Books “AS RED AS
BLOOD" | SEMERAH DARAH
Judul Asli : PUNAINEN KUIN
VERI
[ book 1 of THE SNOW WHITE Trilogy ]
Original text copyright © 2013 Salla Simukka
English translation copyright © 2014 Owen F. Witesman
Penerbit Bhuana Sastra (imprint of Penerbit BIP)
Alih Bahasa : Wahyu Nugroho
Editor : Agatha Tristanti
Ilustrasi sampul : Amalia Pratifasari
Desain sampul : Yanyan Wijaya
Cetakan I : Maret 2016 ; 300 hlm ; ISBN 978-602-394-058-5
Harga Normal :
Rp. 77.000,-
Rate : 3.5 of 5
“Semoga anakku kelak seputih salju, semerah darah, dan sehitam kayu eboni jendela ini.” __ ‘Snow White’ by Grimm’s Brothers
Tahukah dirimu kisah tentang Snow White – kisah sebenarnya, bukan
versi ‘indah’ yang diciptakan oleh Disney. Bahwa ini bukan sekedar dongeng
pengantar tidur melainkan kehidupan nyata yang terjadi berabad-abad lampau,
dikisahkan kembali melalui legenda dan mitos dengan nuansa kelam dan jauh dari
‘menghibur’, dan ini adalah kisah yang diceritakan dari generasi ke generasi
sebagai peringatan terutama bagi gadis-gadis cilik yang akan menjalani
kehidupan penuh kegelapan ...
Pada suatu hari, ada seorang gadis kecil yang belajar untuk merasakan takut. Dongeng tidak dimulai seperti ini. Cerita lain yang lebih gelaplah yang memulai dengan cara tersebut.
Ia diberi nama Lumikki Andersson oleh kedua orangtuanya. Namun
nama itu menjadi beban tersendiri, sebagaimana semua orang tahu Lumikki berarti
Snow White dalam bahasa Finlandia,
sedangkan dirinya jauh dari citra karakter yang dipopulerkan oleh Disney. Ia
merasa dirinya lebih mendekati penggambaran tokoh versi Grimm Bersaudara,
setidaknya menyangkut perubahan suasana hati serta kehampaan yang menemani
hidupnya, terkadang Lumikki merasakan penderitaan yang panjang dalam
kesehariaannya bagai dongeng yang tak kunjung usai.
Berusia 17 tahun, memilih hidup seorang diri di apartemen studio,
jauh dari kediaman kedua orangtuanya, dengan alasan ia lebih nyaman berada di
dekat sekolahnya, walau tentu saja ia sengaja memilih sekolah seni elit di kota
besar, agar bisa ‘keluar’ dari pandangan orangtuanya. Dibesarkan oleh ayah yang
berkebangsaan Swedia dan ibu Finlandia, anehnya kehidupan dan komunikasi yang
terjalin dalam keluarganya, dingin dan berjarak, sesuatu yang tak pernah ia
sadari hingga menyaksikan interaksi keluarga-keluarga lain, terbuka dan penuh
kehangatan.
Ia adalah sebuah potongan teka-teki yang tidak memiliki tempat tetapi bisa tiba-tiba menempati tempat mana pun yang kau inginkan. Ia sama sekali tidak seperti yang lainnya. Namun ia juga benar-benar sama seperti yang lainnya.
Di SMA ini, ia mampu menjalani kehidupan secara soliter, berusaha
menjauhi segala jenis hubungan yang lebih erat dengan siapa pun juga. Lumikki
memastikan setiap tindakan dan perbuatannya, tak akan menarik perhatian siapa
pun. Dan suatu hari, segalanya berubah. Di mulai saat ia tanpa sengaja
menemukan sejumlah besar uang kertas sedang dikeringkan di dalam ruang foto.
Bukan hanya jumlahnya yang menarik perhatian, tetapi juga noda yang jelas
berupa darah, menyelimuti sebagian besar uang tersebut.
