Translate

Sunday, April 24, 2016

[ 2016 | Review #56 ] : "THE TAKER"

Books “SANG PENGAMBIL”
Judul Asli : THE TAKER
[ book 1 of THE TAKER Trilogy ]
Copyright © Alma Katsu 2011
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Desain & ilustrasi sampul : Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Maret 2016 ; 672 hlm ; ISBN 978-602-03-2662-7
Harga Normal : Rp. 139.000,-
Rate : 2 of 5 ( err ... actually is less than 1 of 5)

~ WARNING : THIS BOOK CONTAINS VIOLENCE, SEX & RAPE SCENE ~

St. Andrews adalah sebuah kota kecil yang terletak di bagian utara Maine, dekat perbatasan Kanada yang senantiasa dingin dan suram. Di sinilah Dr. Luke Findley terperangkap dalam siklus kesehariaan yang membosankan dan rutinitas yang kurang lebih sama. Ia telah lama kehilangan gairah hidup, dari perceraian dengan istri tercinta yang membawa kedua putrinya, dan wafatnya kedua orangtuanya, setelah sekian lama waktu ia habiskan untuk mendampingi dan merawat mereka akibat penyakit. Ia tak pernah menyukai kota kecil tempat kelahirannya, namun justru di sinilah ia menghabiskan waktunya, alih-alih menjual rumah peninggalan orang tuanya dan kembali ke kota besar. Hal ini akan terus berlanjut seandainya tidak muncul ‘masalah’ yang merupakan awal perjalanan panjang perubahan besar dalam hidupnya.


Joe Duchesne, sheriff setempat menahan seorang wanita asing yang mencurigakan. Ia ditemukan dalam kondisi berlumuran darah, walau menurut pengakuannya, itu adalah darah pria yang telah dibunuhnya. Wanita itu dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut sekaligus diawasi mengingat tubuh korbannya belum ditemukan. Dr. Luke Findley yang kebetulan dinas jaga, cukup terkejut mendapati tersangka ternyata merupakan wanita dengan tubuh mungil serta penampilan bagai remaja belia. Sungguh sulit dipercaya bahwa ia mampu melakukan pembunuhan terhadap seorang pria – jika memang hal itu terjadi sesuai kisahnya. Sheriff mengaku kesulitan untuk mengorek informasi lebih lanjut dari wanita itu, karena itu pencarian mayat korban harus segera dilakukan, apalagi dari keterangan samar-samar yang diperoleh, korban bisa jadi tergeletak di tengah hutan dengan hewan-hewan liar yang bisa memangsanya.

Keanehan semakin berlanjut saat wanita itu mendadak berbicara dan meminta pertolongan pada Luke agar ia diperbolehkan ‘melarikan diri’ dari tahanan sementara. Ia menyebutkan bahwa pembunuhan itu dilakukan justru atas permintaan korban, dan karena ia sangat mencintai korban. Demi meyakinkan Luke, ia memberikan sebuah kisah yang aneh, absurb dan sulit dipercaya, tentang dari mana ia berasal dan sejauh mana perjalanan panjang telah ditempuh. Ia mengaku bernama Lanore ‘Lanny’ McIlvrae, berasal dari St. Andrews berabad-abad lampau, demikian juga kekasih hatinya, korban pembunuhan bernama Jonathan St. Andrews – keturunan pendiri kota di abad pertengahan. Dan ia harus melarikan diri karena musuhnya akan segera muncul untuk melakukan pembalasan mengerikan akibat pengkhianatan yang ia lakukan berabad-abad lampau. Sebuah kisah yang sulit diterima apalagi dipercayai, hingga Lanore menunjukkan bukti-bukti ...

Salah satu bukti bahwa Lanore bukan ‘manusia biasa’ ditunjukkan dengan melukai dirinya sendiri, kemudian menunjukkan bagaimana kulitnya yang terluka, berdarah-darah mulai menutup dengan sendirinya dan pulih dalam waktu singkat. Jika bukan ‘manusia’ lalu termasuk jenis apakah Lanore, yang juga mengakui dirinya tak pernah merasa kelaparan, kesakitan dan wujud fisiknya serupa dengan gadis belia karena pada usia itulah ia terakhir menjalani kehidupan sebagai ‘manusia’ normal, sebelum ‘diubah’ tanpa persetujuannya. Luke akhirnya percaya dan bersedia membantu Lanore melarikan diri. Ia bahkan menyediakan diri mengantar Lanore sampai ke tujuan yang lebih aman, jauh dari kejaran pihak berwajib dan sebisa mungkin menyembunyikan diri dari musuh yang ditakuti oleh Lanore. Dalam pelarian itu, ia mendapatkan informasi lebih lanjut, siapa sebenarnya Lanore dan petualangannya selama berabad-abad ...

Apa yang bisa kukatakan tentang kisah ini ? Pertama, kisah ini dimulai dengan alur yang sangat lambat dan berputar-putar. Situasi kehadiran wanita asing nan misterius di kota kecil dan diduga merupakan pembunuh berdarah dingin, seharusnya mampu mengusik rasa penasaran pembaca, dan memang hal itu yang kurasanya, hingga dalam proses beralih ke rasa jemu karena penulis menyajikan ‘penjelasan’ yang cukup bertele-tele (dan panjang). Memasuki kisah masa lalu sosok Lanore sebagai gadis belia, manusia normal sebelum ia ‘dirubah’ menjadi proses baru yang membuatnya nyaris menutup buku ini tanpa meneruskan lebih jauh. Bisa kukatakan karakter Lanore sama sekali bukan gambaran yang kusukai sebagai tokoh utama. Ia bahkan lebih parah dari karakter Bella Swan dari serial Twilight Saga. Mengapa kubandingkan dengan karakter Bella – karena penulis memilih latar belakang kurang lebih serupa dengan kisah Twilight.

