Translate

Showing posts with label Indian Literature. Show all posts
Showing posts with label Indian Literature. Show all posts

Wednesday, March 27, 2013

Books "THE BLUE DIARY OF MUMBAI"



Books ”THE BLUE DIARY OF MUMBAI”
Judul Asli : THE BLUE NOTEBOOK
Copyright © 2009 by James Andrew Levine, M.D., Ph.D.
Penerbit Salamadani
Alih Bahasa : Nuraini Mastura
Editor : Endah Wijayanti
Desain sampul : Tyo
Cetakan I : September 2012 ; 344 hlm

“Namaku Batuk. Aku seorang gadis lima belas tahun yang tinggal di Jalan Umum di Mumbai. Aku sudah tinggal di sini selama 6 tahun dan aku diberkahi dengan kecantikan dan sebatang pensil.”

Saat memilih buku ini dari rak etalase di toko buku, bayanganku tentang drama perjuangan anak gadis yang terseret dalam dunia pelacuran di wilayah India, menggugah keingin-tahuanku, apalagi sang penulis juga terkenal sebagai aktifis sosial dalam perjuangan hak-hak manusia di kawasan Asia, namun sembari membaca halaman demi halaman, sungguh sebuah kesan mendalam sekaligus mengerikan dan menyentuh, mewarnai sepanjang kisahnya dari awal hingga akhir.

Ditulis dengan sudut pandang orang pertama, kisah ini merupakan jurnal pribadi gadis bernama Batuk, yang berasal dari keluarga miskin di wilayah India. Dilahirkan dari pasangan suami-istri yang berjuang mencari nafkah namun tak mampu mengimbangi dan memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin membesar, Batuk adalah salah gadis yang memiliki keistimewaan. Bukan saja ia memiliki paras yang cukup elok, ia juga memiliki kecerdasan serta kemauan keras demi memperoleh Impiannya di dalam dunia yang serba kekurangan dan penuh dengan kepahitan dan hal-hal negatif.


[ source ]
Pada usia 9 tahun, ia dibawa oleh sang ayah yang sangat menyayanginya, namun tak memiliki keberanian melawan sang istri yang pahit dan getir serta menyalahkan anak-anak gadis yang dilahirkannya sebagai beban, hingga Batuk pun dijual ke sindikat rumah bordil yang sangat terkenal di India. Pandangan masyarakat India terhadap kasta serta status wanita yang dianggap berada pada posisi terendah, membuat pilihan tersebut menjadi salah satu alternatif yang banyak dilakukan oleh keluarga miskin demi memperoleh sejumlah uang untuk menghidupi keluarganya. Gadis cilik ini menuturkan dengan gamblang, dengan bahasa serta kata-kata sesuai pemahamannya sebagai gadis cilik, tentang pengalaman-pengalaman serta berbagai peristiwa yang menyeretnya dalam dunia kelam pelacuran anak-anak yang banyak dicari oleh orang-orang yang memiliki kelainan seksual.

Istilah ‘berhubungan seksual’ yang diilustrasikan sebagai pekerjaan ‘membuat gula-gula’ serta bagaimana Batuk harus belajar dengan cepat untuk ‘membuat gula-gula’ yang lebih banyak dan menghasilkan pemasukan tinggi bagi majikannya, dengan kecerdasannya, ia mampu menyiasati agar memperoleh pelanggan khusus yang bersedia membayar mahal namun tidak menyiksa dirinya. Membaca halaman demi halaman, tulisan serta penuturan Batuk yang sangat indah, sungguh membuat haru sekaligus terenyuh. Bagaimana pandangan dirinya ketika awal memasuki dunia gelap ini, keperawanannya dilelang pada penawar tertinggi, hingga adegan pemerkosaan yang dialaminya, oleh sang penawar maupun oleh penguasa sindikat yang berperan sebagai ‘penjaga’ dunia perdagangan gelap. Anak-anak yatim piatu serta anak jalanan, hampir semuanya ditangkap secara resmi maupun tidak resmi (ada yang diculik dan kemudian lenyap tanpa jejak) untuk dijebloskan dalam badan-badan sosial yang sebagian besar merupakan kedok sindikat perdagangan manusia. 

