Books
“JIKA AKU TETAP DI SINI”
Judul Asli : IF I STAY
[ book 1
of ADAM & MIA | IF I STAY Series ]
Copyright © 2009
by Gayle Forman, Inc.
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Poppy D. Chusfani
Editor : Barokah
Ruziati
Desain & ilustrasi
sampul : @ibgwiraga
Cetakan VIII :
Februari 2015 ; 200 hlm ; ISBN 978-602-03-1322-1
Harga Normal :
Rp. 65.000,-
Rate : 3.5 of 5
“Kehidupan mungkin akan membawa kalian ke jalan yang berbeda. Tapi kalian masing-masing bisa memilih jalan mana yang akan ditempuh.”
Pilihan
serta Peristiwa ...
Manakah di antara
keduanya yang menjadi penyebab atau awal mula sesuatu akan terjadi dalam
kehidupan manusia ? Apakah pilihan berujung pada peristiwa atau sebaliknya ?
Bagi Mia, hal itu tidak lagi berarti, selain kesedihan yang mendalam saat Maut
muncul tanpa peringatan. Pagi itu salju pertama turun di Oregon, dan dalam
suasana ceria, Mia bersama kedua orang tuanya dan adiknya Teddy, mengendarai
mobil untuk berkunjung ke sahabat keluarga sebelum menjenguk kakek dan nenek
Mia. Mereka tidak pernah tiba di tujuan.
Mia hanya ingat
bahwa ia berada di dalam mobil sambil mendengarkan musik, kemudian ia terbangun
di jalanan, menyaksikan mobil keluarganya dalam kondisi ringsek dan rusak
berat. Ia menyaksikan tubuh ayah dan ibunya tewas dengan tubuh penuh luka.
Kemudian ia melihat ‘tubuhnya’ sendiri. Bagai menonton sebuah adegan film, Mia
menemani ‘tubuhnya’ yang berusaha diselamatkan oleh petugas medis, mendengarkan
bahwa kondisinya sangat kritis dan harus segera dioperasi. Teddy, adiknya
kesayangannya, ternyata juga dalam proses penyelamatan.
Mia harus
berpisah dengan Teddy saat ‘tubuhnya’ harus ditangani lebih lanjut di rumah
sakit besar. Secara klinis, Mia dalam kondisi koma dan sulit dipastikan apakah
ia akan pernah sadar kembali. Tiada yang tahu bahwa Mia ‘sadar’ sepenuhnya dan
berkeliaran di rumah sakit, menyaksikan kerabatnya berdatangan, termasuk
sahabat karib serta kekasihnya Adam, yang seharusnya berada di atas panggung
bersama grup bandnya.
Persimpangan
Awalnya Mia
penasaran dengan kondisinya yang koma, dan sedikit banyak berharap ia bisa
segera pulih. Menjadi ‘sosok’ yang tidak terlihat oleh siapa pun, Mia terbawa
dalam kilasan masa lalunya, bersama keluarga, kerabat, sahabat dan kekasihnya.
Entah mengapa kenangan antara masa-masa yang menyenangkan maupun yang tidak
terlalu ia sukai, muncul silih berganti dalam benaknya. Momen tersebut berubah
saat Mia mendapati dirinya ‘terguncang’ saat menyadari Teddy yang baru berusia
8 tahun akhirnya tak mampu bertahan lebih lama.
“Apakah kematian akan terasa seperti itu ? Tidur tanpa akhir, menyenangkan, dan paling lelap ? Jika seperti itulah rasanya, aku tidak akan keberatan. Jika seperti itulah kematian, aku sama sekali tidak akan keberatan. Aku tidak keberatan tidur selamanya.”
Terombang-ambing
antara harapan dan doa mereka yang menginginkan dirinya berjuang demi meraih
kesempatan untuk ‘kembali’ hidup, dan mereka yang ‘merelakan’ dirinya, jika
meninggalkan dunia adalah pilihannya. Bagaimana Mia menanggapi bayang-bayang
masa lalu yang sarat akan kenangan dengan realita masa depan yang cukup
menakutkan, karena tiada orang-orang terdekat yang ia kasihi untuk bersama-sama
menikmati kehidupan. Mana yang lebih menakutkan bagi Mia, kematian atau justru
kehidupan baru ?
Pilihan
... dan Keputusan
Ini adalah sebuah
kisah yang cukup singkat, namun cukup merangkum sekelumit pergulatan tentang
kematian dan kehidupan. Keunikan kisah ini, adalah narator yang terwujud
melalui sosok Mia – yang secara klinis dinyatakan koma alias tidak sadar
sepenuhnya, namun mampu ‘menyaksikan’ realita yang terjadi di sekitarnya dalam
wujud ‘roh’ – melayang-layang dalam rumah sakit di mana tubuhnya terbaring
dalam perawatan intensif.
Walau berkesan
sebagai sajian drama pergulatan batin, anehnya sisi emosionalku sama sekali
tidak ‘tersentuh’ semenjak awal kisah hingga menjelang akhir, di mana Mia
akhirnya ‘tersentak’ pada fakta bahwa Teddy telah tiada. Seakan-akan diriku
(pembaca) sengaja diajak ‘merasakan’ hati Mia, dan tepat di saat pertahanan
dirinya hancur dan kilasan kenangan bersama Teddy sungguh-sungguh membuatku
‘tak tahan’ dengan rasa pilu yang menyayat, secara perlahan dan pasti, harapan
lain muncul – tepat di akhir kisah.
Jujur, kisah ini
terasa sedikit ‘bland’dibandingkan ‘I WAS HERE’ yang sarat akan emosi yang
bersumber pada kepedihan dan kemarahan. Bahkan melalui ‘JUST ONE DAY’ (serta
kelanjutannya ‘JUST ONE YEAR’) pembaca diajak melalui perjalanan serta
pergulatan yang lebih fluktuatif, sedikit banyak mirip dengan mengendarai ‘roller-coaster’yang
penuh petualangan. Di sisi lain, hanya dengan 200 halaman, penulis mampu
memberikan sekelumit pesan melalui kisah ini, bahwa kematian dan kehidupan
tidak berbeda jauh jika dipandang dari sudut pandang yang sama sekali berbeda,
dalam kisah ini melalui seorang gadis yang terombang-ambing dalam persinggahan
sementara antara dua dunia.
[
more about the author & related works, just check at here : Gayle Forman | on Goodreads
| on Wikipedia | on IMDb | at Facebook | at Twitter | Movie Adaptation ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/