Books
“MELACAK JEJAK”
Judul Asli : ALL SHE WAS WORTH | KAHSA
Copyright © 1992
Miyuki Miyabe
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Gita Yuliani K.
Editor :
Ariyantri Eddy Tarman
Desain &
ilustrasi sampul : Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : April
2016 ; 480 hlm ; ISBN 978-602-03-2686-3
Harga Normal :
Rp. 99.000,-
Rate : 4.5 of 5
DICARI
WANITA HILANG
Nama
: SHOKO SEKINE
Usia
: 28 tahun
Penampilan
: Cantik dan menarik
Pekerjaan
: Pegawai Mesin Kantor Imai
Manusia hilang,
lenyap tanpa penjelasan, acapkali memiliki beberapa kondisi yang mampu dipahami
oleh mereka yang berhubungan dengan manusia tersebut. Namun lenyapnya Shoko
Sekine merupakan tanda tanya besar. Dari sekian banyak orang yang mengenal
dirinya, hanya satu orang yang memiliki inisiatif untuk melakukan pencarian –
walau ia pun meminta bantuan pihak yang dirasa lebih berpengalaman. Jun
Kurisaka – tunangan Shoko, memohon bantuan Shunsuke Honma, suami bibi sepupu
keluarganya, yang kebetulan menjabat sebagai detektif di Tokyo. Honma sendiri
sedang dalam masa cuti panjang akibat mengalami cedera terkena tembakan pelaku
kejahatan. Hanya karena hubungan keluarga, ia menyanggupi untuk sekedar
‘melihat’ seberapa jauh ia bisa membantu sepupu kemenakannya.
Kasus ini
terlihat sederhana, mengingat jalinan hubungan antara Jun dan Shoko yang
relatif singkat, hanya sekitar 2 tahun, ditambah dengan ketidak-setujuan dari
pihak keluarga Jun lebih karena latar belakang keluarga Shoko, dan pertengkaran
yang terjadi antara keduanya tepat sebelum Shoko menghilang. Honma menduga
Shoko sengaja ‘menghilang’ untuk menghindari Jun. Namun penyelidikan lebih
lanjut pada tempat dimana Shoko bekerja dan menetap, membawa Honma pada
perasaan aneh yang membuatnya gelisah, bahwa ada sesuatu yang aneh pada kasus
ini. Firasat Honma terbukti seiring dengan proses penyelidikan, terutama
menyangkut identitas serta fakta di balik sosok yang dikenal sebagai Shoko
Sekine.
Miyuki Miyabe
pertama kali kukenal melalui karyanya ‘The Devil’s Whisper’ dan serial
manga ‘Brave Story’ yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Sebagai penulis misteri-suspense, kali ini kasus yang diangkat
merupakan salah satu hal yang banyak terjadi di masyarakat luas, tidak jarang
merupakan aib tersendiri yang anehnya sempat menjadi trensetter pada beberapa
periode dan generasi. Melalui tokoh Shoko Sekine – wanita muda nan menarik yang
digambarkan tidak memiliki kekurangan, kesalahan serius sepanjang hidupnya,
ternyata dikenali sebagai salah satu nama dalam daftar hitam pemegang kredit
nyaris seantero Jepang. Shoko Sekine tercatat menyatakan Kebangkrutan Pribadi
akibat hutang yang melilit pada masa lalunya.
“KEBANGKRUTAN PRIBADI : proses hukum di mana seluruh properti si pengutang dibagi rata di antara para kreditornya di pengadilan dan sesudahnya pengutang diberikan SURAT PELEPASAN TUNTUTAN yang membebaskannya dari kewajiban finansial.”
Awalnya, kusangka
ini merupakan kasus di mana Shoko sengaja menghilang karena malu pada
tunangannya, terkait dengan masa lalunya yang kelam. Kisah ini juga mengungkapkan
bahwa Shoko tidak sepenuh bersalah, karena banyak sekali korban yang terbelit
hutang akibat peningkatan tinggi akumulasi hutang melalui penyalahgunaan kartu
kredit dan pinjaman. Jika pada jaman dahulu hidup para lintah darat yang
meminjamkan uang dengan riba berlipat-lipat, maka di era modernisasi ini justru
menjadi ‘mode’ tersendiri, tiada seorang pun hidup tanpa adanya pinjaman dari
organisai dan badan terpercaya : BANK. Percayakah jika dijabarkan bahwa
permainan yang mereka lakukan, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kaum lintah
darat ?
Salah satu contoh
nyata digambarkan saat Jepang di tahun ’80-an mengalami gelombang keresahan
finansial akibat tingginya pengeluaran dibanding pemasukan. Kaum golongan
menengah banyak terjerumus, dengan keinginan menjalani kehidupan mapan dan masa
depan cerah, mengajukan kredit pinjaman untuk rumah dan fasilitas pelengkap
yang melebihi pemasukan bulanan. Sekilas bunga yang dikenakan tidak terlalu
besar, namun banyak yang tidak menyadari bahwa keterlambatan pembayaran walau
hanya sekali, akan berdampak pada kelipatan bunga + denda yang diakumulasi
hingga pada akhirnya tidak mungkin terbayarkan.
Kondisi ini
semakin memburuk ketika para korban mencari alternatif lain untuk melunasi
utang ini, dengan melakukan pinjaman lain. Bagai lingkaran setan, situasi
semakin lama semakin memburuk. Di sinilah muncul para penagih utang (debt-collector) yang tidak segan-segan
menggunakan segala cara untuk mendapatkan pembayaran dalam bentuk apa pun. Di
Jepang bahkan badan-badan resmi sengaja bekerja sama dengan Mafia Jepang yang
berperan untuk mengejar para korban beserta seluruh anggota keluarga serta
kerabatnya. Sebuah aksi teror yang terselubung dalam kedok usaha pinjaman yang
diakui secara resmi oleh pemerintah.
