Translate

Showing posts with label Child Abuse. Show all posts
Showing posts with label Child Abuse. Show all posts

Sunday, August 25, 2013

Books "COIN LOCKER BABIES"


Judul Asli : COIN LOCKER BABIES
Copyright © 1980 by Ryu Murakami
Penerbit : Elex Media Komputindo
Alih Bahasa : Anin Finia
Cetakan I : Juni 2012 ; 554 hlm
Rate 3 of 5
[ Conclusion in English at the bottom Post ]
~ Reblogged from HobbyBuku's Mystery Stories ~
“Dari tahun 1969 sampai 1975 telah ditemukan sebanyak 68 bayi yang dibuang di seluruh Jepang. Kebanyakan sudah membusuk menjadi mayat. Bayi itu dibuang setelah meninggal dan sisanya tewas di dalam loker sewaan. Bayi yang ditemukan masih hidup, kebanyakan mati setelah sampai di rumah sakit. Jadi bisa dikatakan, yang mampu bertahan hidup hanyalah mereka berdua. Mereka mampu mengalahkan ketakutan alam bawah sadar saat menghadapi kematian beberapa puluh jam setelah dilahirkan.” [ p. 11 ]
Ini adalah kisah dua orang bayi yang ‘dibuang’ oleh ibu masing-masing segera setelah dilahirkan, dan mereka disembunyikan di dalam loker barang di stasiun, hingga ditemukan oleh pihak berwenang. Kikuyuki Sekiguchi ditemukan pada tanggal 18 Juli 1972 dan diberikan dalam asuhan Panti Asuhan Bunda Maria Sakura yang ditangani oleh para biarawati.Kiku tumbuh menjadi bocah yang tampak cukup sehat, namun tak memiliki ketertarikan pada apa pun, lebih memilih tinggal dalam dunianya sendiri. Hingga ia bertemu dengan Hashio Mizouchi, yang kurus dan sakit-sakitan. Keduanya menemukan kebersamaan saat mendapati mereka merupakan dua bayi yang selamat dari pembuangan di loker sewaan. Terutama juga karena keduanya memiliki ‘dunia’ tersendiri yang hanya ada di benak masing-masing.



Pertumbuhan kedua bocah yang senantiasa dalam pemantauan para biarawati yang baik hati itu, membawa pada suatu keputusan untuk memberikan terapi khusus demi masa depan mereka, setelah psikiater yang bertugas memeriksa keduanya, mengambil kesimpulan bahwa tanpa bantuan khusus, baik Kiku maupun Hashi tidak akan dapat hidup secara normal di dunia luar. Diagnosa awal kasus Kiku dan Hashi bisa dikategorikan jenis penyakit autis yang belum terdeteksi secara lengkap, karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan mereka, yang bila dibiarkan akan menjadi seorang penderita skizofrenia. Istilah ‘gangguan’ yang diderita dapat disebut sebagai ‘simbiosis kenakak-kanakan psikosis’ – yang muncul akibat rasa kehilangan dari penyatuan yang dialami oleh sang bayi saat ‘terpisahkan’ dari sang ibu, terutama jika dikombinasi dengan ‘trauma’ akibat pemisahan yang tak layak.
“Dengan mengecualikan penyakit kelainan jiwa yang merupakan bawaan, penyakit saraf yang diderita bayi atau balita dapat disebabkan dua hal, yaitu hubungan dengan orangtua atau faktor lingkungan. Sama seperti fisiknya, saraf anak-anak tumbuh secara bertahap. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, saraf memerlukan rangsangan, dorongan, suplai yang teratur dari sekelilingnya. Pada bayi biasanya akan kehilangan perasaan menyatu jika dipisahkan dari ibunya enam bulan setelah dilahirkan. Untuk mengisi kekosongan, si bayi berusaha untuk kembali ke masa-masa ketika ia masih menyatu dengan ibunya. Apabila ini terjadi, maka hal tersebut tak dapat ditangani dari luar. Dia justru akan memusuhi dunia luar yang berusaha memisahkan dirinys dengan sang ibu, bahkan ingin menghancurkannya. Setelahnya, anak itu akan menutup dirinya dalam khayalan dan daerah kekuasaannya. [ p. 9 – 11 ]
Hashi menderita autis kreatif yang mampu menciptakan sesuatu dari daya imajinasinya yang tinggi, meski semuanya hanya terjadi di dalam ‘dunia’ yang tersembunyi di dalam benaknya. Sedangkan Kiku justru sebaliknya, ia merupakan penderita autis pasif, yang cenderung menarik diri dari pergaulan maupun lingkungan sekelilingnya. Kedua bocah yang tak saling mengenal, akhirnya dipertemukan di sebuah panti asuhan dan dirawat secara cermat, hingga tiba saatnya mereka diadopsi oleh sepasang suami-istri, yang diberikan informasi bahwa Hashi dan Kiku adalah dua bersaudara. Setelah menjalani serangkaian terapi khusus (yang disembunyikan faktanya oleh para biarawati maupun dokter yang merawat keduanya), maka Kiku dan Hashi tampak selayaknya dua bocah normal, dibesarkan oleh dua orang tua angkat yang meski tidak terlalu menyayangi mereka, namun berusaha sebaik mungkin membesarkan mereka secara layak. Pertanyaannya, apakah benar mereka telah ‘sembuh’ dan mampu hidup secara normal ?

