Translate

Friday, May 20, 2016

[ 2016 | Review #70 ] : "THE MAGDALEN"

Books “PRISONER OF GOD"
[“NERAKA DI RUMAH TUHAN”]
by Marita Conlon-McKenna
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Retno Wulandari
Editor : Yus Arianto
Desain sampul : www.expertoha.com | Fotografer : Adrian Pop
Cetakan I : Februari 2014 ; 336 hlm ; ISBN 978-602-247-153-0
Harga Normal : Rp. 50.000,-

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kebebasan dalam menentukan kehidupan yang akan dijalani, namun kebebasan itu tidak sepenuhnya mampu menjamin kebahagiaan, terutama menyangkut norma-norma sosial serta hierarki yang dibentuk masyarakat, bahwa lingkungan menjadi salah satu unsur penentu, pada pilihan-pilihan yang tersedia bagi masa depan setiap orang. Kehidupan Esther Doyle merupakan salah satu contoh ketidak-adilan dalam masyarakat yang mempertahankan ‘budaya’ lama, memberikan pengajaran serta penerapan hukum keras bagi mereka yang dianggap tidak sesuai atau melennceng dari peraturan yang ditetapkan.


Irlandia merupakan ‘saudara tiri’ Inggris yang bertahan sekian abad mempertahankan keyakinan pada Gereja Katolik Roma alih-alih mengikuti perintah Gereja Kristen. Kepatuhan dan aturan baku menempatkan posisi pastur serta para biarawati sebagai pilar di mana kesulitan dalam kehidupan melanda mayoritas masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Sayangnya, beberapa peraturan tidak lagi sesuai dengan perkembangan jaman, terutama menyangkut peran serta kaum wanita dalam kehidupan sehari-hari. Mengambil latar belakang pada pertengahan abad ke-19, sekitar tahun 1940-1950, revolusi dan perang Eropa yang berkesinambungan, menyebabkan kesenjangan sosial dalam masyarakat semakin membesar.

Connemara adalah kawasan pantai yang dihuni oleh para nelayan, yang berjuang mati-matian untuk sekedar memperpanjang kelangsungan hari demi hari. Komunitas yang terbentuk, semakin membesar seiring dengan bertambahnya anggota keluarga, mengingat program KB belum menjangkau kawasan miskin nan terpencil ini. Esther putri terbesar keluarga Doyle, dengan kakak-kakak serta adik-adik yang harus ia bantu karena sang ibu tidak sanggup mengurus seluruh pekerjaan rumaha tangga seorang diri. Desmot Doyle dulu pernah menjadi nelayan yang membawa pulang hasil tangkapan berlimpah. Kini, bukan saja ia jarang mendapat hasil, keuntungan sekecil apa pun habis untuk minum-minum, dan istrinya hamil setiap saat.

Kehamilan terakhir Majella penuh perjuangan dan proses melahirkan benar-benar nyaris membuatnya tewas akibat pendarahan hebat. Keduanya selamat, walau bayi perempuan itu didiagnosa ‘cacat’ akibat kekurangan oksigen saat terbelit tali pusar. Nora ‘Nonie’ Pat – merupakan kesayangan Majella, Esther yang diserahi tanggung jawab mengurus adik bayinya, terutama saat ia menyadari Nonie tidak akan pernah tumbuh layaknya anak normal. Bukan hal yang mudah mengurus bocah ‘cacat mental’ namun Esther memiliki keteguhan dan kesabaran untuk merawat serta membimbing Nonie. Tanpa pernah ada yang menduga, bahwa masa depan Nonie benar-benar singkat, dan meluluh-lantakan keluarga yang semenjak awal tidak mampu bersatu.

Kisah bergulir dengan impian romansa yang melanda kaum remaja, dan menilik kondisi masyarakat Connemara, bisa ditebak bahwa pilihan pasangan cukup terbatas. Esther gadis yang cerdas dan memimpikan kehidupan yang jauh lebih baik daripada rumah tangga yang dijalankan oleh kedua orang tuanya. Sayangnya, ia juga cukup naif untuk mempercayai pria asing, dan menghiasi benaknya dengan mimpi-mimpi muluk bersama sang pujaan hatinya. Kematian ayahnya yang dinyatakan tenggelam di lautan saat sedang berlayar, justru memicu keinginannya memilih pasangan yang dirasa berbeda dengan sosok ayah yang diam-diam ia benci. Dengan kebodohan layaknya gadis remaja, ia termakan bujuk rayu hingga menyerahkan keperawanannya.