Lanore putri sulung keluarga golongan menengah, yang berarti ia tidak termasuk miskin namun jauh dari lingkup pergaulan kaum kaya raya dan terhormat. Celakanya ia setengah mati jatuh cinta pada Jonathan St. Andrews – putra tunggal keluarga St. Andrews, pendiri kota dimana mereka tinggal. Jonathan memiliki penampilan bagai dewa, yang menjadi pujaan dan impian setiap kaum wanita, dari remaja hingga kaum wanita yang telah menikah. Di sisi lain, popularitas Jonathan di kalangan kaum wanita justru sangat dibenci oleh kaum pria, apalagi karena Jonathan terkenal menerima wanita dari kalangan mana pun yang bersedia ‘berhubungan’ dengannya. Skandal dan perselingkuhan merupakan kegiatan sehari-hari yang ia jalani, namun sejauh ini tiada bukti nyata yang bisa dijadikan bahan untuk melawan Jonathan serta pengaruh kekuasaan keluarganya.

Nah, bisa dibayangkan bagaimana sosok Lanore tergila-gila dan menutup mata pada perilaku Jonathan yang gemar bermain-api dengan siapa pun, bukanlah kisah yang ‘menarik’ minat atau simpatiku. Bahkan saat Lanore akhirnya hamil, tindakan berikutnya yang ia ambil benar-benar menunjukkan kecerobohan dan bisa kukatakan kebodohan yang akhirnya menjerumuskan dirinya pada ‘perubahan’ total masa depannya. Lanore terjebak dalam perangkap sekelompok manusia yang ternyata ‘makhluk’ yang telah berubah, dan menjadi salah satu dari mereka, budak permainan seks yang brutal, absurb dan menjijikan. Dari status sebagai korban, ia diajarkan untuk beralih menjadi pemburu, dan diharapkan segera terjun ke lapangan untuk menemukan ‘korban-korban baru’ bagi tuan-Nya, sang master yang telah ‘menciptakan’ kawanan itu dengan ‘merubah’ manusia-manusia terpilih.

Nyaris separuh lebih inti kisah ini jauh dari ‘menarik’ bagi selera dan akal sehatku. Lanore yang berkelakuan bagai domba dicocok hidungnya namun dengan sukarela, entah mengapa mengingatkan akan karakter Anna yang terjerat pada sosok Christian Grey. Again, not my favorite type of female character, karena sangat menjijikan dan merendahkan bagaimana wanita mampu melakukan apa saja demi menyenangkan pria pujaannya. Mengapa penulis wanita mampu menuliskan hal-hal seperti ini sungguh ... (0_0) ... 6(-___-)9 ... Bahkan masuknya sosok Luke dengan versi kehidupan yang lebih modern, sama sekali tidak menambah dayat tarik dan minatku, justru perilakunya yang ‘lumayan bodoh’ membuatku bertanya-tanya, apakah memang disengaja keseluruhan karakter utama kisah ini tidak memiliki nalar dan akal sehat layaknya ‘manusia normal’ ???

Jika ada sesuatu yang cukup ‘berbeda’ sepanjang kisah setebal 600 halaman lebih ini, ada sedikit daya tarik saat mengungkap masa lalu Adair – Count cel Rau, pria misterius dari Hungaria yang disebut sebagai sang Master, saat ia merupakan bocah dari keluarga Gipsi miskin, sebelum dijual kepada Ivor cel Rau seorang tabib asal Romania saat berusia 14 tahun. Secara khusus pembahasan tentang masa lalu Adair, benar-benar merupakan sajian kisah dark-fantasy yang mencekam dan lumayan horor, mengingatkan akan legenda kuno nan kelam dari Eropa Kuno, tentang ‘makhluk-makhluk abadi’ yang memiliki kekuatan melebihi Iblis, menyusup ke dalam wujud manusia yang sama sekali tidak pernah dicurigai oleh siapa pun, atau terlalu menakutkan untuk dilawan secara langsung. Khusus kisah ini saja layak mendapatkan extra 1 bintang menurut penilaianku.

Seandainya saja kisah ini khusus membahas tentang sosok Adair, sebelum dan sesudah masa ‘perubahan’ bisa jadi kisah ini merupakan sajian kisah horor tentang legenda Dracula ala Bram Stoker berpadu dengan Anne Rice. Sayangnya penulis tampaknya lebih suka menonjolkan unsur paranormal romance sebagai tema utama kisah ini, membuat separuh lebih keseluruhan kisah sebagai bahan bacaan yang sangat-sangat menjemukan, memuakkan dan duh apa lagi yang bisa kusebut untuk menunjukkan sejauh mana ‘efek samping’ yang terjadi dalam proses (berusaha) menelaah bacaan ini. Hal-hal lain yang harus kuperingatkan, bagi penggemar romance, jika tidak memiliki perut atau jantung yang kuat, jangan coba-coba membaca jika tidak mau mengalami ‘efek samping’ sedangkan bagi penggemar horor, well, bersiap-siap saja untuk perjalanan panjang nan membosankan yang bisa membuat sosok Dracula tertidur selama berabad-abad ...

[ more about this author & related works, just check at here : Alma Katsu | on Goodreads | on Wikipedia ]

Best Regards,

@HobbyBuku

2 comments :

  1. kyaaaaa penasaran, nanti cari sekennya aja deh, harganya mahal, hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan deh mbak, bikin rusuh 'otak' (>,<) ... mbak sulis kan lbh suka model 'sweet romance' gitu, nanti shock lho wkwkwk

      Delete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...