Translate

Monday, March 31, 2014

Books "DOCTORS"

Books “DOKTER”
Judul Asli : DOCTORS
by Eric Segal
Copyright © 1985 by Ploys, Inc. For the U.S., its depencies, Canada, and the Philippines.
Copyright © 1988 by Dewsbury International, Inc.
Translation copyright © 1997 by Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Hidayat Saleh
Foto cover © by Annie Engel/Corbis
Cetakan II : April 2010 ; 848 hlm ; ISBN 978-979-22-5449-5
Rate : 4 of 5
“Ada beribu-ribu penyakit di dunia ini, namun Ilmu Kedokteran hanya memiliki pengobatan empiris untuk dua puluh enam di antaranya. Sisanya adalah ... menduga-duga.” [ ~ excerpt from DOCTORS | p. 8 ]
Kehidupan manusia tidak lepas dari kematian, dan salah satu penyebab terbesar adalah penyakit, dimana seiring dengan perkembangan jaman, pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan, berkejaran dengan munculnya jenis penyakit baru. Bagaimana manusia bisa memutuskan bahwa sebuah penemuan akan menjawab pertanyaan yang paling mendasar ... apakah ini adalah pengobatan yang paling tepat untuk jenis penyakit tertentu ?



Ini adalah kisah tentang perjuangan dan perjalanan hidup manusia, yang mendedikasikan waktu dan tenaga untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit serta derita yang dialami oleh sesama manusia. Sebagian dari mereka berhasil, sebagian lagi menemui jalan buntu, bahkan menjadi pasien terbaru akibat ketidak-mampuan menerima realita kehidupan, bahwa kegagalan demi kegagalan dituntut untuk satu keberhasilan, bahwa jiwa dan nyawa makhluk hidup menjadi taruhan permainan yang tiada pernah berhenti ...

Dengan mengambil periode masa awal tahun 60-an, dimana situasi politik Amerika sedang dalam masa transisi dan pergolakan besar. Dari kebijakan yang dicanangkan menyangkut Perang Vietnam yang berkepanjangan, membawa korban sangat besar di kedua belah pihak, terutama kaum muda yang ‘terpaksa’ menjalani wajib militer dan kembali dalam kondisi cacak secara fisik maupun mental, sedangkan bagi yang cukup ‘beruntung’ tewas di medan perang sebelum mencapai usia 20 tahun.

Di saat ini pula muncul kelompok yang menentang kebijakan Perang Vietnam, ditambah dengan konflik yang berkaitan dengan masalah ras, antara kulit putih dan kulit berwarna, yang memunculkan tokoh-tokoh penggerak kebebasan mulai dari Martin Luther King hingga Malcom X, Abraham Lincoln hingga John F. Kennedy, menyeret sejarah panjang pemusnahan ras Yahudi oleh Hitler. Politik kebebasan berpikir, bertindak dan kesamaan hak manusia yang didengungkan sebagai slogan bangsa Amerika, membuat banyak imigran dari negara-negara berkembang yang mengalami konflik perang tiada henti.

Dan disinilah, realita bahwa di Amerika pun, situasi tidak seperti yang mereka bayangkan. Diskriminasi dan topik rasial tetap muncul, membuat kaum minoritas menjadi korban sistem yang seharusnya membantu mereka dalam menjalani kehidupan baru. Dari sekian banyak profesi yang mengambil peran penting bagi pertumbuhan masyarakat yang meningkat ini, salah satunya adalah dokter. Sebagai profesi yang ‘seharusnya’ mampu memberikan pertolongan bagi sesama manusia akibat penderitaan dan penyakit yang diderita, membuat sosok seorang dokter layaknya Tuhan yang bisa menentukan apakah nyawa seseorang bisa diselamatkan atau dibantu pemulihannya.

Barney Livingston menjalani masa remaja sebagai pemain basket yang handal dan mengincar beasiswa ke perguruan tinggi ternama dengan kemampuannya. Namun tragedi merenggut impian dan cita-citanya, kala sang ayah meninggal akibat penyakit yang dideritanya, dan juga karena seorang dokter yang tinggal di dekat kediaman keluarganya, menolak untuk datang melakukan pertolongan pertama karena khawatir adanya tuntutan hukum jika korban meninggal dunia. Barney memasuki fakultas kedokteran dengan tekad tidak akan ada keluarga lain yang berduka karena sang dokter menolak melakukan pertolongan.

Laura Castellano menjadi tetangga baru Barney kala berusia lima tahun, dan keduanya segera terlihat melakukan kegiatan apa pun bersama-sama. Ayahnya, Dr. Luis Castellano membawa keluarga pindah ke Amerika, meninggalkan Spanyol yang dilanda peperangan demi masa depan yang lebih cerah. Meski beliau tak segera memiliki kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, karena standar yang diakui oleh Amerika Serikat tidak termasuk dokter lulusan Spanyol, Dr. Luis merupakan dokter keluarga Livingston semenjak ia menolong Warren – adik Barney yang diserang demam parah. Impian Laura untuk meneruskan cita-cita ayahnya, menjadi lebih kuat kala tragedi merenggut nyawa adik kecilnya, yang juga menyebabkan perpecahan dalam keluarganya.

