Translate

Saturday, April 30, 2016

[ 2016 | Review #64 ] : "CHASING TOMORROW"

Books “MENGEJAR HARI ESOK”
Judul Asli : SIDNEY SHELDON’S CHASING TOMORROW
[ book 2 of TRACY WHITNEY Series ]
by Tilly Bagshawe
Copyright © 2014 by Sidney Sheldon Family Limited Partnership
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Martha Widjaja
Editor : Bayu Anangga
Desain sampul : Marcel A.W.
Cetakan I : Maret 2016 ; 496 hlm ; ISBN 978-602-03-2612-2
Harga Normal : Rp. 66.000,-
Rate : 1 of 5

Salah satu karya Sidney Sheldon yang menjadi favoritku adalah ‘If Tomorrow Comes’ (Bila Esok Tiba), tentang Tracy Whitney yang berjuang melawan ketidak-adilan nyaris sepanjang hidupnya. Maka saat mengetahui kelanjutan petualangan Tracy akan segera muncul (walau ditulis oleh penulis yang berbeda), dengan semangat tinggi sekaligus rasa penasaran dan harap-harap cemas, akhirnya buku ini tiba ditanganku. Karya pertama Tilly Bagshawe yang mendapat persetujuan dari perwakilan resmi Sidney Sheldon, untuk meneruskan penulisan ide-ide serta karya tak terselesaikan sang maestro suspense Sidney Sheldon dari sekian banyak koleksinya, adalah Mistress of the Game, yang diperuntukkan melanjutkan kisah Master of the Game – salah satu saga keluarga yang luar biasa intense. Walau tidak sepenuhnya memenuhi harapan (besar) yang kubayangkan untuk mengetahui kelanjutan keluarga tersebut, gaya penulisan Tilly cukup menarik untuk disimak lebih lanjut. Dan kali ini harapan itu kembali timbul, bahwa kenangan atas kisah pendahulunya mampu dibangkitkan kembali dengan cara yang berbeda dan daya tarik tersendiri.


Ending ‘Bila Esok Tiba’ merupakan adegan yang membuat pembaca bertanya-tanya, apakah Tracy akan melanjutkan hubungan lebih serius bersama Jeff Stevens, ataukah mereka memilih jalan masing-masing yang terpisah satu sama lain untuk selamanya ... dan tentu saja tak akan pernah terjawab, karena sang penulis telah tiada. Mengambil tongkat estafet dari sang maestro, Tilly Bagshawe membuka kisah dengan pengharapan besar bagi pembaca : pernikahan antara Tracy dan Jeff – wow, yippeeee !!! Akhirnya mereka bersatu dan hidup bahagia untuk selamanya ... yeahh, setidaknya itulah harapan sekian banyak pembaca. Sayangnya kelanjutan kisah ini harus kuperingatkan sebelumnya, semakin lama akan semakin buruk dan mengecewakan. Harapan yang sempat berkembang di awal kisah, perlahan-lahan layu dan akhirnya ‘tewas’ dengan sukses bahkan sebelum ending kisah ini usai (atau setidaknya demikian pemikiranku). Begitu banyak faktor yang sebenarnya bisa dikembangkan menjadi sajian memikat, dan semuanya dicampur-aduk oleh penulis bagai kreasi masakan ajaib yang akhirnya justru tak bisa dinikmati ...

Pertama : pernikahan antara Tracy dan Jeff mengalami guncangan demi guncangan yang membuat keretakan hubungan yang tidak bisa ‘dilem’ dengan lem super atau perekat ampuh manapun. Kedua : Rusaknya pernikahan antara keduanya ternyata berkat campur tangan pihak ketiga yang memang sengaja hendak memisahkan mereka. Ketiga : Tracy hamil dan melahirkan putranya tanpa sepengetahuan Jeff (yang tak pernah tahu ia memiliki putra sampai menjelang akhir kisah). Keempat : Dalang di balik rusaknya hubungan keduanya adalah ‘kenalan lama’ yang bangkit dari persembunyian untuk meraih impiannya. Kelima : mereka semua akhirnya terlibat dalam kasus-kasus pencurian yang (seharusnya) menegangkan, sulit dan kompleks, menjanjikan adanya petualangan serta proses memecahkan selubung misteri yang (seharusnya) muncul silih berganti. Nah paling tidak, lima poin di atas dijamin merupakan landasan kisah yang spektakular, penuh intensitas dan daya pikat sebagaimana mayoritas karya-karya Sidney Sheldon. SAYANGNYA, ini adalah karya Tilly Bagshawe, bukan Sidney Sheldon, yang berarti ...

