Translate

Thursday, July 3, 2014

HobbyBuku's Features : "BEHIND THE SCENES [ 1 ]"

HOBBYBUKU’S FEATURES Present 
“BEHIND THE SCENES”

Hi everyone. Setelah sekian lama bergulat dengan ide dan mencari waktu senggang di tengah jadwal pekerjaan yang membuatku sulit untuk senantiasa online, akhirnya edisi perdana dari salah satu Features yang cukup lama dalam persiapan, siap tayang pada hari ini. BEHIND THE SECENES adalah rangkaian program untuk mengenal lebih dekat para pelaku di ‘balik-layar’ untuk terbentuknya sebuah buku. 

Sejak dulu diriku senantiasa bertanya-tanya, siapa sajakah yang berperan dalam mewujudkan impian pembaca, terutama saat diriku sangat menyukai keseluruhan paket : dari tulisan sang pengarang, penerjemah, editor dan proofreader yang membuat ‘peralihan’ bahasa memungkinkan diriku menikmati sajian kisah yang notabene berbahasa asing, termasuk para layouter, desain dan ilustrator yang menambah daya tarik sebuah buku. Edisi perdana ini kuharapkan bisa tampil berkelanjutan bahkan rutin muncul di sela-sela kesibukanku, namun sebelumnya, silahkan menikmati edisi awal postingan ini yang menampilkan sosok yang cukup dikenal di kalangan pembaca dan pecinta buku (^_^)