[ source ]
Batuk memiliki perbedaan, karena meskipun ia berasal dari dunia bawah yang sangat miskin, ia pernah memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis yang diajarkan oleh salah satu misionaris saat ia berada di rumah sakit perawatan bagi penderita TBC. Tiada yang mengetahui kemampuan gadis ini, hingga ia berhasil ‘mengambil’ sebuah pensil dari germo-nya, dan menulis jurnalnya secara diam-diam. Penulisan semua curahan pikiran serta pengalaman inilah yang akan membawa Batuk pada kehidupan yang berbeda, memberikan kesempatan bagi dunia luar mengetahui sekilas dari kehidupan kelam sisi lain masyarakat India, terutama Mumbai yang juga dikenal sebagai tempat wisata sex yang sangat bervariasi. Mulai kanak-kanak, yang masih perawan hingga yang memiliki kepolosan tertentu hingga usia remaja, pria-pria yang hanya menyukai bocah laki-laki yang ‘cantik’ sehingga korban sodomi dan pemukulan brutal merupakan hal yang biasa. 

Kekuasaan serta kekayaan yang melimpah turut mewarnai kisah ini, namun digambarkan dari sisi yang lebih kelam. Bagaimana jika sosok penguasa atau bahkan pejabat pemerintah bahkan pihak kepolisian yang seharusnya berperan dalam menegakkan keadilan serta kebenaran, justru merupakan pelanggan tetap ruang-ruang pelacuran serta kamar-kamar hotel yang dipesan khusus untuk melakukan hiburan-hiburan terlarang ? Nyawa para pelacur cilik ini tiada harganya, mereka bisa dipanggil dan digunakan sesuka hati, bahkan jika perbuatan yang mereka lakukan menghilangkan nyawa para pelacur ini, sebuah tim khusus berperan untuk melenyapkan barang bukti dan menyiapkan ‘barang-baru’ bagi pelanggan yang tak pernah terpuaskan. Batuk yang tampak ringkih dan mungil, memiliki tekad kuat dan berusaha melawan serta bertahan setiap jenis siksaan yang ia alami. Pengalaman nyaris mati merupakan perjuangan yang kerap ia alami, dan setiap saat ia bertahan untuk bangkit kembali, hingga sebuah perubahan penting terjadi pada dirinya. 

[ source ]
Dengan ending yang cukup mengejutkan, penulis mampu menyajikan ‘pemandangan’ yang sama sekali berbeda akan dunia gelap yang tak pernah diungkapkan kepada dunia. Jika pun mereka mengetahuinya, seringkali mereka memilih mengalihkan pandangan pada hal-hal lain. Penulis yang juga dikenal sebagai aktifis serta duta kesehatan ini, memperoleh inspirasi selama ia bertugas di India. Pengalaman pribadi dengan sindikat rahasia di India, dialami ketika ia pertama kali datang ke India, tiba di bandara, alih-alih menemukan sang penjemput, ia diculik oleh sindikat yang acapkali menahan wisatawan guna meminta tebusan tinggi. Beruntunglah di saat yang sama, pihak pemerintah India mendapat tekanan besar akibat tewasnya sandera wisatawan asing sebelumnya, hingga ia akhirnya dibebaskan. Keterlibatan pihak berwajib (pihak kepolisian) turut digambarkan sebagai komplotan sindikat, sungguh sangat mengerikan. Pengalaman tersebut membuat penulis bertekad meneruskan usahanya di India dan tetap memperjuangkan visi serta misinya di penjuru dunia, terutama kawasan kumuh di Asia.

Tentang Penulis :
James A. Levine adalah profesor kedokteran di Mayo Clinic. Lulusan dari Cambrige University di Inggris, beliau berkecimpung sebagai aktivis dan duta kesehatan, peneliti, dokter dan ilmuwan. Bukunya yang terkenal berjudul Move a Little, Loose a Lot(terbitan Random House, 2009) merupakan panduan kesehatan serta diet yang banyak dicari, serta beberapa karya non-fiksi lainnya. Salah satu prinsip pokok pendekatan dalam program tersebut adalah “Hidup bukanlah soal senatiasa memperhatikan timbangan, melainkan menjalaninya dan berjuang. Kita semua memiliki mimpi-mimpi, dan Impian itu harus diperjuangkan secara aktif karena itulah seni dalam Kehidupan.” [ from "Move a Little, Loose a Lot" Program ]

The Blue Notebook merupakan novel fiksi pertama yang ditulis dan mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Untuk info selengkapnya tentang penulis serta karya-karya lainnya, silahkan berkunjung ke : James A. Levine.

