Books
“DOKTER”
Judul Asli : DOCTORS
by Eric Segal
Copyright © 1985 by
Ploys, Inc. For the U.S., its depencies, Canada, and the Philippines.
Copyright © 1988 by
Dewsbury International, Inc.
Translation copyright
© 1997 by Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Hidayat
Saleh
Foto cover © by Annie
Engel/Corbis
Cetakan II : April
2010 ; 848 hlm ; ISBN 978-979-22-5449-5
Rate : 4 of 5
“Ada beribu-ribu penyakit di dunia ini, namun Ilmu Kedokteran hanya memiliki pengobatan empiris untuk dua puluh enam di antaranya. Sisanya adalah ... menduga-duga.” [ ~ excerpt from DOCTORS | p. 8 ]
Kehidupan manusia
tidak lepas dari kematian, dan salah satu penyebab terbesar adalah penyakit,
dimana seiring dengan perkembangan jaman, pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan pengobatan, berkejaran dengan munculnya jenis penyakit baru.
Bagaimana manusia bisa memutuskan bahwa sebuah penemuan akan menjawab
pertanyaan yang paling mendasar ... apakah ini adalah pengobatan yang paling
tepat untuk jenis penyakit tertentu ?
Ini adalah kisah
tentang perjuangan dan perjalanan hidup manusia, yang mendedikasikan waktu dan
tenaga untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit serta derita yang dialami oleh
sesama manusia. Sebagian dari mereka berhasil, sebagian lagi menemui jalan
buntu, bahkan menjadi pasien terbaru akibat ketidak-mampuan menerima realita
kehidupan, bahwa kegagalan demi kegagalan dituntut untuk satu keberhasilan,
bahwa jiwa dan nyawa makhluk hidup menjadi taruhan permainan yang tiada pernah
berhenti ...
Dengan mengambil
periode masa awal tahun 60-an, dimana situasi politik Amerika sedang dalam masa
transisi dan pergolakan besar. Dari kebijakan yang dicanangkan menyangkut
Perang Vietnam yang berkepanjangan, membawa korban sangat besar di kedua belah
pihak, terutama kaum muda yang ‘terpaksa’ menjalani wajib militer dan kembali
dalam kondisi cacak secara fisik maupun mental, sedangkan bagi yang cukup
‘beruntung’ tewas di medan perang sebelum mencapai usia 20 tahun.
Di saat ini pula
muncul kelompok yang menentang kebijakan Perang Vietnam, ditambah dengan
konflik yang berkaitan dengan masalah ras, antara kulit putih dan kulit
berwarna, yang memunculkan tokoh-tokoh penggerak kebebasan mulai dari Martin
Luther King hingga Malcom X, Abraham Lincoln hingga John F. Kennedy, menyeret
sejarah panjang pemusnahan ras Yahudi oleh Hitler. Politik kebebasan berpikir,
bertindak dan kesamaan hak manusia yang didengungkan sebagai slogan bangsa
Amerika, membuat banyak imigran dari negara-negara berkembang yang mengalami
konflik perang tiada henti.
Dan disinilah,
realita bahwa di Amerika pun, situasi tidak seperti yang mereka bayangkan.
Diskriminasi dan topik rasial tetap muncul, membuat kaum minoritas menjadi
korban sistem yang seharusnya membantu mereka dalam menjalani kehidupan baru.
Dari sekian banyak profesi yang mengambil peran penting bagi pertumbuhan
masyarakat yang meningkat ini, salah satunya adalah dokter. Sebagai profesi
yang ‘seharusnya’ mampu memberikan pertolongan bagi sesama manusia akibat
penderitaan dan penyakit yang diderita, membuat sosok seorang dokter layaknya
Tuhan yang bisa menentukan apakah nyawa seseorang bisa diselamatkan atau
dibantu pemulihannya.
Barney Livingston
menjalani masa remaja sebagai pemain basket yang handal dan mengincar beasiswa
ke perguruan tinggi ternama dengan kemampuannya. Namun tragedi merenggut impian
dan cita-citanya, kala sang ayah meninggal akibat penyakit yang dideritanya,
dan juga karena seorang dokter yang tinggal di dekat kediaman keluarganya,
menolak untuk datang melakukan pertolongan pertama karena khawatir adanya
tuntutan hukum jika korban meninggal dunia. Barney memasuki fakultas kedokteran
dengan tekad tidak akan ada keluarga lain yang berduka karena sang dokter
menolak melakukan pertolongan.
Laura Castellano
menjadi tetangga baru Barney kala berusia lima tahun, dan keduanya segera
terlihat melakukan kegiatan apa pun bersama-sama. Ayahnya, Dr. Luis Castellano
membawa keluarga pindah ke Amerika, meninggalkan Spanyol yang dilanda
peperangan demi masa depan yang lebih cerah. Meski beliau tak segera memiliki
kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, karena standar yang diakui oleh
Amerika Serikat tidak termasuk dokter lulusan Spanyol, Dr. Luis merupakan
dokter keluarga Livingston semenjak ia menolong Warren – adik Barney yang
diserang demam parah. Impian Laura untuk meneruskan cita-cita ayahnya, menjadi
lebih kuat kala tragedi merenggut nyawa adik kecilnya, yang juga menyebabkan
perpecahan dalam keluarganya.
