Translate

Saturday, April 30, 2016

[ 2016 | Review #65 ] : "ALL SHE WAS WORTH"

Books “MELACAK JEJAK”
Judul Asli : ALL SHE WAS WORTH | KAHSA
Copyright © 1992 Miyuki Miyabe
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Editor : Ariyantri Eddy Tarman
Desain & ilustrasi sampul : Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : April 2016 ; 480 hlm ; ISBN 978-602-03-2686-3
Harga Normal : Rp. 99.000,-
Rate : 4.5 of 5

DICARI WANITA HILANG
Nama : SHOKO SEKINE
Usia : 28 tahun
Penampilan : Cantik dan menarik
Pekerjaan : Pegawai Mesin Kantor Imai

Manusia hilang, lenyap tanpa penjelasan, acapkali memiliki beberapa kondisi yang mampu dipahami oleh mereka yang berhubungan dengan manusia tersebut. Namun lenyapnya Shoko Sekine merupakan tanda tanya besar. Dari sekian banyak orang yang mengenal dirinya, hanya satu orang yang memiliki inisiatif untuk melakukan pencarian – walau ia pun meminta bantuan pihak yang dirasa lebih berpengalaman. Jun Kurisaka – tunangan Shoko, memohon bantuan Shunsuke Honma, suami bibi sepupu keluarganya, yang kebetulan menjabat sebagai detektif di Tokyo. Honma sendiri sedang dalam masa cuti panjang akibat mengalami cedera terkena tembakan pelaku kejahatan. Hanya karena hubungan keluarga, ia menyanggupi untuk sekedar ‘melihat’ seberapa jauh ia bisa membantu sepupu kemenakannya.


Kasus ini terlihat sederhana, mengingat jalinan hubungan antara Jun dan Shoko yang relatif singkat, hanya sekitar 2 tahun, ditambah dengan ketidak-setujuan dari pihak keluarga Jun lebih karena latar belakang keluarga Shoko, dan pertengkaran yang terjadi antara keduanya tepat sebelum Shoko menghilang. Honma menduga Shoko sengaja ‘menghilang’ untuk menghindari Jun. Namun penyelidikan lebih lanjut pada tempat dimana Shoko bekerja dan menetap, membawa Honma pada perasaan aneh yang membuatnya gelisah, bahwa ada sesuatu yang aneh pada kasus ini. Firasat Honma terbukti seiring dengan proses penyelidikan, terutama menyangkut identitas serta fakta di balik sosok yang dikenal sebagai Shoko Sekine.

Miyuki Miyabe pertama kali kukenal melalui karyanya ‘The Devil’s Whisper’ dan serial manga ‘Brave Story’ yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai penulis misteri-suspense, kali ini kasus yang diangkat merupakan salah satu hal yang banyak terjadi di masyarakat luas, tidak jarang merupakan aib tersendiri yang anehnya sempat menjadi trensetter pada beberapa periode dan generasi. Melalui tokoh Shoko Sekine – wanita muda nan menarik yang digambarkan tidak memiliki kekurangan, kesalahan serius sepanjang hidupnya, ternyata dikenali sebagai salah satu nama dalam daftar hitam pemegang kredit nyaris seantero Jepang. Shoko Sekine tercatat menyatakan Kebangkrutan Pribadi akibat hutang yang melilit pada masa lalunya.
KEBANGKRUTAN PRIBADI : proses hukum di mana seluruh properti si pengutang dibagi rata di antara para kreditornya di pengadilan dan sesudahnya pengutang diberikan SURAT PELEPASAN TUNTUTAN yang membebaskannya dari kewajiban finansial.”
Awalnya, kusangka ini merupakan kasus di mana Shoko sengaja menghilang karena malu pada tunangannya, terkait dengan masa lalunya yang kelam. Kisah ini juga mengungkapkan bahwa Shoko tidak sepenuh bersalah, karena banyak sekali korban yang terbelit hutang akibat peningkatan tinggi akumulasi hutang melalui penyalahgunaan kartu kredit dan pinjaman. Jika pada jaman dahulu hidup para lintah darat yang meminjamkan uang dengan riba berlipat-lipat, maka di era modernisasi ini justru menjadi ‘mode’ tersendiri, tiada seorang pun hidup tanpa adanya pinjaman dari organisai dan badan terpercaya : BANK. Percayakah jika dijabarkan bahwa permainan yang mereka lakukan, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kaum lintah darat ?

Salah satu contoh nyata digambarkan saat Jepang di tahun ’80-an mengalami gelombang keresahan finansial akibat tingginya pengeluaran dibanding pemasukan. Kaum golongan menengah banyak terjerumus, dengan keinginan menjalani kehidupan mapan dan masa depan cerah, mengajukan kredit pinjaman untuk rumah dan fasilitas pelengkap yang melebihi pemasukan bulanan. Sekilas bunga yang dikenakan tidak terlalu besar, namun banyak yang tidak menyadari bahwa keterlambatan pembayaran walau hanya sekali, akan berdampak pada kelipatan bunga + denda yang diakumulasi hingga pada akhirnya tidak mungkin terbayarkan.

Kondisi ini semakin memburuk ketika para korban mencari alternatif lain untuk melunasi utang ini, dengan melakukan pinjaman lain. Bagai lingkaran setan, situasi semakin lama semakin memburuk. Di sinilah muncul para penagih utang (debt-collector) yang tidak segan-segan menggunakan segala cara untuk mendapatkan pembayaran dalam bentuk apa pun. Di Jepang bahkan badan-badan resmi sengaja bekerja sama dengan Mafia Jepang yang berperan untuk mengejar para korban beserta seluruh anggota keluarga serta kerabatnya. Sebuah aksi teror yang terselubung dalam kedok usaha pinjaman yang diakui secara resmi oleh pemerintah.