Membaca karya penulis Jepang, selalu ada beberapa hal yang cukup menarik untuk disimak secara lebih dalam. Bukan saja mereka mampu mengangkat tema-tema sosial yang terjadi pada masyarakat, namun juga menyajikannya dari sudut pandang yang acapkali membuat ‘gerah’ pembaca karena gaya ‘blak-blakan’ dan bisa dianggap cukup vulgar. Mulai dari Kazuo Ishiguro yang terbilang ‘halus’ dalam penuturannya, hingga Haruki Murakami yang entah bagaimana bisa melukiskan keabsurban manusia dengan indah meski tema yang dipilih bukanlah sesuatu yang ‘normal’. Maka Ryu Murakami juga memiliki ciri tersendiri, yang menggambarkan lukisan imajinasi serta permainan sudut pandang manusia yang sangat aneh, menyedihkan, sekaligus memuakkan, namun tetap menyentuh sisi kemanusiaan. Dibandingkan dengan ‘OUT’ karya Natsuo Kirino yang juga menyoroti kebobrokan mental manusia serta pergulatannya, maka ‘Coin Locker Babies’ terasa lebih abstrak untuk langsung dipahami sebagai karya seni.

Satu hal mengenai topik ‘traumatis’ yang diderita bayi atau bisa dikatakan saat masih berupa janin dalam kandungan, diriku teringat akan diskusi dalam salah satu episode Oprah Winfrey’s Show beberapa tahun silam, bahwa pembentukan karakter serta sifat-sifat dominan pada bayi, sebagian besar ditentukan bagaimana kondisi sang ibu semasa ia mengandung. Bukan sekedar menjaga kesehatan secara fisik, namun hal terpenting yang jarang mendapat perhatian, kondisi kejiwaan, mental dan emosi sang ibu sepanjang ia mengandung, semuanya masuk dan terserap dalam ‘rekaman’ benak sang bayi, menunggu saat yang tepat untuk ‘keluar’ dalam masa pertumbuhannya. Seiring dengan kemajuan tehnologi, maka kondisi kesehatan fisik mampu dipantau dengan lebih mudah, namun secara emosional, terutama menyangkut stress dan depresi, tak dapat dideteksi hingga hal tersebut muncul di saat sudah cukup terlambat untuk ditangani. Dan kisah ini merupakan salah satu contoh buah pemikiran sang penulis, bagaimana perjalanan kehidupan dua sosok bayi yang ‘cacat’ semenjak lahir dan berusaha menemukan dunia yang tepat bagi mereka di antara kehidupan yang beraneka ragam ‘cacat’ secara fisik maupun emosional. It’s a world of sick-people !!!
“Energi, yang mampu memperpanjang kemampuan hidup kedua anak ini berada di suatu tempat tertentu, dan pada suatu waktu tertentu pula, energi ini akan bergabung dengan otak besar dan meyebabkan keduanya menjadi sangat kuat sehingga tidak mampu dikontrol diri sendiri. Salah satu cara efektif yaitu dengan menidurkan energi itu. Energi itu harus disimpan di dalam dinding otak selama beberapa waktu, sampai akhirnya mereka sendiri mampu mengontrolnya. Jadi kita harus membekukan zat metabolik dan sel saraf yang sudah terlanjur mengganas. Metode pengobatan yang dikembangkan dan dipakai untuk menyembuhkan penderita skizofrenia akut sebagai obat halusinasi. Pasien seolah akan dikembalikan ke tubuh ibunya, dengan menciptakan suasana yang hening. Mereka akan diperdengarkan suara jantung manusia yang sudah diproses secara elektronik, suara jantung sang ibu yang didengar calon bayi di dalam rahim. Jantung manusia itu akan berdetak dengan volume tertentu, perantaranya bukan melalui udara tapi melalui getaran cairan tubuh. Suara itu tidak biasa kita dengar, tapi suara ini sangat kompleks untuk didengar oleh calon bayi dengan menggetarkan cairan limpa, darah, dan bermacam-macam organ tubuh. Bahkan menurut Profesor Michael Goldsmith dari Universitas Tehnologi Massachusetts, suara jantung itu sangat mirip dengan suara makhluk asing yang saling berkomunikasi ketika tertangkap oleh satelit.” [ p. 11 -12 ]
Conclusion :
[ source ]
When you hear story about babies, I think everybody will have the same image on cute-lovely-innocense little babies. And this is also the story about babies, but not so ‘lovely’ as you would think. It’s about babies who left to die by their own mother after childbirth. Some of them are born-dead, and the rest just throw away in commons palaces, who in this story they all stuff-in little locker room, lock inside until they die. But despite all the tragic incidents, there are two survivor, two little boy baby who later named Kikuyuki Sekiguchi and Hashio Mizouchi. As unwanted orphanage, the state puts them in the hand of nuns who runs a catholic orphanage, where they gave the best effort to provide child’s need just like all abandon children.