Bennet Landsmann –
pemain basket dengan kemampuan luar biasa, selain pemuda yang luar biasa cerdas
dengan impian menjadi dokter kulit hitam pertama lulusan Harvard Medical School
yang meraih posisi puncak. Dibesarkan oleh oarng tua angkat, pasangan Yahudi
yang sengaja pindah ke Amerika, setelah berhasil selamat sebagai salah satu
korban keji kamp pembantaian Nazi, dan membalas hutang budi kepada ayah Bennet
yang meninggal dunia karena penyakit, saat menunaikan misi penyelamatan
korban-korban Nazi. Ia dipuji karena keahliannya, namun tidak semua pihak
bersedia meneriam kehadiran dokter kulit hitam di tengah-tengah komunitas.
Terjebak dalam wilayah yang tidak jelas, tidak diterima sepenuhnya oleh kaum
kulit putih maupun kulit hitam, ia harus menjalani kesendirian menapak jenjang
karir dan masa depan yang panjang.
Seth Lazarus –
mahasiswa termuda pada angkatan 1962, namun bisa dikatakan mendekati jenius
serta sifatnya yang ramah membuat rekan-rekannya banyak meminta bantuan serta
pertolongan semasa kuliah. Prestasi puncak mulai tampak ketika ia masuk sebagai
lulusan No. 1 dalam urutan peringkat, namun rahasia kelam yang ia sembunyikan
menyangkut hati nurani serta konflik keluarga, menyeretnya pada situasi rumit
berkepanjangan. Dimulai dari kondisi kakak kandungnya yang mengalami kerusakan
otak dan syaraf akibat kecelakaan sewaktu kecil, membuatnya hidup senantiasa
tergantung pada bantuan orang lain. Apakah dokter bisa berperan sebagai
pengganti Tuhan dalam mencabut nyawa makhluk hidup lain, terutama mereka yang
dinyatakan tidak akan pernah pulih dan
senantiasa hidup dalm kondisi tersiksa dan kesakitan ?
Eric Segal menyajikan
sebuah drama yang cukup kompleks, dengan karakter yang memiliki latar belakang
dan situasi berbeda, bertemu dalam satu wadah, Harvard Medical School, untuk
meraih impian meraih gelar dokter yang prestisius. Ada yang berjalan dengan
cukup lancar, ada pula yang langsung ambruk pada semester awal hingga melakukan
percobaan bunuh diri. Ada yang selamat, ada yang menderita gangguan jiwa, ada
pula yang tewas dalam usia muda, sebelum sempat meraih gelar. Proses pembelajaran
hingga masa-masa panjang yang sangat mengerikan dan melelahkan sebagai intern,
menguras waktu, tenaga dan pikiran, hingga muncul sebuah pertanyaan, apakah
layak penderita sakit dirawat oleh ‘intern’ yang tidak mampu menjaga kesadaran
pikirannya karena kelelahan ? Selain itu, kasus euthanasia atau dikenal sebagai Mercy-Killing
merupakan salah satu topik yang menjadikan kisah ini menarik untuk disimak
lebih jauh.
Sejauh mana dokter
bersedia membantu penyakit yang diderita oleh pasien, jika hal tersebut tak
mampu disembuhkan, hanya meringankan penderitaan hingga ajal merenggut nyawa
sang pasien. Hal ini juga masih menjadi sebuah perdebatan di kalangan medis
hingga rohaniwan. Vatican sebagai ‘suara’ kaum Katolik, telah menolak perlakuan
euthanasia sebagai salah satu usaha
karena belas kasih, dan dianggap berdosa karena dengan sengaja ‘mengambil’
nyawa seseorang. Demikian juga dengan ‘aborsi’ pada janin, meski saat ini
banyak dilakukan untuk keselamatan sang ibu akibat adanya penyakit atau cacat
yang akan diderita oleh calon bayi. Dan melalui kisah ini pula, penulis
menyoroti dari sisi lain, yaitu si penderita beserta anggota keluarga dan
kerabatnya, yang acapkali tidak memiliki ‘hak-suara’ atas keputusan final
tersebut. Dengan menyajikan dialog serta persidangan yang menimbulkan pro dan
kontra, Doctors memiliki kelebihan tersendiri, terlepas dari gaya penulisan
yang termasuk ‘datar’.
[
more about the author & related works, just check at here : Erich Segal | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb ]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
67th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
aku sukaaa buku ini, lebih dari love story :)
ReplyDeletetopik yang diangkat dibuku ini banyak ya mbak, tapi aku paling gemes ama hubungan barney dan laura. hehehehe....
Iyaaa...aku sdh baca 3 buku Erich Segal yg tipis2, semua 'datar' banget, tidak ada greget atau emosi yg muncul, makanya baca Doctors ini sambil test-case, apa memang si penulis gayanya seperti itu atau tidak, ternyata lmyn menarik kisahnya kali ini :D
DeleteAhh. Erich Segal ya. Saya belum pernah baca bukunya. Mengingat novel Doctors ini tebelnya bikin grogi... kayaknya saya akan mulai dari Love Story dulu deh. Hehe.
ReplyDeleteAku lbh suka Doctors kang opan, Love Story itu ceritanya datarrrrr banget, sama sekali tdk ada greget atau kesan emosi :(
Delete