Books
“MALAM PENUH GAIRAH”
Judul Asli : MIDNIGHT PLEASURES
[
book 2 of PLEASURES TRILOGY Series ]
Copyright © 2000
by Eloisa James
Penerbit Dastan
Books
Alih Bahasa :
Anggraini Novitasari
Editor : Yunia
Manuputty
Cetakan I :
Desember 2010 ; 532 hlm ; ISBN 978-602-8723-47-3
Harga Normal :
Rp. 65.000,-
Rate : 4 of 5
~ WARNING SPOILER
ALERT ~
Lady Sophie York
– putri tunggal Marquis of Brandenburg, sangat dikenal oleh kalangan sosial,
berkat perilaku memalukan ayahnya (yang selalu tidak bisa menahan diri
mengejar-ngejar waniat lain, terutama yang lebih muda dan berkebangsaan
Prancis), ibunya yang bagai ketua kaum puritan, memegang teguh aturan dan disiplin,
dingin dan sangat kaku, maka tak heran jika Sophie memilih untuk tidak
menjalani salah satu dari pilihan gaya hidup kedua orang tuanya. Ia menampilkan
dirinya yang sama sekali berbeda, gadis cantik dan senantiasa membagikan pesona
sensual bagi (nyaris) semua pria yang ada disekelilingnya, namun tetap
mempertahankan hati serta jiwanya dalam selubung benteng yang kuat. Sophie yang
berkesan romantis, justru sama sekali tidak mempercayai hal itu, apalagi
melihat kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya. Karena itu ia tak pernah
memperhatikan para pengagum yang tergila-gila pada dirinya. Hingga sosok
Patrick Foakes muncul, tepat di saat ia harus membantu sahabatnya, Charlotte,
yang telah terluka dan disakiti berulang kali oleh pria-pria keluarga Foakes.
Walau pada akhirnya Charlotte berhasil
mendapatkan kebahagiannya tersendiri, Sophie tidak bersedia mengalami hal yang
serupa, mengingat perjalanan panjang penuh penderitaan yang harus dijalani
Charlotte sebelumnya. Walau dikatakan tidak berani meraih impiannya oleh
Charlotte, Sophie lebih percaya dirinya sebagai sosok praktis. Tidak baik
memiliki suami menawan, apalgi menyerahkan hati secara sepenuhnya pada pria
yang pada akhirnya akan membuat hatinya patah. Lebih baik ia memiliki ‘jalan
aman’ mencari persahabatan tenang dan menjalin hubungan kerja sama saling
menguntungkan demi masa depan panjang sebuah rumah tangga. Dan dari sekian
banyak kandidat, tentu saja Braddon Chatwin, Earl of Slaslow merupakan kandidat
yang paling tepat meski dijamin
kehidupannya membosankan. Kekerasan hati Sophie untuk menolak calon-calon yang
bisa membuatnya ‘patah’ termasuk Patrick Foakes sebagai sosok terlarang No.1 –
nyaris berjalan dengan lancar. Patrick mundur teratur dan menghilang dari
pergaulan sosial. Lalu mengapa Sophie berubah bagaikan cacing kepanasan ?
Nah, dibandingkan
melodrama yang penuh adegan tragis nan kelam terjadi antara Alex dan Charlotte,
maka situasi antara Sophie dan Patrick penuh dengan hal-hal yang mampu
menggelitik rasa humor. Sophie diibaratkan gadis penuh pengetahuan tentang
sensualitas, pada kenyataannya adalah gadis yang sangat polos dan naif.
Keinginannya untuk mendapatkan cinta sejati bertarung nyaris sepanjang hidupnya
akibat situasi aneh hubungan kedua orang tuanya. Keberanian dan kebaikan hati
Sophie yang hangat, tidak selalu nampak bagi mereka yang hanya melihat tampilan
luarnya, yang bisa dikatakan ‘sempurna’ bagi sebagian besar orang. Patrick
adalah sedikit dari mereka yang berhasil melihat sosok sejati Sophie, sayang ia
tidak berhasil menembus tembok penghalang yang dibangun oleh Sophie untuk
melindungi hatinya. Anehnya yang mendorong Patrick agar bangkit kembali dari
keterurukan justru Charlotte – saudara iparnya sekaligus sahabat Sophie. Tampaknya
ia mampu melihat bahwa baik Patrick maupun Charlotte pasangan yang sesuai satu
sama lain.