Bennet Landsmann – pemain basket dengan kemampuan luar biasa, selain pemuda yang luar biasa cerdas dengan impian menjadi dokter kulit hitam pertama lulusan Harvard Medical School yang meraih posisi puncak. Dibesarkan oleh oarng tua angkat, pasangan Yahudi yang sengaja pindah ke Amerika, setelah berhasil selamat sebagai salah satu korban keji kamp pembantaian Nazi, dan membalas hutang budi kepada ayah Bennet yang meninggal dunia karena penyakit, saat menunaikan misi penyelamatan korban-korban Nazi. Ia dipuji karena keahliannya, namun tidak semua pihak bersedia meneriam kehadiran dokter kulit hitam di tengah-tengah komunitas. Terjebak dalam wilayah yang tidak jelas, tidak diterima sepenuhnya oleh kaum kulit putih maupun kulit hitam, ia harus menjalani kesendirian menapak jenjang karir dan masa depan yang panjang.

Seth Lazarus – mahasiswa termuda pada angkatan 1962, namun bisa dikatakan mendekati jenius serta sifatnya yang ramah membuat rekan-rekannya banyak meminta bantuan serta pertolongan semasa kuliah. Prestasi puncak mulai tampak ketika ia masuk sebagai lulusan No. 1 dalam urutan peringkat, namun rahasia kelam yang ia sembunyikan menyangkut hati nurani serta konflik keluarga, menyeretnya pada situasi rumit berkepanjangan. Dimulai dari kondisi kakak kandungnya yang mengalami kerusakan otak dan syaraf akibat kecelakaan sewaktu kecil, membuatnya hidup senantiasa tergantung pada bantuan orang lain. Apakah dokter bisa berperan sebagai pengganti Tuhan dalam mencabut nyawa makhluk hidup lain, terutama mereka yang dinyatakan tidak akan  pernah pulih dan senantiasa hidup dalm kondisi tersiksa dan kesakitan ?

Eric Segal menyajikan sebuah drama yang cukup kompleks, dengan karakter yang memiliki latar belakang dan situasi berbeda, bertemu dalam satu wadah, Harvard Medical School, untuk meraih impian meraih gelar dokter yang prestisius. Ada yang berjalan dengan cukup lancar, ada pula yang langsung ambruk pada semester awal hingga melakukan percobaan bunuh diri. Ada yang selamat, ada yang menderita gangguan jiwa, ada pula yang tewas dalam usia muda, sebelum sempat meraih gelar. Proses pembelajaran hingga masa-masa panjang yang sangat mengerikan dan melelahkan sebagai intern, menguras waktu, tenaga dan pikiran, hingga muncul sebuah pertanyaan, apakah layak penderita sakit dirawat oleh ‘intern’ yang tidak mampu menjaga kesadaran pikirannya karena kelelahan ? Selain itu, kasus euthanasia atau dikenal sebagai Mercy-Killing merupakan salah satu topik yang menjadikan kisah ini menarik untuk disimak lebih jauh.

Sejauh mana dokter bersedia membantu penyakit yang diderita oleh pasien, jika hal tersebut tak mampu disembuhkan, hanya meringankan penderitaan hingga ajal merenggut nyawa sang pasien. Hal ini juga masih menjadi sebuah perdebatan di kalangan medis hingga rohaniwan. Vatican sebagai ‘suara’ kaum Katolik, telah menolak perlakuan euthanasia sebagai salah satu usaha karena belas kasih, dan dianggap berdosa karena dengan sengaja ‘mengambil’ nyawa seseorang. Demikian juga dengan ‘aborsi’ pada janin, meski saat ini banyak dilakukan untuk keselamatan sang ibu akibat adanya penyakit atau cacat yang akan diderita oleh calon bayi. Dan melalui kisah ini pula, penulis menyoroti dari sisi lain, yaitu si penderita beserta anggota keluarga dan kerabatnya, yang acapkali tidak memiliki ‘hak-suara’ atas keputusan final tersebut. Dengan menyajikan dialog serta persidangan yang menimbulkan pro dan kontra, Doctors memiliki kelebihan tersendiri, terlepas dari gaya penulisan yang termasuk ‘datar’.

[ more about the author & related works, just check at here : Erich Segal | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb ]

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
67th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

4 comments :

  1. aku sukaaa buku ini, lebih dari love story :)
    topik yang diangkat dibuku ini banyak ya mbak, tapi aku paling gemes ama hubungan barney dan laura. hehehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa...aku sdh baca 3 buku Erich Segal yg tipis2, semua 'datar' banget, tidak ada greget atau emosi yg muncul, makanya baca Doctors ini sambil test-case, apa memang si penulis gayanya seperti itu atau tidak, ternyata lmyn menarik kisahnya kali ini :D

      Delete
  2. Ahh. Erich Segal ya. Saya belum pernah baca bukunya. Mengingat novel Doctors ini tebelnya bikin grogi... kayaknya saya akan mulai dari Love Story dulu deh. Hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku lbh suka Doctors kang opan, Love Story itu ceritanya datarrrrr banget, sama sekali tdk ada greget atau kesan emosi :(

      Delete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...