Lumikki berusaha melupakan hal tersebut, namun rasa penasaran
akhirnya menang. Maka keesokkan harinya ia kembali ke ruangan tersebut untuk
menemukan jawaban, hanya mendapati uang-uang itu telah lenyap. Satu-satunya
petunjuk, Lumikki nyaris bertabrakkan dengan salah satu siswa sekolah saat ia
menuju ruangan foto. Ia adalah Tuukka, pemuda tampan dan menarik berusia 18
tahun, dan ia juga merupakan putra Kepala Sekolah. Demi mendapatkan kejelasan,
Lumikki nekad membuntuti Tuukka, dan membawanya pada pertemuan tiga sosok yang
ia kenali.
Cara termudah untuk menjalani hidup adalah dengan tidak ikut campur dalam masalah apa pun.
Tanpa disadari Lumikki melanggar semua peraturan yang ia jalani
selama ini : terlibat ‘masalah’ dengan pihak lain, yang akhirnya ‘melibatkan’
dirinya dalam petualangan penuh bahaya. Tuukka, putra kepsek, dan Elisa – putri
polisi bagian narkotika, serta Kasper – pemuda ‘begajulan’ yang memiliki
reputasi khusus menyangkut aktifitas ilegal, mengaku menemukan sekantong uang senilai
€30.000 euro di halaman kediaman Elisa. Bahwa uang tersebut penuh dengan
genangan darah, sama sekali tidak mereka sadari karena sedang ‘mabuk’ obat
terlarang saat itu.
Kini, di saat kesadaran mulai kembali, sesuatu pada ingatan
samar-samar menyebabkan ketiganya gelisah, karena dipastikan keberadaan kantong
uang bersimbah darah bukanlah sesuatu yang wajar terjadi dalam kesehariaan.
Melibatkan Lumikki, mereka berusaha mencari tahu jawaban di balik misteri
tersebut. Langkah pertama adalah menyelidiki Terho Väisänen – ayah Elisa,
mengingat peristiwa itu berawal di kediaman keluarga Väisänen.
Belum sempat jawaban diperoleh, Lumikki mengalami serangkaian
peristiwa aneh yang menakutkan, dari kesadaran bahwa ada yang sedang menguntit
dirinya, hingga aksi penculikkan yang nyaris berhasil, semua membawa kesimpulan
bahwa pelaku benar-benar mengincar keluarga Väisänen, bahwa pelaku sebenarnya
hendak menculik Elisa, alih-alih Lumikki yang kebetulan sedang mengenakan syal Elisa. Lumikki bersama
ketiga kawan barunya, terseret dalam aksi yang melibatkan mafia Rusia serta
sosok mengerikan yang dikenal sebagai Beruang Kutub.
Jujur, awalnya kusangka ini merupakan kisah fantasi, karena
tercantum bahwa ini merupakan Trilogi Snow White – baik versi Disney, atau
versi ‘dark-fantasy’ ala Grimm. Ternyata keduanya salah besar, karena ini lebih
condong sebagai sajian misteri berbalut drama suspense yang lumayan mencekam.
Lata belakang kisah serta karakter yang menggambarkan kehidupan di kawasan
Eropa Tengah, tepatnya di antara Swedia dan Finlandia, mengambilkan suasana
muram, dingin dan sunyi, mengingatkan diriku akan gambaran kisah Trilogi
Salander kara Stieg Larsson.
Walau karakter utama dalam kisah ini merupakan gadis remaja, namun
ia memiliki banyak ‘rahasia’ yang tersimpan dalam ‘kotak pandora’ – sebagian
besar juga merupakan selubung misteri yang tak mampu ia pahami, hingga tiba
waktu yang tepat dimana akhirnya Lumikki mengetahui asal-usul yang membuat
dirinya ‘berbeda’. Digambarkan sebagai gadis yang sekilas tampak normal, namun
memiliki kecenderungan anti-sosial, menghindarkan konflik termasuk hubungan
serius dengan siapa pun juga ... mirip dengan Sherlock Holmes ya 6(^_^)9
hahaha, walau sebenarnya Lumikki menjauhi hal-hal yang terlihat rumit dan
kompleks.