Hal ini membawa kilasan ingatan pada saat diriku berusaha mengajukan permohonan kartu kredit karena dibutuhkan untuk bepergian ke luar negeri. Anehnya, status keuangan yang kuberikan tidak mendapat persetujuan, bahkan harus bolak-balik mengisi formulir dan mengajukan permohonan. Di sisi lain, karyawan PNS cukup menyertai bukti slip gaji, proses berjalan secepat kilat. Kini kusadari sepenuhnya, bahwa bukan ‘kestabilan finansial’ yang menjamin disetujui / tidaknya permohonan kredit, justru mereka yang termasuk golongan menengah, merupakan sasaran tepat bagi pengguna kredit dan pembayaran cicilan yang semakin meningkat seiring dengan kenyamanan memperoleh pinjaman semudah membalik kartu, tanpa proses berbelit-belit.

Jangan berbangga diri jika mudah sekali mendapat fasilitas penggunaan kartu kredit serta penarikan dana tunai secara instan, apalagi dengan janji tanpa bunga atau istilah pinjaman lunak, hal itu sama sekali tidak memudahkan status dan kondisi finansial, hanya mendongkrak status sosial dengan menunjukkan mampu memiliki rumah mewah, kendaraan yang berganti-ganti beberapa bulan sekali, karena itu semua hanya sementara – dan bukan milik pribadi karena semuanya diperoleh melalui pinjaman (yang bahkan tidak diketahui kapan bisa tuntas dilunasi). Yang menjadi kekhawatiran, situasi ini tidak semakin membaik seiring perkembangan jaman. Jika kredit dan pinjaman menjadi ‘syarat’ peningkatan status di masyarakat, apa yang menjadi masa depan generasi mendatang jika mengandalkan berbagai kemudahan alih-alih bekerja keras dan lebih cerdik untuk mendapatkan Impian masing-masing ?

Melalui kisah ini, bukan saja membuka ‘mata’ pembaca atas situasi krisis yang melanda masyarakat modern, sekali lagi Miyuki Miyabe membuktikan kepiawiannya dalam penyajian misteri penuh teka-teki. Di saat diriku mulai membayangkan sosok Shoko Sekine sebagai korban permainan kredit dan pinjaman, sebuah misteri baru muncul karena gadis yang dikenal sebagai tunangan Jun Kurisaka ternyata bukanlah Shoko Sekine yang dikenal oleh pengacara yang mengurus proses Kebangkrutan Pribadi-nya. Upaya Honma menemukan pihak lain yang bisa memberikan penjelasan siapa sebenarnya Shoko Sekine, dipersulit karena ia yatim-piatu tanpa sanak atau kerabat lain yang masih hidup.

Mengikut proses penyelidikan ala detektif (yang mengingatkan karya JK Rowling melalui karakter Cormoran Strike), pembaca diajak menelusuri lebih jauh, pada penggalian masa lalu Shoko, menemukan orang-orang yang masih mengingat dirinya dan membuat ‘gambaran’ sejarah kehidupan Shoko hingga ia menghilang. Honma dihadapkan pada situasi dimana firasatnya menyatakan Shoko Sekine bisa jadi telah tiada – jika demikian, siapa gerangan wanita yang menggunakan identitas dan kehidupan Shoko tanpa diketahui oleh siapa pun juga ? Mengapa dan bagaimana ia bisa memasuki dunia Shoko sedemikian mudah, seakan-akan ia melakukan transformasi langsung mengambil alih kehidupan Shoko. Bacaan yang sangat ‘menantang’ bagi penggemar misteri berbalut nuansa suspense, walau harus sedikit sabar mengikuti alur lambat di awal kisah. Cukup lama tidak menemukan sajian kisah yang kompleks seperti ini (^_^)

Tentang Penulis :
Miyuki Miyabe lahir pada 23 Desember 1960, adalah penulis buku laris asal Jepang dengan lebih dari 40 novel dan penerima sejumlah penghargaan sastra, termasuk penghargaan tertinggi sastra populer Jepang : Naoki Prize. Selain dikenal sebagai penulis novel kontemporer Jepang, ia mengeluarkan buku-buku dengan genre science fiction, historical fiction, juvenile fiction dan mystery fiction, yang membuatnya dijuluki Queen of Mystery oleh para penggemarnya.

Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa, termasuk  Prancis, Denmark, Rusia, Yunani, Jerman, China dan Korea. Judul karyanya yang lain meliputi The Slepping Dragon, All She Was Worth, Shadow Family, dan Crossfire. Dia juga menulis novel bergenre remaja-dewasa : Brave Story, yang memenangkan Batchelder Award dari Association for Library Service, bahkan diangkat ke layar lebar sebagai animated film, dibuat menjadi serial manga dan serial vidio games.

Hampir sebagian besar seluruh novelnya diangkat menjadi film layar lebar, adaptasi film maupun serial televisi. Meski pun baru memulai menulis novel pada usia 23 tahun saat ia masih bekerja di  sebuah biro hukum, Miyuki menyempatkan diri mengikuti sekolah penulisan, yang pada akhirnya membawa pada serangkaian novel dan tulisan yang diterbitkan dan dinikmati para penggemarnya seantero dunia, dan ia masih tetap aktif dalam dunia penulisan hingga kini.

[ more about the author & related workd, just check at here : Miyuki Miyabe | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...