Best Regards,


Books "THE VILLAGE BRIDE OF BEVERLY HILLS"



Judul Asli : THE VILLAGE BRIDE OF BEVERLY HILLS
Copyright © 2004 by Kavita Daswani
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Cetakan ke-01 : Juni 2008 ; 336 hlm
 
Sinopsis Cerita :
Ini adalah kisah tentang seorang wanita yang hidup dalam lingkungan adat dan budaya tradisional yang masih kental di jaman modern, memperjuangkan kebahagiaan serta cinta dalam hidupnya serta mempertahankan nilai-nilai moral dan harga dirinya sebagai manusia. 

Priyanka – dikenal dengan ‘Priya’ , gadis India yang diberi nama sesuai putri tunggal Rajiv dan Sonia Gandhi ( mantan perdana menteri India yang terbunuh ) , percaya bahwa nama yang diberikan oleh orang tuanya yang membuat dirinya menikah pada usia 24 tahun, mendahului ketiga kakaknya.  Priya menikah dengan Sanjay Sohni melalui sistem perjodohan tradisional India, lewat perantara, setelah bertukar foto, saling bertemu selama 1 minggu, masing-masing pihak dan keluarga setuju untuk melangsungkan pernikahan. Maka jadilah Priya pengantin baru dan sebagai seorang istri, ia wajib mengikuti suaminya kembali ke Los Angeles, Amerika.

Berada ribuan mil berjauhan dari sanak dan keluarganya, Priya belajar menyesuaikan diri hidup di kota yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Dan tugasnya tidak semakin ringan karena sebagai menantu Hindu yang taat, maka ia wajib melakukan semua tugas rumah tangga, mulai dari berbelanja di supermarket, memasak makanan untuk sekeluarga, membersihkan rumah setiap hari serta melayani kebutuhan keluarga Sanjay … ya, benar sekali – mereka tinggal serumah dengan kedua orang tua Sanjay beserta adik perempuan Sanjay bernama Malini. 


Belum selesai Priya menjalani kehidupan baru di Los Angeles, ibu mertuanya menyuruh Priya mencari pekerjaan – ini  karena ia belum hamil juga ( bagaimana mungkin hamil dalam waktu singkat ) dan biaya hidup di Amerika sangat tinggi. Namun sekali lagi Priya menurut dan mencari pekerjaan. Setelah keluar-masuk berbagai tempat, akhirnya Priya memperoleh pekerjaan sebagai resepsionis di Hollywood Insider – sebuah perusahaan majalah selebriti terkenal. 

[ source ]
Di tempat kerja baru, Priya berusaha beradaptasi dan menyesuaikan diri, namun kendala yang dihadapi bukan hanya karena ia karyawan baru, tetapi lebih pada sorotan dirinya yang dianggap asing dan aneh. Usaha tersebut mendapat kendala terutama dalam hal pakaian dan dandanan Priya yang tidak sesuai dengan lingkungan kerja ( berpakaian tradisional sari, potongan rambut serta bubuk pewarna dikepalanya, tentu saja sangat berbeda ), namun saat Priya mencoba menggunakan pakaian & dandanan ala Barat, mertuanya ‘memarahi’ dan mengingatkan bahwa menantu mereka tidak boleh meninggalkan adat-istiadat tradisional ( padahal mereka telah tinggal bertahun-tahun di Los Angeles ).

Untunglah sahabat baru Priya bernama Shanisse – asisten Lynette Dove ( = orang penting yang memiliki kekuasaan di Hollywood Insider ) , bersedia membantu memecahkan masalah tersebut, terutama setelah Priya menjadi bahan tertawaan seluruh kantor setelah muncul dengan pakaian dan dandanan mutakhir ala Barat berkat ‘kemurahan hati’ ibu mertuanya yang memberikan simpanan rahasia pakaian miliknya ( yang ternyata ketinggalan jaman duapuluh tahun lampau ). 

Maka rutinitas Priya mengalami perubahan, setiap pagi subuh ia bangun menyiapkan makanan & perlengkapan bagi keluarganya ( yang masih pada terlelap ), bersiap-siap dengan perbekalan pribadi, berangkat ke kantor dengan pakaian yang disarankan mertuanya, kemudian ia mampir dulu ke klub gym dan berganti dengan pakaian modern yang telah dibeli dengan bantuan saran Shanisse, baru kemudian menuju kekantor. Demikian pula sepulang kantor ia harus mampir kembali ke gym untuk berganti pakaian, baru menuju kerumah & menyiapkan makan malam bagi keluarga Sanjay. ( Pheuww … membaca saja bisa bikin capek, tak terbayangkan dech ).