Esther hamil bersamaan dengan terungkapnya fakta siapa gerangan Conor O’Hagan – pekerja pendatang yang terlibat skandal hubungan gelap dengan majikannya. Fakta lain bahwa Conor tak bersedia bertanggung jawab, meletakkan seluruh beban pada diri Esther. Saat ia berusaha mencari dukungan serta bantuan, justru keluarganya, terutama sang ibu, melemparnya ‘keluar’ rumah dengan alasan bahwa ia telah mencemarkan nama baik keluarganya. Esther menyadari bahwa kematian ayah mereka yang tak pernah bertanggung jawab, namun anehnya memperoleh cinta sepenuh hati dari sang istri, disusul tragedi kematian Nonie yang baru berusia 6 tahun, semuanya membuat Majella berubah total, dan meletakan kesalahan pada diri Esther.

Apa yang terjadi pada gadis-gadis belia atau wanita yang belum menikah tapi sudah hamil ? Hukum yang berlaku di masyarakat pada masa itu sangat berat. Walau tentu saja mayoritas hal tersebut terjadi akibat kaum pria yang seenaknya ‘bermain seks’ dengan wanita mana pun tanpa perlindungan, yang mendapat cemooh dan hinaaan serta ‘label’ mencoreng nama baik seumur hidup justru kaum wanita. Mereka dianggap sebagai pelacur, atau wanita yang lebih rendah derajatnya dibandingkan pekerja seks. Alternatif untuk menjalani masa kehamilan hingga kelahiran bayi tanpa ayah, disediakan oleh para biarawati yang mengelola tempat penampungan yang dikenal sebagai ‘tempat binatu’ atau dalam kisah ini, ‘Magdalen Laundry’ (mengambil nama Maria Magdalena yang dijadikan citra wanita penggoda oleh Gereja Katolik).

Penulis menuturkan bagaimana tempat tersebut jauh dari fasilitas yang memberikan kenyamanan ataupun dukungan bagi kaum wanita hamil yang belum menikah. Lebih tepat disebut sebagai tempat rehabilitasi bagi mereka yang dianggap berdosa besar dan patut menjalani ‘hukuman’ untuk menebus dosa-dosa tubuh. Mereka harus bekerja tanpa upah dalam usaha binatu yang dikelola oleh para biarawati. Kerja fisik yang cukup keras, berat dan brutal mengingat kondisi kesehatan mereka, tanpa dukungan fasilitas kesehatan yang memadai, bahkan asupan nutrisi yang layak. Walau kaum wanita yang datang mayoritas sukarela (karena tidak menemukan tempat lain), bukan berarti mereka bisa dengan mudah keluar dari tempat itu usai melahirkan. Dan yang paling menyedihkan, bayi-bayi yang terlahir sebagai anak haram, ini langsung dipindahkan ke fasilitas lain di mana pasangan suami-istri lain mencari bayi-bayi untuk diadopsi.

Secara keseluruhan, ini adalah kisah yang menyedihkan dan menyayat hati. Sayangnya, pergulatan emosi yang mampu menimbulkan empati diriku selaku pembaca, kurang bisa medapat respons yang kuat. Penulis memilih memaparkan perjalanan kisah sosok Esther dan wanita-wanita lain korban ketidak-adilan ini bagai ‘sekedar’ sekilas laporan dari fakta-fakta yang telah terjadi. Datar – hampa – hanya mengulas lapisan luar, apa sebenarnya yang dirasakan oleh mereka. Bahkan ending kisah ini pun terasa ‘menggantung’ dan diriku paling tidak menyukai akhir kisah tanpa penutup yang jelas. Jika penulis hendak memberikan sekedar ‘laporan’ maka ini adalah tulisan yang bagus, namun sebagai curahan perasaan yang seharusnya menggugah imajinasi sekaligus nurani yang paling dalam, jujur harus kukatakan, tulisan ini lumayan jauh dari pencapaian ... sesuatu yang patut disayangkan \(-__-)/ #iwantmore

Judul Asli : THE MAGDALEN
Copyright © 1999 by Marita Conlon-McKenna
Rate : 3 of 5

[ more about the author & related works, just check at here : Maria Conlon-McKenna | on Goodreads | on Wikipedia ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...