Sophie York bukan
sekedar gadis memikat secara fisik tetapi juga memiliki kecerdasan tinggi dan
nafsu belajar besar. Kecintaannya untuk belajar bahasa-bahasa lain adalah salah
satu dari sekian banyak kegemarannya yang sayangnya harus dirahasiakan. Karena
berkat nasehat ibunya, tiada pria berakal sehat menyukai gadis yang pandai dan
memiliki pemikiran sendiri. Lebih baik tetap mempertahankan citra sebagai gadis
cantik dengan otak kosong. Hal ini mengundang serangkaian adegan menarik saat
pada beberapa kesempatan Patrick menyadari kelebihan isi otak Sophie yang
keluar tanpa ia sadari. Tanpa pernah ada yang bisa menduga, kemampuan Sophie
ini justru akan menyelamatkan Patrick di kemudian hari, ketika ia mendapat panggilan
kembali untuk bertugas, sebagaimana ia pernah menjadi ‘mata-mata’ negara untuk
mengungkap rahasia lawan. Suasana intense nan menegangkan, melibatkan
petualangan yang menggelitik penuh humor merupakan perjalanan yang menyenangkan
mengikuti perkembangan kisah Sophie dan Patrick.
Dari aksi
pertunangan Sophie dengan Braddon yang berakhir dengan pembatalan mendadak,
digantikan dengan persiapan pernikahannya dengan Patrick yang lumayan cepat
untuk menghindari skandal (bisakah menebak skandal apa yang melibatkan mereka
berdua ?), hingga permohonan Braddon yang tak mampu ditolak oleh Sophie untuk
‘mengubah’ sosok Madeleine Garnier – putri Vincent Garnier, pelatih kuda yang
cukup sukses dari Prancis, agar tampil layaknya wanita terhormat dari kalangan
atas. Siapa yang bisa menyangka Braddon yang selalu dipaksa sang ibu untuk
mencari calon istri terhormat dan memiliki kelebihan di pergaulan kalangan
atas, benar-benar jatuh cinta pada seorang gadis dari kalangan biasa-biasa
saja. Namun Braddon yang mendapati sekali lagi calon istrinya direbut pria
lain, yang berarti ia harus direpotkan dengan proses memilih calon lain,
sedangkan ia lebih menikmati waktu bersama Madeleine, yang ternyata memiliki
harga diri tinggi, tidak bersedia menjadi simpanan bangsawan. Braddon mengancam
hendak kawin lari ke Amerika, jika Sophie tidak bersedia membantunya.
Dasar Sophie yang
memang lembut hati dan selalu memiliki kehangatan persahabatan pada orang-orang
tertentu, akhirnya bersedia membantu, dan ketika bertemu dengan Madeleine, ia
ternyata menyukai kepribadian gadis yang blak-blakn dan memiliki keberanian
sekaligus kecerdasan, sesuatu yang dibutuhkan untuk mendampingi Braddon. Di
sisi lain, tampak jelas baik Braddon dan Madeleine benar-benar jatuh hati satu
sama lain. Karena ini merupakan proyek rahasia, maka ia juga harus menutup
kegiatannya dari Patrick, yang menaruh kecurigaan sekaligus rasa cemburu
mengingat Braddon adalah ‘tunangan’ Sophie sebelum ia merebut posisi itu. Kisah
Sophie yang terjun langsung membantu para pengungsi Prancis, atau lebih
tepatnya desertir tentara Prancis yang terluka parah dan disembunyikan oleh
simpatisan asal Belanda, bahkan akhirnya mengadopsi Henri, bocah berusia 14
tahun, putra bangsawan Prancis yang dihukum penggal ‘guillotine’ semuanya menjadi kisah kali jauh lebih menarik
dibandingkan buku pertama serial ini.
[ more about the author &
related works, just check at here : Eloisa James | on Goodreads | on Wikipedia | at Tumblr | at Facebook | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/