~ BEHIND THE SCENES #1 : with DINA BEGUM ~

Selamat malam mbak Dina, mau mengganggu waktunya barang sejenak (^_^) ... Saya mengenal mbak Dina sebagai penerjemah, apakah semenjak awal mula ini merupakan profesi yang digeluti ? Bisa dibagikan kronologis singkat perjalanan karir mbak Dina ?
Hi juga. Walaupun baru terpikir kemudian, kurasa aku selalu kagum sama profesi penerjemah sejak kecil, gara-gara baca serial Lima Sekawan. Kagum aku karena berkat penerjemah aku jadi bisa baca cerita tentang remaja-remaja Inggris itu. Sejak kuliah aku sudah menerjemahkan untuk tugas, bahkan untuk teman-teman dengan upah yang cukup buat jajan. Sebelum menjadi penerjemah, aku bekerja di British Council. Tadinya di perpustakaan kemudian pindah ke departemen lain. Saat ditawari pensiun dini, yang terpikir adalah menjadi penerjemah novel.
Berarti kegemaran membaca sudah terpupuk sejak usia dini ya. Pengaruh siapa dalam keluarga yang membuat kegemaran membaca ini menjadi hobi yang serius ? Dan boleh tahu jurusan yang diambil semasa kuliah ?
Aku kuliah di IPB Fakultas Politeknik Jurusan Perpustakaan & Informasi Pertania. Hehe gak nyambung ya sama profesiku sekarang. Tapi itulah istimewanya, latar belakang apa pun bisa berkiprah sebagai penerjemah asalkan mau belajar dan banyak membaca. Di keluarga sih enggak ada yang berpengaruh cukup kuat. Asalnya dari salah satu teman kantor ada yang nyambi jadi penerjemah saat dia cuti panjang. Kupikir asik juga bisa kerja di rumah. Saat itu sekitar tahun 1992.
Berarti proses menjadi penerjemah secara otodidak ya, tanpa basic khusus pendidikan sastra, hebat deh (^_^). Tugas terjemahan yang pertama kali diterima masih ingat mbak ?
Pertama kali dibayar untuk menerjemahkan sewaktu kuliah. Nerjemahin artikel, upahnya RP. 500,- per lembar. Order pertama sebagai penerjemah profesional dari World Bank, menerjemahkan artikel tentang resolusi konflik di Aceh pada tahun 2008. Aku mendapat klien dari Friendster. Kalau pertama kali menerima orderan terjemahan novel seperti cita-citaku yaitu di tahun 2009 dari penerbit Mizan untuk seri Sherlock Holmes dan Laskar Jalanan.
Wah, aku punya koleksi buku itu mbak, masih ditimbun hehe, nunggu kelanjutannya sampai lengkap supaya enak bacanya, lha kok tidak muncul-muncul (-__-)
Eh itu bukan novel Sir Arthur Conan Doyle lho ya. Semacam Fanfic gitu, penulisnya Tracy Mack dan suaminya ...
Iya, Sherlock Holmes dan Laskar Jalanan karya Tracy Mack & Michael Citrin terbitan Qanita kan ? Yang sudah terbit edisi terjemahannya no. 1-4 kalau tidak salah. Aku koleksi semua yang berbau ‘Sherlock Holmes’, baik novel, graphic novel sampai manga, termasuk si Benedict juga hahaha #duh ... kembali ke laptop : Sebenarnya genre bacaan favoritnya apa nih mbak, atau ada buku dan penulis yang sangat disukai ?
Aku suka cerita detektif dan petualangan, apalagi kalau melibatkan pencarian harta karun. Rasanya ikut kaya kalau tokohnya nemu harta karun. Favoritku karya-karya Enid Blyton, JK Rowling, Clive Cussler,  sampai Jeffrey Archer. Sewaktu kecil aku suka Imung karya Arswendo Atmowiloto. Aku juga baca komik wayang RA Kosasih. Duh... masih banyak lagi deh (^_^)
Wackkks ... samaan mbak, aku juga sejak kecil suka cerita misteri dan petualangan, baru mulai suka cerita fantasi sejak berkenalan dengan Harry Potter – tapi akhir-akhir ini mbak Dina kelihatan lebih eksis di dunia fantasy literature ya ?
Iya belakangan ini aku menyukai fantasi juga karena ternyata menyenangkan juga bertualang ke dunia khayalan. Aku paling senang baca cerita yang ada penyihirnya. Sampai punya tongkat sihir Harry Potter segala.
[ source ]
Omong-omong soal fantasi, bisa dapatin telinga Vulkan dari mana mbak *kepo* atau jangan-jangan masih ada keturunan dari Mr. Spock ?
Hahaha iya, masih cucunya Eyang Spock (^_^). Dapatnya ngak sengaja. Itu hadiah dari acara peluncuran website Startrek sewaktu lagi di Manchester. Tapi aku memang suka larut dalam cerita gitu. Membayangkan diriku jadi tokoh yang ada di cerita, dan ini memudahkan proses menerjemahkan.
Nah, jika karakternya alien atau sejenis nephilim begitu bagaimana mendalaminya ?
Sebenarnya aku ini “ELF”
Ohhhh...I see, that’s explain everything hahaha. So, sebagai “ELF” yang sedang menjalani masa kehidupan sebagai mortal di dunia ini, bisa berbagi pengalaman menerjemahkan paling berkesan dari tugas yang paling sulit hingga yang paling menyenangkan ?
Paling asik ya waktu menerima order nerjemahin novel yang sesuai selera dan menerima bayaran tentu saja hahaha. Pernah juga aku teledor, menerima terlalu banyak order tanpa menyisakan waktu untuk kejadian tak terduga. Akibatnya ada terjemahan dokumen yang hasilnya buruk karena dikerjakan secara terburu-buru. Buntutnya aku kehilangan kepercayaan orang yang sudah satu tahun menjadi klienku. Yah, itu kujadikan pelajaran yang sangat berharga. Oh iya, aku selalu gembira setiap kali buku terjemahanku terbit. Paling sulit nerjemahin novel klasik seperti The Picture of Dorian Gray atau Les Miserables. Setiap menerima orderan aku enggak lantas langsung menerima. Kucari tahu dulu genrenya apa, eritanya tentang apa dengan cara berburu sinopsis dan review. Biasanya aku lihat di Goodreads sebagai acuan. Terkadang order buku juga.
Dalam proses penerjemahan, apakah selalu ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi atas pemintaan klien ? Bagaimana jika permintaan tersebut ‘bertentangan’ dengan prinsip mbak Dina secara profesional ?
Tentu saja kita harus memenuhi keinginan klien, misalnya masalah tenggat (terutama tenggat), gaya bahasa, istilah-istilah yang mereka gunakan. Kalau mereka lebih suka menggunakan istilah asli kita ga usah ngoto, kecuali kalau benar-benar salah. Misalnya kalau klien ingin memakai istilah “email” alih-alih “surel” (surat elektronik) aku manut aja. Toh dua-duanya benar. Sebagai penerjemah kita perlu proaktif tanya agar tahu “selera” klien. Tapi jangan terlalu banyak tanya juga entar kliennya nganggap kita ngak tahu apa-apa. Yang bertentangan dengan prinsipku di antaranya, aku enggak akan menerima order menerjemahkan situs tentang perjudian, misalnya. Atau garap subtitle bajakan, atau menerjemahkan dokumen orang lain untuk kemudian dicap dengan stempel milik penerjemah bersumpah misalnya. Kalau menerima penawaran seperti itu aku tolak.
Bagaimana dengan permintaan penerbit yang ingin membuat versi bahasa yang dianggap lebih gaul dan cocok untuk kalangan remaja Indonesia, meski terkadang tidak sesuai dengan konteks cerita atau makna versi aslinya ?
Untuk buku, biasanya kalau aku membidik salah satu penerbit, aku membaca beberapa buku terbitannya untuk mengetahui gaya selingkungnya. Biasanya penerjemah enggak dilibatkan lagi setelah mengirimkan hasil terjemahannya. Tahu-tahu udah terbit aja. Hanya satu atau dua penerbit yang memberikan hasil suntingan kepadaku sebelum dicetak. Aku merasa sangat dihargai. Jarang sih ada terjemahanku yang dikoreksi sedemikian rupa sehingga artinya melenceng. Yang ada malah jadi lebih bagus. Bagiku enggak apa-apa terjemahanku disunting, membuat buku yang sesuai dengan gaya tertentu itu hak penerbit. Aku sadar sebagai penerjemah lepas aku menggarap lebih dari satu klien. Selalu ada kemungkinan aku tidak benar-benar mengikuti gaya masing-masing.
Lebih suka mengerjakan proyek menerjemahkan cerita non serial atau justru sebaliknya ?
Sama aja sih, selama ceritanya menarik. Tapi untuk kisah serial aku lebih suka kalau menerjemahkan semua bukunya hahahaha.  
Bagaimana jika mendapat proyek serial tetapi yg hrs dikerjakan justru mulai dari urutan tengah ? Bagaimana cara 'memperdalam karakter' atau memahami alur kisahnya ... apakah mencari tahu dan membaca buku2 sebelumnya ? ( bisa diberikan contoh misalnya serial Black Dagger Brotherhood atau Hush, Hush ... )
Memang, kalau kebagian yang tengah atau akhir banyak PR-nya. Biasanya sebelum menerjemahkan aku membaca dari awal agar paham jalan ceritanya dan aku bisa menyelami karakter-karakternya, walaupun kadang hanya sempat membaca cepat. Selain itu aku juga berburu review, siapa tahu ada petunjuk yang membantu.

