Judul Asli : DOVER
Copyright © 2008
by Gustaaf Peek. Amsterdam, Em. Querido’s Uitgeverij
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Gabriella Felicia, Maria Leisa Adelia, Meggy Soedjatmiko, Miranda Sapardan, Sri
Zuliati, Tyas DM, Vini Widianingsih, Widjajanti Dharmowijono & Zahroh
Nuriah
Editor :
Widjajanti Dharmowijono & Meggy Soedjatmiko
Desain &
ilustrasi sampul : Peter Van Dongen
Cetakan I :
Desember 2015 ; 256 hlm ; ISBN 978-602-03-1622-2
Harga Normal :
Rp. 58.000,-
Rate : 3.5 of 5
Tepat menjelang
tengah malam tanggal 18 Juni 2000, petugas duane
pelabuhan Dover, Inggris, membuka paksa kiriman muatan peti kemas dari Rotterdam,
Belanda yang mencurigakan. Di dalamnya, mereka menemukan 58 mayat korban yang
tewas akibat tersekap dan terkurung dalam ruang tertutup lebih dari 18 jam. Ada
2 orang korban yang berhasil terselamatkan dalam kondisi sangat buruk. Dari
kisah nyata yang menjadi catatan buruk tragedi pembunuhan massal yang terjadi
di Inggris dan melibatkan kaum imigran inilah kisah ini lahir. Bukan sekedar
korban tak dikenal, melainkan manusia-manusia yang memiliki penyesalan dan pengharapan,
ketakutan sekaligus impian masa depan yang lebih baik.
Ia dikenal
sebagai Tony saat diterima sebagai pekerja di restoran milik Mr. Chow di
Rotterdam, Belanda. Namun dulunya ia pernah bernama Marlon – peranakan Cina
yang tinggal di Indonesia. Ayahnya pendatang dari Cina, namun ulet dan gigih
dalam usaha hingga mampu mendirikan toko. Ia menikah dengan wanita Indonesia,
yang memberinya seorang putra dan putri. Bapak Nanang, demikian ia
memperkenalkan dirinya, tak pernah memperdulikan politik, sekedar mengikuti
arus dan selalu memilih Partai Golkar selama rezim pemerintahan Soeharto.
Kehidupan mereka mengalami naik-turun namun selain gangguan dari pihak-pihak
yang iri dan tidak menyukai sosok ‘bermata sipit’ yang ‘punya segalanya’.
Hingga tahun
1997, keresahan yang diam-diam menyebar, membuat sang ayah melakukan persiapan
seandainya mereka harus keluar dari Indonesia. Hanya putranya yang diberitahu
‘rahasia’ yang tersimpan di tempat tersembunyi, jika situasi semakin genting
bagi mereka semua. Dan tiada yang menduga pada bulan Mei, kekacauan muncul
tanpa ada peringatan, dan keluarga ini pun menjadi salah satu dari sekian
banyak korban rasialisme, perkosaan, penyiksaan dan pembunuhan serta vandalisme
tercatat dalam sejarah kelam bangsa Indonesia. Marlon berhasil selamat, dan
melarikan diri ke Belanda berbekal ‘persiapan’ yang telah direncanakan oleh
sang ayah. Ia harus meninggalkan kenangan atas ayah, ibu, dan adiknya, serta
tanah kelahirannya.
Di Belanda, ia
diserahkan pada Mr. Chow yang memberitahu kini namanya menjadi Tony dan harus
mengikuti semua petunjuk dan peraturan yang ia berikan. Dengan demikian ia
menjamin kelangsungan hidup Tony di Belanda. Ia harus bekerja melakukan
perintah-perintah Mr. Chow dan diperbolehkan menempati kamar tersendiri di
sebuah apartemen, di mana ia bertemu dengan Kiki dan Bas, penyewa kamar gedung
milik Mr. Chow yang kelak menjadi teman dalam waktu yang relatif singkat. Tanpa
banyak pertanyaan, siapa saja yang memiliki uang, bisa menyewa kamar kecil
dengan dapur ala kadarnya, dan kamar mandi bersama.
Bas, pria kulit
hitam yang bekerja sebagai loper koran dalam dua kloter, pagi dan sore, gemar
bercakap-cakap dan bertukar kabar dengan Tony. Namun siapa sebenarnya Bas dan
dari mana asalnya, tiada yang mengetahui dan Bas tidak pernah bersedia
mengungkap fakta tersebut. Sedangkan Kiki adalah gadis penggemar fotografi,
yang sekilas memiliki keluarga normal dan bahagia, namun entah mengapa ia
memilih tinggal di kamar apartemen sempit dibandingkan kediaman keluarganya.
Kiki memiliki impian untuk bisa keliling dunia, termasuk mengunjungi Indonesia,
dari wilayah Sumatra ke Jawa, melihat-lihat Jakarta, Yogyakarta serta Bali.
Kiki bukanlah nama aslinya, sebagaimana Tony maupun Bas.