Rutinitas tersebut tetap akan berjalan seandainya tidak terjadi peristiwa yang akan membalik kehidupan Priya. Demi menolong Shanisse yang berhalangan, suatu hari Priya harus menyamar sebagai reporter menemui bintang film terkenal – Rex Hauser. Wawancara yang sedianya berlangsung mulus, rusak akibat Rex yang dalam keadaan mabuk berat – mengoceh tentang hal-hal yang seharusnya tidak dibeberkan. Priya – bukan reporter asli, namun masih memegang nilai-nilai moral menolak saran Shanisse untuk meng-ekspose hal tersebut demi sejumlah uang pada tabloid. 

Dan akibatnya sungguh tak terduga karena Rex Hauser yang merasa berhutang budi beserta agen publisisnya Sandra Krugman menyebarkan informasi bahwa ada reporter yang dapat diandalkan di Hollywood Insider bernama Priya Sohni – dan hal ini membawa Priya dihadapan Cripin Bailey, pemilik serta pendiri Hollywood Insider. Dalam sekejap Priya Sohni yang bekerja sebagai resepsionis, naik status sebagai wartawan eksklusif di Hollywood Insider yang bekerja langsung di bawah pengawasan Cripin Bailey ( hampir setara dengan status Lynette Dove ). Ini adalah Impian Priya sedari dulu, menjadi seorang wartawan – hanya ada kendala besar, mertuanya sejak awal telah melarang dirinya bekerja sebagai wartawan / reporter. Maka walaupun sangat bahagia dan bersemangat, Priya harus merahasiakan promosi dirinya dari suami serta keluarganya. 

Perkembangan karir Priya harus ditebus dengan kehilangan sahabatnya Shanisse, yang iri dengan nasib baik Priya, apalagi setelah Lynette kembali dari cuti liburan dan mendapatkan saingan baru yang tak memiliki ‘kemampuan dan keahlian’ khusus mampu berada posisi yang dianggap mengancam kekuasaannya. Priya belajar untuk mandiri dan berjuang di atas kakinya sendiri membuktikan kemampuan diri sebenarnya. Apalagi ia benar-benar menyukai pekerjaan barunya. Namun perkembangan karir tidak sejalan dengan perkembangan hubungannya dengan Sanjay, bahkan Priya merasa kelabakan dengan kehidupan ganda yang harus dijalani, merahasiakan sesuatu yang menjadi kebanggaan dirinya. 

Di lingkup pekerjaannya ia adalah Priya Sohni, wartawan berbakat di bawah bimbingan langsung Crispin Bailey, memiliki kenalan dan relasi bintang-bintang papan atas Hollywood. Namun di rumah ia hanyalah sekedar ‘pesuruh’ yang melayani keluarga Sanjay dan yang membuatnya semakin terpuruk adalah ketidak peduliaan Sanjay, suaminya yang lebih takut mengecewakan kedua orang tuanya dibandingkan perasaan Priya. Keretakan dalam hubungan mereka berdua semakin dalam ( setidaknya itu yang dirasakan oleh Priya ) bahkan terapi dan serta konsultasi hubungan antar pasangan yang dicoba dilakukan tidak berhasil karena penolakkan Sanjay. 

Akhirnya Priya sampai pada suatu titik dimana ia harus mengambil keputusan penting dalam hidupnya – saat ia harus memutuskan tetap bertahan atau memulihkan jati diri sebenarnya sebelum hilang di tengah rutinitas dan ketidakpedulian di kota besar. 

Kesan :
Sekilas buku ini cukup tipis, namun lewat penuturan penulis, pembaca mampu menikmati penggambaran kehidupan sosok wanita Hindu-India melalui Priya. Adat dan kebiasaan kaum Hindu-India penuh dengan warna-warni yang memukau namun sejak jaman dahulu hingga saat ini, merupakan mayoritas bahwa kaum wanita menempati posisi terendah di kalangan mereka. Bahkan jika hendak menikah, pihak kaum wanita yang harus memberikan mas kawin yang cukup tinggi bagi pihak keluarga pria. Ini juga mengapa banyak terjadi peristiwa kekerasan dalam rumah tangga menimpa kaum wanita, terutama jika pihak keluarga wanita tak mampu menyediakan mas kawin yang tinggi, maka selamaya sang wanita akan dianggap rendah sesuai dengan nilai mas kawin tersebut oleh pihak keluarga pria. 