Sejauh ini, adakah proyek yang paling disukai dan enjoyable dalam melakukannya ? ( Jika ada, bisa berikan sedikit alasannya )
Banyak. Yang jelas aku suka cerita fantasi yang dan ringan menyegarkan. Aku juga suka kisah yang seksi, macho, ada misterinya, lucu, ada misterinya, apalagi kalau melibatkan pencarian harta karun, kalau ketemu rasanya ikut kaya. ;)

Dan adakah proyek yang paling menantang dan membutuhkan perhatian  yg cukup lama untuk menyelesaikannya ? ( Jika ada, mohon sertakan juga sedikit alasan dibalik proses pengerjaannya ) 
Kisah-kisah klasik sangat menantang. Selain gaya penulisannya yang sering kali beranak, bercucu dan bercicit jadi kadang sulit mencari S-P-O-K-nya. Jangankan menerjemahkan, memahaminya saja sulit. Paling lama aku menggarap Black Dagger Brotherhood. Selain tebal (jadinya 744 hal) isinya penuh idiom dan makian kasar. 

~ Mbak Dina 'in-action'  - duh lenturnya ~ [ source ]
Salah satu kegiatan yang tampaknya selalu muncul dalam agenda mbak Dina adalah : Yoga ... apakah ini salah satu kunci untuk tampak selalu awet muda dan segar seperti mbak Dina (^_^) 
Ahaha. Karena banyak duduk dan jarang bergerak, aku merasa perlu olahraga dan aku suka yoga. Soal awet muda aku pakai krim wajah ajaib: Photoshop (^0^)

Apakah ada perbedaan nyata antara aktifitas Yoga dgn Fitness atau Aerobik misalnya, atau yang sedang menjadi tren kalangan tertentu :Pilates (^0^) 
Sebelumnya aku gemar erobik tapi Semakin bertambah usia, aku jadi cepat lelah saat melakukan gerakan erobik yang mengentak. Aku jadi lebih menyukai yoga yang tampak lembut tapi butuh konsentrasi dan kekuatan. Baik untuk pengendalian diri juga. Aku pernah coba juga pilates tapi karena di sanggar tempatku berlatih enggak ada kelas pilates aku enggak melakoninya. Semakin jauh tempat olahraga semakin banyak halangannya.