Hal ini membawa kilasan
ingatan pada saat diriku berusaha mengajukan permohonan kartu kredit karena
dibutuhkan untuk bepergian ke luar negeri. Anehnya, status keuangan yang
kuberikan tidak mendapat persetujuan, bahkan harus bolak-balik mengisi formulir
dan mengajukan permohonan. Di sisi lain, karyawan PNS cukup menyertai bukti
slip gaji, proses berjalan secepat kilat. Kini kusadari sepenuhnya, bahwa bukan
‘kestabilan finansial’ yang menjamin disetujui / tidaknya permohonan kredit,
justru mereka yang termasuk golongan menengah, merupakan sasaran tepat bagi
pengguna kredit dan pembayaran cicilan yang semakin meningkat seiring dengan
kenyamanan memperoleh pinjaman semudah membalik kartu, tanpa proses
berbelit-belit.
Jangan berbangga
diri jika mudah sekali mendapat fasilitas penggunaan kartu kredit serta
penarikan dana tunai secara instan, apalagi dengan janji tanpa bunga atau
istilah pinjaman lunak, hal itu sama sekali tidak memudahkan status dan kondisi
finansial, hanya mendongkrak status sosial dengan menunjukkan mampu memiliki
rumah mewah, kendaraan yang berganti-ganti beberapa bulan sekali, karena itu
semua hanya sementara – dan bukan milik pribadi karena semuanya diperoleh
melalui pinjaman (yang bahkan tidak diketahui kapan bisa tuntas dilunasi). Yang
menjadi kekhawatiran, situasi ini tidak semakin membaik seiring perkembangan
jaman. Jika kredit dan pinjaman menjadi ‘syarat’ peningkatan status di
masyarakat, apa yang menjadi masa depan generasi mendatang jika mengandalkan
berbagai kemudahan alih-alih bekerja keras dan lebih cerdik untuk mendapatkan
Impian masing-masing ?
Melalui kisah
ini, bukan saja membuka ‘mata’ pembaca atas situasi krisis yang melanda
masyarakat modern, sekali lagi Miyuki Miyabe membuktikan kepiawiannya dalam
penyajian misteri penuh teka-teki. Di saat diriku mulai membayangkan sosok
Shoko Sekine sebagai korban permainan kredit dan pinjaman, sebuah misteri baru
muncul karena gadis yang dikenal sebagai tunangan Jun Kurisaka ternyata
bukanlah Shoko Sekine yang dikenal oleh pengacara yang mengurus proses Kebangkrutan
Pribadi-nya. Upaya Honma menemukan pihak lain yang bisa memberikan penjelasan
siapa sebenarnya Shoko Sekine, dipersulit karena ia yatim-piatu tanpa sanak
atau kerabat lain yang masih hidup.
Mengikut proses
penyelidikan ala detektif (yang mengingatkan karya JK Rowling melalui karakter
Cormoran Strike), pembaca diajak menelusuri lebih jauh, pada penggalian masa
lalu Shoko, menemukan orang-orang yang masih mengingat dirinya dan membuat
‘gambaran’ sejarah kehidupan Shoko hingga ia menghilang. Honma dihadapkan pada
situasi dimana firasatnya menyatakan Shoko Sekine bisa jadi telah tiada – jika
demikian, siapa gerangan wanita yang menggunakan identitas dan kehidupan Shoko
tanpa diketahui oleh siapa pun juga ? Mengapa dan bagaimana ia bisa memasuki
dunia Shoko sedemikian mudah, seakan-akan ia melakukan transformasi langsung
mengambil alih kehidupan Shoko. Bacaan yang sangat ‘menantang’ bagi penggemar
misteri berbalut nuansa suspense, walau harus sedikit sabar mengikuti alur
lambat di awal kisah. Cukup lama tidak menemukan sajian kisah yang kompleks
seperti ini (^_^)
Tentang Penulis :
Miyuki Miyabe
lahir pada 23 Desember 1960, adalah penulis buku laris asal Jepang dengan lebih
dari 40 novel dan penerima sejumlah penghargaan sastra, termasuk penghargaan
tertinggi sastra populer Jepang : Naoki Prize. Selain dikenal sebagai penulis
novel kontemporer Jepang, ia mengeluarkan buku-buku dengan genre science
fiction, historical fiction, juvenile fiction dan mystery fiction, yang
membuatnya dijuluki Queen of Mystery oleh para penggemarnya.
Buku-bukunya
telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa, termasuk Prancis, Denmark, Rusia, Yunani, Jerman,
China dan Korea. Judul karyanya yang lain meliputi The Slepping Dragon, All She Was Worth, Shadow Family, dan Crossfire. Dia juga menulis novel
bergenre remaja-dewasa : Brave Story,
yang memenangkan Batchelder Award dari Association for Library Service, bahkan
diangkat ke layar lebar sebagai animated film, dibuat menjadi serial manga dan
serial vidio games.
Hampir sebagian
besar seluruh novelnya diangkat menjadi film layar lebar, adaptasi film maupun
serial televisi. Meski pun baru memulai menulis novel pada usia 23 tahun saat
ia masih bekerja di sebuah biro hukum,
Miyuki menyempatkan diri mengikuti sekolah penulisan, yang pada akhirnya
membawa pada serangkaian novel dan tulisan yang diterbitkan dan dinikmati para
penggemarnya seantero dunia, dan ia masih tetap aktif dalam dunia penulisan
hingga kini.
[
more about the author & related workd, just check at here : Miyuki
Miyabe | on
Goodreads | on
Wikipedia | on IMDb ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/