Books
“GADIS TOMBOI”
by Julia Quinn
Copyright © 1996
by Julie Cotler
Penerbit Dastan
Books
Alih Bahasa :
Istiani Prajoko
Editor : Jantjé
Cetakan I :
Desember 2010 ; 480 hlm ; ISBN 978-602-8723-53-4
Harga Normal :
Rp. 50.000,-
~ WARNING :
SPOILER ALERT !! ~
Masih ingat
dengan sosok William Dunford dari dua kisah sebelumnya ? Setelah Alex Ridgely
(akhirnya) menikah, maka posisi bujangan ternama dan paling sulit dipikat oleh
kaum wanita di London, beralih pada sahabatnya, William yang tidak memiliki
tanda-tanda atau keinginan mengikuti jejak pasangan Alex-Emma maupun
Belle-John. Walau sangat menyayangi sahabat-sahabat lamanya (dan baru), William
tidak berniat menghilangkan kesenangan hidup bersenang-senang sebagai bujangan.
Bahkan ketika sahabatnya Belle melontarkan ‘taruhan’ bahwa William segera
mengalami ‘penderitaan’ pengalaman jatuh-cinta, tiada yang pernah mempersiapkan
dirinya saat hal itu ‘jatuh’ menimpa William.
Sebuah warisan
berupa gelar dan estat jatuh ke tangan William. Ia akan segera menjadi Lord
Stannage, dan berhak atas estat warisannya yang terletak di kawasan Cornwall –
tempat yang sangat jauh dari keramaian London, namun William tidak pernah
menolak kesempatan untuk menjalani petualangan. Apa yang terjadi saat William
Dunford – Lord Stannage yang baru datang mengunjungi Stannage Park, di Cornwall
yang terkenal dengan suasana alamnya yang bebas sekaligus liar dibandingkan
dengan peradaban kota besar. Yang pasti ia tidak mengharapkan adanya ‘warisan
tambahan’ berupa anak wali yang bertekad mempersulit dirinya apalagi mengusik
kehidupan para penghuni Stannage Park.
Henrietta Barrett
lebih dikenal sebagai Henry – telah jatuh cinta pada Stannage Park beserta
isinya, semenjak usia 8 tahun saat ia diasuh oleh pasangan Carlyle dan Viola,
Baron Stannage, ketika kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan. Bagi Henry,
setiap jengkal wilayah Stannage, merupakan bagian dari kehidupannya yang telah
diperjuangkan melalui kerja keras dan cinta kasih. Kini, tiba-tiba saja akan
muncul sosok asing yang terbiasa hidup berleha-leha di kota besar, datang untuk
mengubah itu semua. Henry bertekad untuk menggagalkan upaya tersebut, masa
bodoh dengan peraturan tentang hak dan warisan secara hukum, karena tiada
seorang pun yang mencintai dan bersedia berkorban demi Stannage Park kecuali
dirinya.
Jujur, ini adalah
kisah pamungkas serial Blydon yang paling ‘mengocok perut’ akibat ulah dan
interaksi dua karakter utama yang menjadi favoritku pula. Bisa dibayangkan
bagaimana William Dunford yang senantiasa berpenampilan menawan, terjerumus
dalam kehidupan di alam bebas melibatkan pengelolaan lahan, ternak dan tanggung
jawab yang besar ? Atau sosok gadis ‘ajaib’ yang menepis semua kriteria ‘wanita
sempurna’ yang selama ini bercokol di benak William. Seakan-akan ucapan Belle
tentang ‘taruhan’ mereka, menjadi kutukan tersendiri yang menempa William untuk
berubah sepenuhnya.
Dari awal kisah,
pembaca digiring menyaksikan William dikerjai Henry, mulai dari bangun subuh
buat bangun kandang babi (dan membersihkan kotoran), mandi yang dijatah dua
minggu sekali dengan alasan susah dapetin air hahaha, dikasih makan bubur
menjijikan dan daging domba dingin nan alot, dan menghafal nama-nama hewan
ternak yang ada di Stannage Park. Pertemuan pertama keduanya juga sangat
berkesan, William turun dari kereta, penampilannya yang muda dan tampan
mengejutkan Henry yang membayangkan dirinya sebagai pria setengah baya yang cerewet dan menjemukan, sedangkan William
dikejutkan dengan munculnya seekor babi yang kabur dari kandangnya, dikejar
sosok ‘pemuda’ berpenampilan kotor dan bau ... #imaginethat.
Henry digambarkan
sebagai gadis polos, cerdas, blak-blakan dan penuh rasa ingin tahu.
Penampilannya yang tomboi, dipengaruhi rasa tidak percaya diri, dan kurangnya
pemahaman untuk memberikan ‘pembelajaran’ tersendiri bagi seorang gadis,
terlepas dari kasih sayang dan kehangatan yang sempat ia terima dari kedua
orang tua angkatnya. Perubahan pada masing-masing pihak disertai perkembangan
hubungan antara keduanya, cukup menggugah sisi emosional, penuh kehangatan dan
kasih sayang yang menyentuh (dan tentu saja jangan dilupakan faktor humor yang
menyelimuti sebagian besar perjalanan kisah ini). Again, just the right choice
ended this series with ‘crazy-duo’ William & Henry \(^0^)/ (don’t forget
all those ‘animal farm’ ... LOL)
"IT TAKES A MINX TO TEMPT A ROGUE ...
... AND IT TAKES A ROGUE TO TAME HER"
Judul Asli : MINX
[ book 3 of BLYDON Series ]
by Julia Quinn
Copyright © 1996 by Julie Cotler
Rate : 4 of 5
Tentang Penulis :
Julia Quinn
adalah nama pena yang digunakan oleh Julia Pottinger (terlahir sebagai Julia
Cotler pada tahun 1970), adalah penulis asal Amerika yang terkenal akan
karya-karya di bidang historical romance. Beliau sengaja membuat nama pena agar
karya-karya bila diletakkan berjajar sesuai urutan abjad, akan bersebelahan
dengan karya penulis Amanda Quick yang ia sukai. Novel-novelnya telah
diterjemahkan lebih dari 26 bahasa di dunia, dan ia menempati posisi New York
Times Bestseller lebih dari 18 kali. Aneka penghargaan juga diterima, mulai
dari RITA Award hingga Romance Writers of America Hall of Fame.
[
more about the author & related works, just check at here : Julia Quinn | on Goodreads
| on Wikipedia | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/