Translate

Sunday, March 9, 2014

Books "CATALYST"

Books “KATALIS”
Judul Asli : CATALYST
by Laurie Halse Anderson
Copyright © 2002 by Laurie Halse Anderson
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : SP Dyah Purnamasari
Desain Sampul : eMTe
Cetakan I : Januari 2011 ; 264 hlm ; ISBN 978-979-22-6603-0
Rate : 4 of 5
Katalisator adalah zat yang menambah kecepatan reaksi. Katalisator dimasukkan ke salah satu tahap reaksi, lalu nantinya diregenerasikan kembali dalam proses itu. Katalisator tidak habis terpakai, ia menciptakan jalur energi baru yang lebih rendah dalam reaksi tersebut.” [ ~ from “Catalyst” | p. 81 ]
Kate Malone – putri sang pendeta yang berbakti, mencurahkan waktu untuk meraih peringkat pertama di bidang akademik dan mengurus rumah tangga (terutama karena sang ayah dan adik laki-lakinya tidak mampu melakukannya) setelah sang ibu meninggal dunia. Kate bahkan meluangkan waktu untuk ikut serta kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh anggota gereja. Semua memandang Kate sebagai anak teladan dan layak menjadi contoh bagi remaja lain. Tiada yang mengetahui apa sebenarnya yang ada di dalam benak Kate, karena ia telah menutup rapat-rapat rahasia tersebut.



Kini tujuan utama Kate adalah segera menerima surat dari MIT yang akan meloloskan dirinya sebagai salah satu penerima beasiswa perguruan tinggi. Meski semua teman dan kenalannya mengajukan surat lamaran ke beberapa perguruan tinggi, Kate hanya melamar di satu tempat : MIT. Adalah impian Kate untuk segera keluar dari rumah dan lingkungannya, untuk menjalani kehidupan yang sama sekali baru dengan orang-orang yang tak pernah ia kenal, dan MIT yang juga merupakan almamater ibunya, merupakan prioritas utama bagi Kate dalam rangkaian rencana besar bagi masa depannya.

Kate yang selalu tampil tenang dan meyakinkan, memiliki kegelisahan dan ketakutan yang tak pernah bisa hilang. Insomnia yang berlarut-larut, membuat dirinya menjalani rutinitas berlari menjelang tengah malam hingga dini hari, menjadi salah satu pelariannya. Dan di kala kegelisahan itu tak mampu bertahan lebih lama, surat dari MIT muncul, dengan keputusan yang merupakan ultimatum : Kate tidak diterima di MIT !!! Belum sempat ia mengambil nafas akibat ‘palu-godam’ yang menghantam hatinya, sang ayah memberikan sebuah pengumuman lain yang mengguncang dirinya.

Kediaman Pendeta Malone akan menerima Terry ‘Teri’ Litch dan adiknya Mikey Litch yang baru berusia 2 tahun. Keluarga Litch yang merupakan tetangga mereka, dijauhi oleh sebagian masyarakat akibat tingkah laku mereka yang berbeda. Mulai dari kediaman mereka yang cukup bobrok, sang ayah yang masuk tahanan penjara, ibu yang sakit-sakitan dan putri remaja yang suka memberontak dengan melakukan aneka pelanggaran hukum. Teri juga musuh besar Kate semenjak kecil, ketika ia mengganggau hingga memukul Kate hingga ibunya yang kala itu masih hidup harus menenangkan putrinya.

Dan kini, akibat keteledoran mereka, rumah yang sudah bobrok itu habis terbakar. Mrs. Litch ditampung oleh anggota gereja sedangkan kedua anaknya diterima oleh Pendeta Malone yang baik hati. Sayangnya, kebaikan sang ayah dianggap beban tersendiri bagi Kate, terutama keberadaan Teri yang seenaknya menguasai kediaman, dimulai dari kamar pribadi Kate, jam tangan dari ibunya, hingga kalung pemberian Mitch – kekasihnya, semuanya dicuri oleh Teri dan ia tetap bersikeras tak mengakui dan mengembalikan barang-barang tersebut. Hidup semakin tak tertahankan bagi Kate.

Awalnya kisah ini berjalan bagaikan drama ala remaja yang mengalami konflik serta pencarian jati diri setelah mengalami masa-masa menyedihkan akibat kematian sosok yang dicintai dalam keluarga. Komunikasi yang seharusnya terjalin untuk mempererat hubungan antar anggota yang sama-sama merasakan kehilangan, justru tidak mampu menemukan jalan keluar. Masing-masing berusaha menyibukan diri demi menghindari ‘terbukanya’ pintu hati yang akan mengungkap kepedihan dan luka hati. Kemudian konflik mulai muncul satu demi satu.

Kehadiran pihak luar yang ‘dipaksakan’ masuk dalam kehidupan keluarga ini, memberikan reaksi yang unik. Penolakan dan rasa enggan dari kedua belah pihak, perlahan mulai mengalami perubahan. Kate Malone yang diibaratkan sosok teladan dan sempurna, memiliki segala sesuatu yang patut disyukuri, ternyata menyimpan ketidak-puasan dan kepedihan yang dalam. Terry Litch yang dianggap biang-onar, anak berandalan yang tidak mungkin meraih prestasi dalam bidang apapun, ternyata memiliki sesuatu yang sangat berharga dan menjadi rahasia harta karun di dalam hatinya.

Persamaan antara kedua sosok yang bermusuhan ini, yaitu kemarahan atas ketidak-adilan dalam kehidupan yang dijalani, membawa mereka pada persimpangan jalan menuju masa depan yang tak diketahui. Sebuah pepatah yang mengatakan : ‘Manusia merencanakan segala sesuatunya, namun Tuhan yang Berkuasa untuk mengubahnya’ – entah mengapa terlintas dalam benakku saat membaca kisah ini. Dengan sebuah ending yang sangat mengejutkan dan membuat perasaanku ‘haru-biru’ yang menyesakkan, menghantam hati akan tragedi kisah tentang kehidupan serta kematian anak manusia.

[ more about this author & related works, just check at here : Laurie Halse Anderson | on Goodreads | on Wikipedia | at Twitter ]

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
9th Book in Finding New Author Challenge
34th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...