Sebuah penghancuran besar-besaran pada ide dasar yang brilian, karakter yang sangat menarik, situasi kompleks yang menantang, dan semuanya dirubah menjadi melodrama berkepanjangan yang lumayan absurb (jika saja penulis sempat menggunakan nalar dalam proses mengembangkan kisah ini), penuh dengan adegan yang mungkin dimaksudkan sebagai sesuatu yang ‘romantis’ yang mengalami kecelakaan parah menjadi kisah ala teenlit yang super chesssy. Sebenarnya ini merupakan pengembangan karya Sidney Sheldon atau Danielle Steel ? Karena melihat keseluruhan kisah yang terwujud, ini sangat cocok jika digambarkan sebagai karya Danielle Steel (bagi yang sering membaca karya beliau, tentu tahu apa yang kumaksud). Yang paling tidak bisa kumaafkan, bagaimana penulis (yang namanya tercantum dengan font lebih kecil di sampul depan) sanggup merubah karakter Tracy Whitney yang mandiri, indepent, brilian, cerdas, licik dan tak mudah dikalahkan atau mengalah tanpa perlawanan, menjadi kebalikan dari semua faktor yang membuatku sangat menyukai kisah ‘Bila Esok Tiba’ ...

Bukan saja karakter Tracy yang mengalami ‘make-over’ total, bahkan sosok Jeff Stevens benar-benar kehilangan daya pikatnya sepanjang kisah ini. Ciri khas penulisan Sidney Sheldon yang berupa penggalan-penggalan adegan bagai tekai-teki yang harus dicari dan disusun oleh pembaca untuk menemukan jawaban, selalu menjadi daya tarik yang mengundang rasa penasaran pembaca, dan yang terjadi pada buku ini justru sebaliknya. Adegan-adegan petualangan yang (seharusnya) menegangkan, meluncur tanpa ada greget emosi sekecil apa pun. Penulis berhasil ‘membius’ diriku hingga benar-benar ‘mati-rasa’ dari awal hingga akhir, dan hanya berhasil membuat rasa bosan sekaligus jemu, sesekali tertegun karena ‘peralihan’ adegan atau karakter yang bisa kugambarkan ‘sangat kasar’ hingga membuatku berpikir apakah editor kisah ini sempat tertidur selama proses pengerjaannya, hingga salah menerbitkan versi ‘draft’ alih-alih final product yang sudah dipoles sebaik mungkin ?

Jika memang hendak menulis tentang karakter atau kisah yang sama sekali berbeda, seharusnya JANGAN PERNAH menggunakan label ‘kelanjutan kisah Bila Esok Tiba’ – ini sama saja dengan penipuan besar. Bukan saja kisah ini merupakan versi terburuk sepanjang mimpi buruk yang mungkin pernah dialami oleh Sidney Sheldon, jika saja ia mengetahui karyanya dicincang habis untuk dibuat versi baru yang lebih amburadul – bahkan seandainya ini murni karya penulis tanpa embel-embel nama Sidney Sheldon, keseluruhan kisahnya tidak dieksekusi dengan baik dan matang. Jika Tilly Bagshawe pernah menulis karya perdananya, bisa jadi seperti kisah ini – atau seperti kusebutkan diatas, begitu mirip dengan gaya penulisan Danielle Steel. Sedemikian buruknya kisah ini hingga jujur kurasa tidak perlu diulas lebih jauh apa sebenarnya isi kisah ini. Bagi penggemar berat Sidney Sheldon, kusarankan JANGAN PERNAH membaca buku ini kecuali mau mengalami sakit hati dan jengkel berhari-hari. Bagi penggemar melodrama super tragis (dan fans Danielle Steel), silahkan menikmati sajian kisah baru super absurb nan chessy ini ...

[ more about the author & related works, just check at here : Tilly Bagshawe | on Goodreads | on Wikipedia | Sidney Sheldon ]

Best Regards,

@HobbyBuku

2 comments :

  1. Well, saya setuju dgn pendapat anda. Dlu ketika membaca if tomorrow comes, saya sprti ingin terus menerus membaca dan hnya butuh 3 hri utk membacanya. Sidney benar" menghipnotis penggemarnya utk membaca lebih lama. Tpi ktika sya membeli chasing tomorrow, btuh wktu 2 mggu untuk mnyelesaikan novel ini. Saya sprti khilangan selera utk mmbca dan mersakan kekecewaan trhadap endingnya ckck

    ReplyDelete
  2. Well sedkit kcwa dgn endingnya, tokoh tracy dan jeff juga benar" mnjdi sgt lemah dan kehlngan daya tariknya. Tilly bagshawe shrusnya tdk mnggunakan klnjutan if tomorrow comes.

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...