Dalam kisah tokoh Priya, ia cukup beruntung karena kedua orang tuanya membesarkan keempat putri mereka dengan ajaran kasih, nilai moral-kebanggaan yang tak mengecilkan harga diri mereka masing-masing. Bahkan berhadapan dengan kondisi keluarga Sanjay, kedua mertua Priya masih dianggap sudah cukup modern dan tidak ‘keterlaluan’ dalam memperlakukan menantu mereka ( jika dibandingkan dengan kehidupan jaman lampau ). 

Namun Priya yang terjepit dalam dua situasi yang bertolak belakang, terlihat mampu mengatasi satu demi satu kendala dalam kehidupannya. Sebagai wanita yang dituntut tetap mengikuti adat dan cara tradisional namun juga harus terjun dalam kehidupan modern, berhadapan dengan isu-isu tentang etika, moral & kejujuran dalam pekerjaan, dalam rumah tangga, dalam hubungannya sebagai bagian dari suatu keluarga dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. 

Kisah ini saat menarik, membuat kita terpukau pada kenyataan bahwa sebenarnya kehidupan ini pun juga masih dialami oleh kaum wanita di mana pun berada, terlepas dari adapt-istiadat maupun keyakinan yang berbeda. Hanya ada sedikit ganjalan dimana penuli seakan-akan ‘memotong’ kisah dimana Priya masih berkutat dengan kerumitan kehidupan ganda yang dijalaninya, kemudian mendadak ia telah berada kembali pada keluarganya di India, seakan-akan kisahnya dipercepat pada penyelesaian – akhir buku. Seandainya sedikit diperhalus dan dikembangkan bukan tidak mungkin kisah kehidupan Priya beserta keluarganya menjadi suatu kisah tersendiri yang tidak kalah dengan kisah tokoh ‘Meggie Cleary’ dalam The Thorn Birds yang fenomenal. Maka kita cukup puas dengan penyelesaian dalam 336 halaman buku ini – bacaan ringan dan menyentuh serta kaya akan variasi pemahaman nilai kehidupan yang berharga. 

[ more about the author and her related works, check on here : Kavita Daswani's Site ]

Best Regards,


Books "THE PALACE OF ILLUSIONS"


Books “ISTANA KHAYALAN”
Judul Asli : THE PALACE OF ILLUSIONS
Copyright © 2008 by Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Cover by Satya Utama Jadi
Cetakan ke-01 : Juli 2009 ; 496 hlm

Pembuka :
Saat membaca sinopsis buku ini, teringat kembali akan kisah-kisah tentang tokoh-tokoh ‘pewayangan’ yang dulu sangat akrab sebagai bacaan semasa kecil lewat komik-komik maupun cergam karangan R.A. Kosasih. Rasa penasaran serta keinginan untuk mengulang kembali kisah-kisah tersebut, menggerakkan hati-ku untuk memilih buku ini sebagai salah ‘teman’ dalam perjalanan keluar kota.

Saat membuka halaman pembuka, masuk kata pengantar (yang sangat menarik karena bukan sekedar ucapan terima kasih belaka, namun disertai pula catatan dari penulis yang mengungkapkan sedikit ‘buah-pikiran’ mengapa beliau menulis kisah ini dari sudut pandang yang berbeda), kemudian mulai memasuki lembar-lembar kisah yang menjadi awal dari sosok utama tokoh wanita yang dikenal dengan nama Drupadi – wanita yang menjadi pasangan serta pendamping Pandawa Lima, wanita yang lewat kisah ini dituturkan memegang peranan besar dalam kancah Bharatayuda.

Sebagai salah satu karya sastra yang tak lekang oleh waktu, kisah Mahabharata merupakan bagian dari penulisan buku ini, namun jangan berharap membaca kisah yang sama – karena penulis memilih memberikan ‘kursi-utama’ pada Drupadi yang kemudian dikenal sebagai Panchali (sebutan terhormat yang lebih umum bagi masyarakat India) untuk mengisahkan jalannya sejarah keturunan dinasti Kuru dari sudut pandang-nya ; dari sudut pandang seorang wanita yang memiliki emosi, hasrat serta ambisi tinggi, sesuatu yang jarang dan tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pada waktu itu. 


Membaca buku ini sangatlah menarik bahkan membuat diri-ku harus menarik kembali persepsi awal yang selama ini telah terbentuk akan kisah-kisah Mahabharata yang ku-baca sebelumnya, kemungkinan karena perbedaan paham dan cara penyajian yang dibuat agar dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat umum – maka versi ‘kejawen’ yang lebih halus justru menghilangkan konflik-konflik akan norma kesusilaan serta etika yang justru banyak disoroti dalam versi aslinya.

