Translate

Friday, September 30, 2016

[ 2016 | Review #106 ] : "A DUKE OF HER OWN"

Books “PASANGAN SEMPURNA”
by Eloisa James
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Nila Suri
Editor : Yudi Iswanto
Desain sampul : www.expertoha.com 
Cetakan I : November 2011 ; 516 hlm ; ISBN 978-602-9267-38-9
Harga Normal : Rp. 55.000,-

Leopold Daughtry atau lebih dikenal sebagai Duke of Villiers telah sangat dikenal oleh kalangan atas, walau hal itu bukan sebagai pujian melainkan akibat rangkaian skandal yang muncul akibat reputasinya mengambil langkah-langkah tak terduga dalam hubungannya dengan manusia lain, baik kaum pria maupun wanita. Namun bagi pembaca serial ini, lebih mengenal karakternya sebagai pria yang ‘nyaris’ bertunangan / menikah dengan wanita yang anehnya kemudian berubah memilih pria lain. Mulai dari Lady Roberta Giles yang akhirnya menikah dengan Earl of Griffin, dan menyebabkan Duke of Villiers terluka cukup parah saat melakukan duel (baca : Desperate Duchesses), kemudian ia berusaha memikat Jemma Reeve (adik Earl of Griffin) yang membuatnya berhadapan dengan Duke of Beaumont, suaminya, sekaligus (mantan) sahabat dekat Villiers.


Hadirnya Charlotte Tatlock saat Villiers dalam kondisi hidup-mati (baca : An Affair Before Christmas), sosok yang digosipkan memiliki ‘hubungan khusus’ dengan Duke of Beaumont, namun justru pembangkit semangat hidup Villiers hingga ia berjuang untuk melahan rasa sakitnya, berakhir dengan pulihnya kondisi Villiers dan Charlotte yang sempat ia lamar, justru menikah dengan kerabatnya, pewaris gelar Duke Villiers selanjutnya (jika sampai ajal merenggut, ia tidak memiliki keturunan resmi). Tidak puas dengan petualangan-petualangan tersebut, Villiers kembali terlibat dalam kerumitan saat ia muncul untuk membantu Harriet – Duchess of Berrow, sahabat karib sekaligus sumber penyesalan dalam menyangkut kematian suaminya, ketika ia dalam penyamaran agar bisa masuk ke pesta eksklusiif Lord Strange (baca : Duchess By Night), dan menyatukan kembali hubungan putus-sambung antara Isobel dan Simeon (baca : When The Duke Returns)

Namun peran terbesar sekaligus awal dari babak baru kehidupan yang akan ditempuh oleh Duke of Villiers, justru berkaitan erat dengan pasangan Beaumont (baca : This Duchess of Mine). Setelah hubungan dan rumah tangga Elijah serta Jemma berganti haluan ke arah yang jauh lebih baik, hal tersebut juga mendorong Leopold mengambil keputusan penting menyangkut masa depan anak-anaknya, atau lebih tepat disebut sebagai ‘anak haram’ mengingat hingga saat ini, Duke of Villiers berstatus bujangan secara hukum. Pria yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk melakukan ‘apa pun’ sesuka hatinya tanpa terlalu memperdulikan aturan main atau tata krama yang berlaku, mendadak tergerak untuk membesarkan anak-anaknya dalam satu naungan. Dan kemudian masalah demi masalah pun muncul, membuka mata sang Duke seberapa jauh ia telah bersikap acuh hingga memakan korban keturunannya ...

Buku ke-6 seri ini merupakan bacaan yang paling menarik dibandingkan ke-5 buku sebelumnya. Bukan saja menyangkut ‘anehnya’ hubungan antara Duke of Villier dan Lady Eleanor Lindel – putri Duke of Montague, dan salah satu kandidat yang hendak dijadikan istri (sekaligus ibu bagi ke-6 anaknya) sang Duke, melainkan juga interaksi yang tak kalah ‘unik’ antara Lady Eleanor dan Lady Lisette Elys, putri Duke of Gilner, kandidat lainnya. Namun yang menjadi daya tarik bagi diriku pribadi adalah upaya pencarian sang Duke untuk menemukan ke-6 anaknya yang ternyata tidak diketahui keberadaannya, tersebar di antero London, berkat ulah pengacaranya Templeton.

Templeton (namanya diambil dari karakter tikus licik dari kisah klasik ‘Charlotte’s Webb) yang ternyata menyimpan sendiri dana perwalian yang selama ini diberikan oleh Duke Villier untuk menjamin kenyamanan, keamanan dan kelangsungan ke-6 anaknya, dan ‘menjual’ anak-anak tersebut ke pihak-pihak yang memiliki kepentingan menakutkan bagi mereka. Leopold Daughtry harus turun tangan, menemukan dan pada akhirnya menyelamatkan putra-putrinya satu demi satu. Mulai yang paling tua, Tobias atau lebih suka dipanggil Juby – panggilan sayang Mrs. Jobber, orang tua angkat yang pengasih sebelum Templeton merenggutnya dan menjual pada pria yang memperbudak anak-anak untuk bekerja memulung dari lumpur sungai, bocah berusia 12 tahun ini sangat keras kepala sekaligus memiliki sikap dan ketangguhan serupa dengan sang Duke (bisa dibayangkan bagaimana mereka berdua saling ‘berhadapan’ ...)