Kisah ini
berjalan cukup lambat pada awalnya dan penulis sengaja memilih alur ‘flash-back’ yang diulang pada beberapa
adegan, sehingga membutuhkan kesabaran untuk memahami sekaligus menyatukan
keseluruhan kisah. Hubungan antara Tony, Bas dan Kiki terasa acak, hanya
disatukan bahwa mereka sama-sama pendatang di Rotterdam dan ‘kebetulan’ berada
di gedung milik Mr. Chow. Benang merah mulai muncul saat sosok bernama Bernard
Fiss terlibat secara tidak langsung. Ia adalah pengacara handal dengan jiwa
keadilan tinggi. Sayangnya naluri untuk menolong berhadapan dengan birokrasi
dan permainan politik ‘main-belakang’ yang kerap terjadi pada perusahaan
pengacara terutama saat melibatkan sejumlah besar uang.
Bernard Fiss
adalah pria yang jujur dan lurus, hingga ia terpuruk dalam situasi aneh
menyangkut salah satu kliennya. Kehidupan pribadi dan karirnya hancur, dan ia
terpaksa melayani klien-klien dari dunia gelap yang diatur oleh mafia. Kini ia
bekerja pada Mr. Chow dan Mr. Abdu, dua pria berbeda kebangsaan, perilaku dan
kebiasaan. Kesamaannya hanya mereka sama-sama menguasai pangsa pasar terbesar,
memanfaatkan imigran gelap yang membutuhkan jalur cepat menuju tujuan mereka.
Mayoritas berasal dari negara-negara ‘ketiga’ dan mereka awalnya bukan dari
golongan tidak mampu, bahkan telah membayar cukup besar sebagai uang muka,
namun akibat terjerat permainan mafia, rata-rata tidak pernah tiba di tujuan
semula.
Belanda adalah
negara yang menjadi banyak persinggahan kaum pengungsi atau imigran gelap ini,
lebih karena lokasinya yang strategis, untuk menyeberang ke Inggris misalnya,
tujuan terbanyak sebagian besar pengungsi Eropa. Dan disinilah peran sosok Mr.
Chow dan Abdu, yang menjanjikan kelanjutan perjalanan para imigran gelap yang (sengaja
dibuat) ‘terdampar’ di Belanda, bahwa mereka harus tinggal sementara di lokasi
yang dikelola oleh mereka, bekerja tanpa upah dengan balasan tempat tinggal,
hingga pelayanan mereka dianggap layak sebagai ganti pembayaran untuk
perjalanan berikutnya. Bagi mereka yang berhasil mengumpulkan dana lebih cepat,
pemberangkatan diatur bekerja sama dengan penyelundup yang juga meminta
bayaran.
Mengikuti
perjalanan Bernard Fiss yang akhirnya mengetahui ‘kebenaran’ pada siapa ia
selama ini bekerja. Saat berhadapan dengan gadis belia yang hamil besar,
dipersiapkan untuk bermain dalam adegan film pornografi brutal, ia bertekad menyelamatkan Aylin – nama samaran gadis
yang ditipu oleh seorang pria dan dijual pada sekelompok manusia bejat,
berpindah-pindah dari satu pemilik ke pemilik lain yang semuanya mengerikan.
Namun benarkah usaha Bernard menyelamatkan Aylin mampu memulihkan kondisi buruk
yang ia alami ? Bagaimana dengan korban-korban ‘women-trafficking’ lainnya,
serta para pengungsi yang tertipu dan terjerat semakin dalam di permainan mafia
penyeludupan ?
Kisah ini sedikit
mengingatkan ada fenomena ‘butterfly
effect’ dimana suatu kejadian random di suatu belahan bumi mampu
berpengaruh pada kejadian lain yang sedang atau akan terjadi di belahan dunia
lain yang sekilas tak memiliki hubungan atau keterkaitan. Melalui aksi
penyelamatan yang didasarkan atas penyesalan Bernard Fiss, ternyata berdampak
buruk pada kelangsungan hidupnya, sekaligus nyawa-nyawa tak dikenal yang ia ‘rubah’
tanpa berpikir panjang. Bagaimana kelanjutan nasib Tony yang ‘terdampar’ dalam
cengkeraman Mr. Chow, atau Kiki yang merupakan manusia bebas namun merasa
hidupnya terbelenggu hingga memilih berpetualang menjelajahi belahan dunia yang
tak pernah ia ketahui.
~ full cover of Dover by Peter van Dongen ~ |
Dan Bas yang
berusaha menghapus masa lalunya yang kelam dan mengerikan sebagai tentara
pembunuh bayaran, untuk mendapatkan secercah kebebasan mutlak dalam menikmati
kebahagiaan hidup. Sebuah kisah yang sangat pendek (hanya 256 halaman) namun
sarat dengan filosofi pemikiran yang tidak langsung bisa dicerna. Di sisi lain,
pesan moral akan makna kehidupan dan kematian nyaris memenuhi keseluruhan kisah
yang sekilas tanpa ujung pangkal. Disertai ilustrasi indah karya Peter van
Dongen sebagai sampul depan dan pembatas bukunya, ini merupakan karya sastra
yang layak dijadikan rekomendasi bagi pembaca yang menyukai sesuatu yang berbobot.
[
more about this author & related works, just check at here : Gustaaf Peek
| on Goodreads
]
Best Regards,
@Hobbybuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/