[ source ]
Maka karya penulis yang terkenal banyak menyajikan tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang secara lebih pribadi dan intim, konflik antara keinginan untuk dihargai & dianggap setara dalam situasi & budaya yang masih penuh dengan aturan serta kekangan bagi wanita … membuat bacaan yang menambah nuansa indah sekaligus mengharukan. Bahkan dengan sedikit unsur kontroversial yang menyoroti hubungan batin secara pribadi antara Panchali dengan Karna maupun dengan Khrisna, dapat disajikan dalam tulisan yang gamblang, tak bertele-tele namun sarat dengan makna dan pengertian dalam. Jika ada penulis yang penuh penjiwaan sekaliber Paulo Coelho, maka Chitra Banerjee Divarkaruni dapat dikatakan versi ‘female-nya’ – sebanding dengan Pearl S. Buck yang juga banyak menyajikan kisah dengan latar belakang pertentangan kultur budaya dalam sudut pandang wanita.

Tanpa berusaha mengungkapkan lebih banyak tentang kisah ini dan tidak merusak ‘keindahan’ akan pemahaman kisah sosok Panchali, maka ini sekelumit kisah yang dapat ku-bagikan bagi anda sekalian, sebagai pembuka untuk memasuki ‘menu utama’ yang telah disajikan secara artistik serta penuh perasaan oleh penulis …

Sinopsis :
Drupadi lahir bersama saudara kembarnya Drestadyumna melalui ‘api’ dan dianggap sebagai berkat bagi Kerajaan Panchala karena telah sekian lama Prabu Drupada menantikan keturunan guna mewarisi keinginan membalas-dendam pribadi terhadap sosok Dorna yang menjadi guru besar Kerajaan Hastinapura. Akan tetapi sebagaimana pengharapan orang tua terhadap keturunannya, ternyata tidak berjalan seperti yang diinginkan. Drestadyumna atau Dre, yang diharapkan sebagai pewaris tunggal berusaha menjadi anak berbakti dengan menuruti keinginan ayahnya, namun ia tidak memiliki kehausan dan keingin-tahuan sebesar Panchali – yang justru merasa diabaikan dan ‘ditolak’ oleh ayahnya hanya karena ia seorang wanita. Panchali ingin dirinya berperan dalam perubahan sejarah, tanpa menyadari bahwa kelahirannya memang sebagai suatu alat bagi rencana yang jauh lebih besar.

[ source ]
Akhirnya takdir membawa nasib Panchali pada awal kisah besar di kemudian hari, saat dirinya disayembarakan guna memiliih calon suami, dimana acara tersebut sebenarnya taktik yang dirancang oleh ayahnya guna menarik pahlawan Hastinapura sebagai menantu & membalas dendam bagi Dorna. Dan Panchali yang telah diramalkan akan memiliki 5 suami justru tanpa sadar telah memberikan hatinya pada Karna – yang masa lalunya dijadikan ‘alasan’ sebagai penghalang bagi kebahagiaan dan kedamaian kehidupannya hingga menjelang ajal di padang Kurusetra di kemudian hari. Berkat campur tangan Khrisna sebagai titisan Dewa Wishnu ( meski tidak disebutkan secara gamblang oleh penulis ) maka jalur kehidupan Panchali berhasil ‘dipaksakan’ menuju arah yang tepat – ia menjadi istri dari Pandawa Lima yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, si kembar Nakula dan Sadewa.

Pandawa Lima adalah keturunan dari Pandudewanata, raja Hastinapura yang mangkat dalam usia muda akibat ‘kutukan’ seorang brahmana – sehingga untuk sementara tampuk pemerintahan diambil alih oleh kakaknya Prabu Destarata sambil menunggu putra-putra Pandu dewasa. Yang menjadi penyebab konflik dipicu dari ketidak-puasan Prabu Destarata sebagai kakak tertua dari Pandu & Widura ( =dalam buku ini tidak banyak dikisahkan ) namun ‘dilangkahi’ adiknya gara-gara ia buta sejak lahir, ditambah dengan ‘gosokan’ istrinya Permaisuri Gandari yang juga tidak puas karena ‘dialihkan’ oleh Pandu menjadi istri kakaknya yang buta. Maka setiap kesempatan digunakan untuk mengambil alih dan menghilangkan keturunan Pandu yang dianggap telah merebut hak asli dari tangan keturunan Destarata yaitu para Kurawa yang berjumlah seratus ( =kelahiran mereka sangat mengerikan karena permaisuri Gandari melahirkan sebongkah daging besar yang kemudian pecah menjadi seratus keping dimana bongkahan tersebut kemudian berubah menjadi 99 bayi laki-laki dan seorang putri ).

