Books
“BARA ASMARA”
by Johanna Lindsey
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Martha Widjaja
Desain sampul :
Marcel A.W.
Cetakan I : Juli
2011 ; 512 hlm ; ISBN 978-979-22-7373-1
Harga Normal :
Rp. 60.000,-
Melanjutkan
petualangan keluarga besar Haardrad, terutama pasangan Garrick dan Brenna yang
berhasil menempuh bahtera rumah tangga penuh dengan lika-liku sekaligus
onak-berduri, yang bukan saja meninggalkan luka tetapi juga memperkuat jalinan
kasih antara keduanya. Namun dengan temperamen yang meledak-ledak, mudah diduga
bagaimana sifat keturunan mereka, atau setidaknya mereka yang mengenal baik
pasangan tersebut mampu menduga sejauh mana pengaruh orang tua dalam mengasuh
anak-anaknya. Kisah kali ini menyoroti putra sulung mereka, Selig, yang sempat
muncul pada akhir kisah buku pertama (saat ia masih balita, dan nyaris
kehilangan nyawanya dalam dua kali kesempatan).
Namun bukan hanya
Selig Haardrad yang tampil sebagai ‘pembuka’ melainkan Kristen Haardrad – putri
tunggal Garrick dan Brenna yang memiliki perpaduan penampilan dan karakter
kedua orang tuanya. Salah satunya adalah rasa penasaran dan keberanian (baca :
kenekadan) untuk mendapatkan keinginannya. Saat Selig hendak menjalani
petualangan pertamanya, memimpin kapalnya sendiri bersama anak buah terpilih
untuk berdagang, Kristen memohon dan memohon agar diperbolehkan ikut serta.
Sayangnya Garrick yang sangat menyayangi Kristen (cenderung memanjakannya)
tidak mengijinkan putri kesayangannya untuk bepergian kecuali bersama dirinya.
Dan apakah larangan tersebut dipatuhi oleh Kristen ? Tentu saja tidak hahaha.
Kristen diam-diam
menyelundup ke ruang kargo kapal Selig, berniat bersembunyi hingga pelayaran
mereka terlalu jauh untuk kembali memulangkan dirinya. Sayangnya, justru dalm
waktu singkat, ia ketahuan oleh awak kapal. Dan celakanya, atau keberuntungan
di sisi Kristen, Selig dan anak buahnya tidak bisa kembali untuk mengantar
Kristen pulang, karena tujuan mereka ternyata bukan sekedar ‘berdagang’
sebagaimana yang diketahui oleh keluarganya. Para awak kapal yang mayoritas
muda dan tangkas, bertekad menjalani setidaknya ‘satu’ petualangan untuk
menjadi perompak sebagaimana masa lalu keluarga mereka. Kisah-kisah tentang
kejayaan dan kemenangan yang senantiasa didengungkan, menjadi pendorong utama
mereka.
Hal ini tentu
saja melanggar kesepakatan dan ketentuan yang ditetapkan oleh kakek, paman,
ayah dan kepala suku Viking saat itu, yang menetapkan tiada lagi penaklukkan,
pembantaian dan perampasan, terutama semenjak Lady Brenna Carmarham beserta
kerabatnya menjadi bagian dari keluarga Haardrad. Rombongan yang dipimpin oleh
Selig bertujuan ‘menjarah’ salah satu kuil milik bangsa Denmark, yang diketahui
berdasarkan informasi, emiliki sejumlah harta simpanan yang tidak terlalu ketat
penjagaannya. Tapi apa yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan,
sekaligus merubah perjalanan hidup Kristen Haardrad.
Belum sempat
mereka tiba di tujuan, di tengah perjalanan rombongan ini justru disergap dan
diserang tanpa ampun oleh pasukan Saxon di bawah pimpinan Lord Royce of
Wyndhurst – salah satu bangsawan pendukung Raja Albert. Rombongan Viking yang
gagah berani ini berhasil dikalahkan, dan mereka yang selamat langsung menjadi
tawanan perang. Kristen termasuk salah satu yang selamat, ia bahkan berhasil
‘membunuh’ pria yang disaksikan telah merenggut nyawa Selig – kakak yang sangat
ia kasihi. Situasi memburuk karena bukan saja ia tawanan tetapi juga satu-satu
perempuan dalam rombongan Viking. Untungnya, pihak lawan tidak menyadari adanya
‘gadis belia’ yang menjadi tawanan, karena penampilan Kristen terlihat sebagai
remaja laki-laki.