Awal perjalanan pencarian Duke of Villier untuk menemukan ke-6 anak haramnya, dimulai dalam kisah sebelumnya (baca : This Duchess of Mine), dan berlanjut sepanjang buku ini. Menyusul si kembar Phoebe dan Lucinda, gadis cilik pemimpin sekaligus pemberontak melawan wanita yang mengelola panti asuhan, tanpa seorang pun menyadari dirinya telah memperbudak gadis-gadis cilik sebagai pekerja kasar tanpa peri-kemanusiaan. Adegan-adegan yang muncul, menggambarkan sedemikian rupa kondisi pada era dimana status wanita yang melahirkan anak haram, justru mendapat perlakuan buruk dari masyarakat sekitar, dan yang paling menderita adalah mereka yang terlahir sebagai anak haram. Penulis masih ‘memperhalus’ situasi dengan membuat karakter Duke of Villiers mengalami ‘kesadaran hati nurani’ untuk memperbaiki hubungan dan memperlakukan keturunannya secara layak.

Pada kenyataannya, sejarah mencatat sekian banyak anak-anak haram yang sama sekali tidak pernah mendapat perhatian sekecil apa pun dari orang tua kandungnya (mayoritas adalah kaum bangsawan pria), bahkan dalam kisah ini penulis juga memasukan karakter orang tua kandung yang sengaja ‘membuang’ anaknya karena dianggap ‘mengganggu’ – dan ia adalah seorang ‘lady’ dari keturunan baik-baik. Untung saja dalam hal ini, ayah kandung sang bayi bersedia mengasuh dan membesarkan putranya seorang diri, berlawanan dengan anggapan negatif masyarakat yang bukan memuji perbuatannya, tetapi justru mencemooh dan menghina dirinya (petunjuk, baca : Desperate Duchesses). Jika sebelumnya karakter Isobel Del’Fino sempat menjadi sosok favoritku, maka kali ini Lady Eleanor Lindel layak mendapatkan ‘salut’ tanda kehormatan, karena ia memiliki karakter yang luar biasa, didukung kebesaran dan kebaikan serta keteguhan hati.

Simak saja saat ia mendengarkan fakta tentang keberadaan 6 orang anak haram Duke of Villiers, situasi buruk yang terjadi dalam kehidupan mereka, termasuk kesulitan yang dihadapi oleh sang Duke untuk memulai lembaran baru hidupnya, hingga berhadapan langsung dengan bocah-bocah yang memiliki kepekaan tersendiri dan tidak mudah menaruh kepercayaan terhadap siapa pun – terutama pada kaum dewasa. Alih-alih menghindar atau mencemooh, Eleanor justru menaruh perhatian khusus dan bersedia menjadi pendengar maupun sosok yang berperan aktif membantu siapa pun di saat mereka membutuhkan. Tentu saja ia bukanlah ‘malaikat’ karena cukup banyak perilakunya yang dikecam oleh anggota keluarganya sendiri, karena diangap tidak sesuai dengan citra gadis bangsawan terhormat. Di sinilah, kejujuran, kepolosan serta sikap blak-blakan Lady Eleanor mendapat tempat khusus di hatiku.

Singkat cerita, ini adalah satu-satunya kisah yang membuatku ‘terpukau’ dari awal hingga akhir. Bukan saja tema serta latar belakang yang kompleks, tetapi juga interaksi dan aneka variasi karakter yang berperan di dalamnya, digambarkan ‘sangat hidup’ melalui dua garis tipis yang selama berabad-abad menandai besarnya kesenjangan sosial antara kaum berada dan kaum miskin, perbedaan nyata sekaligus tipis antara mereka yang ‘terlahir’ dengan garis darah bangsawan secara resmi dengan mereka yang dilabeli ‘anak haram’ – sungguh mengerikan betapa jauh perbedaaanya. Pemahaman antara hal yang benar dan salah menurut aturan dan keadilan, acapkali justru bertolak-belakang dengan aturan serta norma-norma sosial yang menjadi panutan mayoritas masyarakat, baik kalangan atas maupun kalangan bawah. Melalui sosok Leopold dan Eleanor serta Lisette, penulis memberikan ‘waktu’ bagi pembaca untuk menilai hal tersebut.

Note : kisah ini bisa saja mendapat rating tertinggi, 5 bintang, sayangnya diriku sangat tidak puas dengan keseluruhan sajian. Yang paling mengusik dan mengganggu kenyamananku menikmati bacaan ini adalah rangkaian terjemahan yang terasa ‘janggal’ dan pada beberapa bagian sangat kuyakini diartikan berbeda dengan makna sebenarnya, seakan-akan penerjemah melakukan alih bahasa ‘kata-demi-kata’ bukannya menangkap makna sebenarnya dari keseluruhan kalimat atau paragraf. Selain itu, kesalahan tulis (typo) cukup menyemarakkan suasana, menambah ‘ramai’ mood-ku untuk berusaha mendapatkan ikatan emosi yang mampu menghidupkan keseluruhan kisah. Entah siapa atau dimana keteledoran itu terjadi, jika saja hanya muncul satu atau dua kesalahan, ok – mungkin saja terlewatkan, tetapi berulang kali terjadi .... hmmm, membuatku benar-benar mempertanyakan kinerja para pelaku yang terlibat, mengapa hasil akhirnya sedemikian buruk ??? Karena itu terpaksa kuturunkan ratingnya hanya 4 bintang, jika boleh kusarankan, coba baca edisi asli bahasa Inggris, karena kisahnya benar-benar bagus untuk disimak.

Judul Asli : A DUKE OF HER OWN
[ book of DESPERATE DUCHESSES Series ]
Copyright © 2009 by Eloisa James
Rate : 4 of 5

[ more about the author & related works, just check at here : Eloisa James | on Goodreads | on Wikipedia | at Tumblr | at Facebook | at Twitter ]

Best Regards,
@HobbyBuku



No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...