[ source ]
Perselisihan antara Pandawa dan Kurawa menyeret Panchali dalam kehidupan baru yang sama sekali tak pernah ia bayangkan. Dari kehidupan nyaman hingga menggelandang bak pengemis, dari kebiasaannya senantiasa berkuasa hingga harus berhadapan dengan Ibunda Kunti – mertua yang senantiasa kritis dan siap menyoroti semua tindak-tanduknya, kemarahan Arjuna yang memenangkan dirinya namun harus berbagi dengan keempat saudaranya ( ego Arjuna yang mendasari hal tersebut, bukan rasa cinta yang didambakan oleh Panchali ), ingatan serta kenangan akan Karna yang tak dapat dilupakan dalam benak Panchali … sehingga mulai membentuk dirinya  sebagai wanita yang berusaha memperoleh kebahagiaan dirinya dengan berbagai cara yang cukup licin. Karena Panchali wanita yang cerdik dan memiliki ambisi akan pencarian ‘kepuasan-diri’ maka ia berusaha mengendalikan Pandawa Lima dalam memenuhi impiannya … atau lebih tepatnya sebagaimana Khrisna yang dekat dan sangat memahami dirinya, ia mengatakan bahwa Panchali penuh dengan ‘amarah’ akan ketidak-puasan dan tak pernah sabar dalam menanti sesuatu untuk berjalan sesuai dengan kehendaknya. 

Bahkan akibat wataknya yang pemarah dan tak sabaran itulah Begawan Abiyasa ( =Byasa ) telah meramalkan bahwa kejatuhan dalam kehidupan Panchali dimulai dari tiga hal yang seharuslah dihindari : pertama “tepat sebelum pernikahan – tahanlah pertanyaanmu” ( =saat dimana Panchali mengubah rasa cinta Karna menjadi dendam dengan dalih menyelamatkan nyawa Dre ) ; kedua “saat suami-suaminya pada puncak kekuasaan – tahanlah tawamu” ( =saat dimana Panchali menertawakan Duryudana dan Karna hingga mereka merasa dipermalukan ) ; ketiga “saat ia dipermalukan dengan sangat hebat seperti yang tak pernah terbayangkan – tahanlah kutukanmu” ( = saat dimana Panchali ‘dipermalukan’ dihadapan para Kurawa dan Pandawa, hingga ia mengeluarkan kutukan akan musnahnya seluruh keturunan dan keluarga Kurawa tanpa tersisa demi terselesaikannya dendam Panchali ).

[ source ]
Kehidupan Panchali mengalami titik balik setelah peristiwa tersebut, bukan hanya dipermalukan – kehilangan harta, kedudukan, status – bahkan rasa cinta dan dambaan yang pernah ada seakan lenyap tersapu oleh kepahitan serta dendam kesumat. Panchali sengaja membiarkan rambutnya terurai hingga tiba saatnya untuk dicuci dengan darah orang-orang yang telah menghinanya. Kepahitan dan kesombongan dirinya membuat Panchali tak mudah melepaskan Pandawa Lima terutama Yudistira, yang dianggap telah turut menyeret dirinya dalam kesengsaraan. Dalam pengasingan yang harus mereka jalani selama dua belas tahun, tak sekalipun ia mau mengikuti ajakan keluarganya termasuk Dre yang mengajak dirinya kembali ke istana guna merawat anak-anaknya. Dalam hati kecilnya Panchali menyadari bahwa niat sebenarnya bukan didorong atas kemuliaan hati namun lebih pada keangkuhan ingin menunjukkan bahwa dirinya masih mempunyai pengaruh atas para Pandawa Lima, serta senantiasa mengingatkan mereka akan tekad untuk membalas dendam, meskipun ia harus berkorban hidup menderita dan meninggalkan anak-anaknya … hanya seorang yang mengetahui persis isi hatinya, Khrisna yang dengan sabar dan tak pernah bosan mengingatkan dirinya agar tidak menuruti ‘api dendam-kesumat’ yang akan berbalik membakar dirinya.