Kasus yang muncul dalam buku pertama ini sebenarnya simpel, tidak
berbelit-belit, namun penulis sengaja menjabarkan keseluruhan kisah dalam
penggalan-penggalan adegan yang sama sekali tidak lengkap, dalam urutan yang
tidak bisa dipastikan hingga keseluruhan kisah diketahui. Alih-alih merasa
bosan, rasa penasaran super extra membuatku melalui halaman demi halaman hingga
akhirnya gambaran besar ‘muncul’ di benakku. Diterjemahkan dari edisi bahasa
Inggris yang bisa kupastikan sangat bagus (hasil mengintip versi Inggris),
terjemahan dalam bahasa Indonesia ini pun mengalir sedemikian rupa. Bahkan
ilustrasi sampul serta kemasan khusus edisi bahasa Indonesia ini juga jauh
lebih menarik dibandingkan versi Inggris.
Sebagai penggemar kisah misteri, sebenarnya kasus yang ditampilkan
tidak memiliki kelebihan khusus. Daya tarik justru pada sosok Lumikki, mengapa
ia digambarkan sebagai gadis yang cukup nyentrik, dan potongan-potongan
kenangan aneh serta mimpi-mimpi buruk yang ia alami, membuatku menduga-duga
telah terjadi ‘sesuatu’ yang cukup dahsyat pada masa lalu Lumikki. Salah satu
faktor yang berhasil diungkapkan dalam buku pertama ini, dijabarkan melalui
penggalan kenangan masa kecil Lumikki yang menjadi korban ‘bullying’ termasuk
aksi kekerasan dua gadis teman sekolahnya, yang telah melakukan teror selama
lebih dari 4 tahun.
Bagaimana Lumikki berhasil ‘menyingkirkan’ kedua monster dalam
hidupnya dengan melatih bela diri dan kekuatan dari dalam dirinya, cukup
membuat miris sekaligus terenyuh. Mengapa Lumikki tidak pernah meminta bantuan
orang lain, termasuk kepada kedua orang tuanya, saat ia senantiasa pulang dalam
kondisi luka-luka dan memar, itu menjadi salah satu bagian yang harus dicari
petunjuknya, karena selubung misteri tentang keluarga Lumikki sama sekali belum
diketahui kebenarannya. Lalu siapakah ‘sosok’ yang telah membuat Lumikki patah
hati sedemikian dalam, seseorang yang bahkan namanya tidak pernah disebutkan
sepanjang kisah ini. Dijamin buku pertama seri ini membuatku ingin segera
melahap kelanjutan kisah ini ...
Pada suatu hari, ada sebuah kunci kecil yang bisa membuka semua gembok. Dongeng tidak dimulai seperti itu. Itu permulaan dari cerita lain, yang lebih ceria.
Tentang Penulis :
Salla Simukka lahir pada tahun 1981 di Tampere. Wanita ini adalah
penulis, penerjemah, sekaligus kritikus sastra. Ia telah menulis banyak novel
dan kumpulan cerpen untuk pembaca kalangan muda. Ia pernah mengulas buku
Helsingin Sanomat, Finland Kuvalehti, dan Hämeen Sanomat. Ia juga editor di
majalah remaja Finlandia : Lukufiilis.
Novelnya yang berjudul Jäljellä (
Tammi, 2012 ) dan Toisaalla ( Tammi,
2012 ) memenangkan Penghargaan Topelius untuk kategori novel remaja terbaik
Finlandia. Selama menulis As Red As Blood,
Salla Simukka mendengarkan lagu-lagi berikut : The World Is Not Enough
(Garbage), Some Die Young (Laleh), Breath of Life (Florence & the Machine),
Summertime Sadness (Lana Del Rey), Protection (Massive Attack), dan Kohtalon
oma (Chisu). ~ sumber : penerbit BIP
[ more about the
author & related works, just check at here : Snow White Trilogy | on Goodreads | on Wikipedia | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
recommended?
ReplyDeleteLayak dicoba mbak (^_^) apalagi klo suka misteri yang rada absurb gitu, lbh condong ke psychological suspense menurutku, buku ketiga aku paling suka.
ReplyDelete