Seluruh anggota
Viking yang tertangkap, melindungi jati diri Kristen sebisa mungkin, khawatir
apa yang akan terjadi jika lawan mengetahui kebenaran tentang dirinya.
Sepandai-pandainya tupai melompat, ternyata tidak mampu menjauhkan Kristen dari
mara bahaya dan pandangan setajam elang milik Royce of Wyndhurst. Apa yang
terjadi saat sosok pemuda lemah yang senantiasa bersembunyi berhasil diketahui
sebenarnya adalah seorang gadis yang cukup ‘menjolok’ ? Kristen Haardrad
memiliki penampilan secara fisik layaknya bangsa Viking dari garis keturunan
Haardrad yang terkenal, namun ia juga merupakan putri Brenna yang dilatih untuk
menggunakan kecerdikan sekaligus keahlian untuk membela diri oleh sang ibu. Dan
apakah itu semuan mampu untuk menanggulangi soosk Royce of Wyndhurst – pria
Saxon yang berperawakan tinggi besar dan tak mudah dikalahkan ini ?
Again – kisah
tentang anggota keluarga Haardrad mampu memberikan ‘daya tarik’ tersendiri melalui
karakter-karakter yang unik. Kristen bisa dikatakan berpenampilan berbeda
dengan sang ibu yang tampak ‘mungil’ dibandingkan dirinya. Tapi semangat dan
keberanian Lady Brenna tercermin dalam sosoknya, selain rasa humor yang tinggi
sekaligus empati yang sedikit banyak membuatnya berkesan lebih ‘lembut’
dibandingkan Brenna. Royce bukanlah bangsa Viking, dan gambaran tentang bangsa
Saxon yang cenderung ‘lebih beradab’ dibandingkan bangsa Viking ternyata tidak
berbeda terlalu jauh – setidaknya menyangkut topik seputar ‘perbudakan’ dan
kesetaraan derajat antara kaum bangsawan, kaum menengah hingga mereka yang
dianggap tidak layak berada dalam ‘strata sosial’ golongan atas. Perjuangan
melawan ‘perbudakan’ ini pula yang diangka oleh penulis – atau setidaknya demikian
pemahamanku.
Satu-satunya hal
yang kusyukuri, diriku tidak (akan) pernah menjalani kehidupan sebagaimana yang
digambarkan dalam kisah ini. Membayangkan kaum wanita diperlakukan bahkan lebih
buruk dibandingkan anjing peliharaan – that’s not something I really want to
know further more \(-__-)/ Agaknya tema kehidupan bangsa Viking, bangsa Saxon,
atau bangsa-bangsa Eropa pada era tersebut tidak mampu membuatku tertarik untuk
menelusuri lebih jauh. Hal ini juga mengungkapkan bahwa pemahaman yang agak ‘prejudice’
tentang bangsa Viking (bangsa Norwegia) yang dilontarkan oleh kaum Saxon
(perpaduan antara Inggris dan sebagian Prancis), sama sekali bertolak belakang.
Bukan bangsa yang buruk tetapi tergantung pada masing-masing kebijakan dan
pilihan yang diambil secara individu menyangkut ‘bagaimana’ memperlakukan
manusia lain secara manusiawi. Suka dengan semi-BDSM ? Mungkin ini jenis kisah
seperti itu ....
Judul Asli : HEART AFLAME
[ book 2 of VIKING HAARDRAD Family ]
Copyright © 1987 by Johanna Lindsey
Rate : 3.5 of 5
Tentang Penulis :
Johanna Helen
Lindsey, lahir pada tanggal 10 Maret 1952 di Jerman. Ia pindah ke Amerika
Serikat ketika masih berusia sangat muda. Ia bahkan menikah saat masih menempuh
pendidikan di sekolah hingga memiliki 3 orang anak. Setelah suaminya meninggal
dunia, ia memutuskan untuk pindah dan membawa keluarganya menetap di Maine, New
England, agar lebih dekat dengan kerabatnya. Ia telah menulis puluhan novel
yang terjual ratusan juta kopi di seluruh
dunia dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/