Penutup :
Lewat kata-kata yang gamblang namun sarat dengan makna dalam, penulis mampu merangkai kisah panjang mulai awal kehidupan cikal bakal dinasti Kuru, masuk pada kehidupan kisah yang dikenal sebagai Mahabharata hingga perang dahsyat Bharatayuda dan diakhiri saat Pandawa Seda lewat gambaran pendakian gunung Himalaya. Bukan suatu hal yang mudah merangkum semuanya dan masih dapat memberikan kesegaran baru lewat sosok Drupadi yang dikenal secara umum sebagai wanita lembut, pasrah dan setia – justru pembaca akan dipermainkan perasaannya dengan sosok Panchali yang keras kepala, angkuh, pandai dan ambisius serta manipulatif, membuat kita akan menyukai – membenci – sekaligus mengasih sosok yang sangat manusiawi.

~ Mahabharata - Bharatayudha ~ [ source ]
Sejarah-sejarah nyata banyak pula mencatat bahwa peran serta sosok wanita sering kali menentukan suatu perubahan drastis pada sejarah kekuasaan. Jika seorang Cleopatra mampu membuat pria-pria yang berkerabat saling bunuh dan kudeta pemerintahan terjadi, jika seorang Helen of Troy mampu menggerakkan hati laki-laki hingga terjadi perang besar yang memusnahkan suatu bangsa, jika penguasa bengis dan ditakuti musuh-musuhnya Attila The Hun akhirnya meninggal karena pengkhianatan wanita yang dicintainya, maka sosok Panchali merupakan contoh perwujudan kelemahan serta kekuatan seorang wanita – sesuatu yang seringkali diremehkan namun ibarat gunung berapi yang sedang tidur, sewaktu-waktu akan meletus & memakan banyak korban.

Tentang Penulis :
Chitra Banerjee Divakaruni lahir di Calcutta, India, dan pindah ke Amerika Serikat pada usia sembilan belas tahun. Berdasarkan kehidupannya di Amerika, konflik antara tradisi serta budaya yang berbeda menjadi bahan penulisan sebagian besar karyanya seperti  “Penguasa Rempah-Rempah” ( The Mistress of Spices ) bahkan telah diangkat ke layar lebar dengan tokoh utama Aishawarya Rai dan Dylan McDermott ; buku keduanya “Saudara Sehati” ( Sister of My Heart ) tentang dua wanita yang bersahabat erat namun harus mengalami perubahan akibat salah satu dari mereka pindah ke Amerika mengikuti suaminya ; dan kelanjutannya “Jalinan Jiwa” ( The Vine of Desire ) ; Keong Ajaib ( The Conch Bearer ) yang agak berbeda karena ia menggunakan tokoh bocah laki-laki dan perempuan berusia belasan tahun. 

Minatnya terhadap kehidupan kaum wanita semakin dalam saat ia aktif dalam lembaga-lembaga yang membantu wanita-wanita yang mengalami penyiksaan dan membantu mereka agar dapat mandiri dalam kehidupan masing-masing. 

Karya-karyanya dikenal luas selain novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, telah diterjemahkan dalam sebelas bahasa, termasuk bahasa Belanda, Yahudi, dan Jepang. Lulusan dari Wright State University di Dayton, Ohio memberinya gelar Master & gelar Ph.D diperoleh lewat University of California, Berkeley. Saat ini bersama suaminya Murthi Divakaruni, ia tetap aktif menulis tentang kisah-kisah para wanita ekspatriat dari pengalaman pribadi maupun kehidupan di sekelilingnya.  

Lahir di Calcutta, India. Pada usia sembilan belas tahun ia pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolah. Tahun 1976 ia kuliah S2 Bahasa Inggris di Wright State University, Ohio, dan setelah itu melanjutkannya dengan kuliah S3 di University of California di Berkeley. Chitra Divakaruni saat ini bekerja sebagai dosen penulisan kreatif dan bahasa Inggris di University of Houston.

Ia juga menjadi ketua MAITRI, lembaga bantuan untuk wanita-wanita Asia Selatan. Tahun 1995, kumpulan cerita pendeknya, Arranged Marriage, memperoleh penghargaan PEN Oakland Josephine Miles Prize for Fiction, Bay Area Book Reviewers Award for Fiction, dan American Book Award dari Before Columbus Foundation. Ia juga menerima 1994 Santa Clara Arts Council Award for Fiction dan 1994 Wallace Alexander Gerhode Foundation Poetry Award.

Best Regards,


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...