keberadaan Megan dan Emily, maupun
Marc Hunter. Hingga serangkaian peristiwa membuat Sophie kembali menjadi
sorotan publik. Namun bukan sebagai korban sandera, melainkan tersangka yang
menyimpan narkoba.
Dibandingkan
kisah sebelumnya, kali ini penulis tidak terlalu menonjolkan sisi aktif para
pelaku dalam mengungkap misteri, bisa jadi karena status Hunter maupun Sophie,
diburu oleh kedua belah pihak, baik pihak berwajib maupun dalang dibalik
muslihat yang membuat tokoh-tokoh utama dalam kisah ini menjadi tersangka di
mata hukum. Selain itu, pribadi Sophie bertolak belakang dengan Tessa yang
temperamental. Maka suasana panas yang terjadi lebih banyak akibat adegan super
hot alih-alih perselisihan yang dialami oleh Tessa maupun Julian.
Mengapa
kusinggung Tessa dan Julian, pertama, mereka merupakan tokoh favoritku sejauh
ini, dan kedua, mereka juga muncul sebagai pendamping dalam kisah ini, terutama
Julian yang terlibat langsung pencarian Sophie maupun Hunter. Kekurangan dalam
sisi misteri dan suspense, mampu dialihkan pada rangkaian adegan panas (mungkin
karena Hunter sudah bertapa sekian tahun dalam masa tahanan hahahaha), ditambah
dengan terungkapnya penyebab Hunter terlibat dalam masalah 6 tahun silam.
Selain mengangkat
dunia kotor dibalik penyelidikan narkoba, yang melibatkan tidak sedikit oknum
hukum yang korupsi dan perdagangan gelap, kisah ini juga merujuk pada kelemahan
DOC (Department of Correction) atau Lembaga Pemasyarakatan yang memperlakukan
para tahanan dengan cara-cara yang mengerikan. Melalui karakter Megan Rawlings
maupun Marc Hunter, penulis menunjukkan contoh korban sistem dan hukum yang
justru menjerumuskan dirinya, alih-alih
membuat kondisinya lebih baik. Hunter yang mantan agen DEA, berada pada posisi
serba sulit di pihak manapun.
Sedangkan Megan,
penderitaannya dimulai akibat kedua orang tua asuh yang mengerikan hingga kasus
pemerkosaan beramai-ramai yang dilakukan para sipir pada tahanan dibawah umur,
yang membuatnya trauma berat pada usia 15 tahun. Sayangnya hal-hal ini hanya
menjadi latar belakang kisah yang lebih fokus pada perkembangan hubungan antara
Sophie dan Hunter. Bukan berarti kisah ini jelek, hanya saja tema seperti ini
seharusnya bisa dieksplorasi lebih dalam. Secara keseluruhan, tetap saja
menarik untuk disimak dan dipastikan Pamela Clare masuk daftar penulis
favoritku.
[
more about the author & related works, just check at here : Pamela Clare | on Goodreads
| at Twitter | at FaceBook
]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/