Mbak Dina dikenal aktif dalam HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia), boleh sedikit sharing sejarah, keberadaan serta tujuan HPI dan para anggota HPI di blantika perbukuan ?
Umm... untuk sejarah, kegiatan dan kepengurusan bisa disimak di sini http://www.hpi.or.id/sejarah

Semenjak HPI didirikan hingga kini, apakah ada misi2 tertentu yang berhasil dicapai dan adakah target khusus sepanjang tahun 2014 ini.
Sejak bergabung dengan HPI, ada dua kemajuan yang paling menonjol. Pertama, sekarang semakin banyak kegiatan rutin, baik pertemuan gelar wicara maupun berbagai pelatihan penerjemahan. Selengkapnya:http://www.hpi.or.id/kegiatanKedua, sudah ada direktori online penerjemah dan juru bahasa yang bisa diakses dari mana saja, asal ada listrik dan internet. http://sihapei.hpi.or.id

Adakan saran dan masukan serta anjuran bagi para pemula ataupun mereka yang berminat menjalani profesi ini?
1) Gemar membaca. (2) Menguasai bahasa asing dengan baik. (3) Menguasai bahasa Indonesia dengan baik. (4) Bisa menulis dengan baik (5) Membangun jaringan dengan santun.

Adakah sosok yang menjadi panutan dalam menjalani profesi ini?
Penerjemah novel-novel Enid Blyton, Pak Agus Setiadi (alm) dan Pak Djoko Lelono. Penerjemah Asterix, Ibu Rahartati Bambang, penerjemah Harry Potter, Ibu Listiana Srisanti (alm.) dan masih banyak lagi. 

Jika diberikan kesempatan seluas-luasnya, apakah Impian Terbesar yang mbak Dina inginkan dalam dunia perbukuan ?
Menjadi penerjemah "scroll down" (meminjam istilah Rini Nurul Badariah) maksudnya penerjemah yang memudahkan pekerjaan penyunting - tinggal gulir bawah aja - karena minim kesalahan makna dan minim (atau tanpa) typo.

~ ABOUT DINA BEGUM ~

"Ibu dua anak. Penerjemah, anggota Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI). Bagi Dina, menerjemahkan adalah impian, kebanggaan dan hobi, sementara membaca sudah menjadi bagian dari kehidupannya."

Nama : Dina Begum
Domisili  : Bekasi
Kontak : 
e-mail | Twitter | Facebook | Website
Status : Menikah, bersuami satu, beranak dua.
Tanggal Lahir : Juli 1970
Bintang : Leo
Hobi : Baca novel, yoga, merajut, menginjak daun-daun kering, mengendus buku, melihat statistik blog naik.
Yang tidak disukai : Memasak, mandi saat cuaca dingin, buncis, serangga tertentu, orang malas.
Favorit Things : sushi, terong balado, kentang (goreng & rebus), merah, hitam, dusty pink, kopi, teh, 
~ Quote ~
 "Setiap pucuk merangkak dari tanah, setiap puncak didaki dari pokok, setiap keberhasilan dimulai dari pembelajaran." - Sugeng Hariyanto
Mau tahu daftar karya-karya Dina Begum yang sudah terbit silahkan berkunjung disini : Dina Begum's Works

Terima kasih banyak mbak Dina atas waktu yang diberikan serta kesediaan diganggu dengan aneka pertanyaan usil dariku ... dan sebelum menutup bersama mbak Dina Begum, bagi yang penasaran dengan karya-karya terjemahan mbak Dina silahkan berkunjung di tautan review-review buku yang sempat kubaca hingga saat ini ...

WHEN ANGELS  FALL & DEMONS RISE ...

THEN EVIL, DESIRE & LUST MEET ...

AND IT’S TIME TO FIGHT ...

Best Regards,
Hobby Buku



7 comments :

  1. Ehem... wuih... aku kok jadi "kelihatan" keren yak. Hahaha. Makasih, dear. <3

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sebelumnya, Mbak Dina dan Mbak Maria. BTW, "penerjemah scroll-down" itu kutahu dari Mbak Poppy:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oo sip sip. Aku pertama bacanya di blogmu :)

      Delete
    2. Ahhh ... my next project will be ( ??? )
      Sepertinya aku pernah baca di blog mbak Rini, waktu wawancara mbak Poppy kan ?

      Delete
  3. Hiihihihi akhirnya tahu deh tanggal kelahiran Mbak Dina #eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Samaan sama Dion, cmn tanggal pastinya tdk diketahui :D

      Delete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...