Then the story gets interesting when this two boys, diagnose with autism in their progress of development. To cure their illness and to prepare for their normal life in the future, both Kiku and Hashi done several treatment, without their knowledge or even consent, after all they just a little boy who considered ‘sick’ and ‘damage’ since child-birth. The story continue on how well their adjustment on the treatment, and looks like they can life like normal people, specially when the both got the same foster parents who willing to adopted both of them as brothers. Without anybody knew, their ‘wounded’ inside their mind are just ‘sleeping’ and waiting to wake-up to make a rather different life for Kiku and Hashi.

Reading J-Lit always gave such huge feellings and mixed results for me. Most of them puts ‘normal’ and ‘abnormal’ into the same level in human’s perspective, added with such beautiful and grossome side by side. Some of the reading I can related and enjoy it, and the rest are mixed between huge confusing and sickness. To gave a rather explicit description, Ryu Murakami’s have high imagination on the theme human’s mind, from common people until the twisted ones. If Haruki Murakami also gave the same subject, people who not ‘normal’, it puts like ‘naturalism-picture’ so I still can understand the meaning or its characters. In ‘Coin Locker Babies’ it’s like watching something abstrack that I personally cannot divided where the ‘normal’ or ‘abnormal’ is ... so like I said in my post above : “It’s a world of sick-people !!!” [ so beware of all readers who not use to read such ‘explicite’ description in almost every part of this story ]

Tentang Penulis :
Ryu Murakami, seorang pria Renaissance yang hidup pada masa postmodern, pernah menjalani aneka kehidupan sebagai penggebuk drum dalam sebuah grup musik rock, membuat film yang cukup dikenal di antaranya Tokyo Decadence, hingga menjadi seorang pembawa acara di televisi. Ia menulis novel pertamanya saat masih pelajar sekolah, yang bukan saja memperoleh penghargaan namun juga terjual lebih dari 1 juta kopi. ‘Coin Locker Babies’ adalah salah satu karyanya yang paling ambisius, dan menjanjikan petualang tersendiri sekaligus membiarkan daya khayal dan imajinasi pembaca ‘berlarian’ kesana kemari.

[ more about the author and related works, just check at here : Ryu Murakami | on Goodreads | on FaceBook | on Tumblron IMDb ]

Best Regards,



Wednesday, March 27, 2013

Books "THE BLUE DIARY OF MUMBAI"



Books ”THE BLUE DIARY OF MUMBAI”
Judul Asli : THE BLUE NOTEBOOK
Copyright © 2009 by James Andrew Levine, M.D., Ph.D.
Penerbit Salamadani
Alih Bahasa : Nuraini Mastura
Editor : Endah Wijayanti
Desain sampul : Tyo
Cetakan I : September 2012 ; 344 hlm

“Namaku Batuk. Aku seorang gadis lima belas tahun yang tinggal di Jalan Umum di Mumbai. Aku sudah tinggal di sini selama 6 tahun dan aku diberkahi dengan kecantikan dan sebatang pensil.”

Saat memilih buku ini dari rak etalase di toko buku, bayanganku tentang drama perjuangan anak gadis yang terseret dalam dunia pelacuran di wilayah India, menggugah keingin-tahuanku, apalagi sang penulis juga terkenal sebagai aktifis sosial dalam perjuangan hak-hak manusia di kawasan Asia, namun sembari membaca halaman demi halaman, sungguh sebuah kesan mendalam sekaligus mengerikan dan menyentuh, mewarnai sepanjang kisahnya dari awal hingga akhir.

Ditulis dengan sudut pandang orang pertama, kisah ini merupakan jurnal pribadi gadis bernama Batuk, yang berasal dari keluarga miskin di wilayah India. Dilahirkan dari pasangan suami-istri yang berjuang mencari nafkah namun tak mampu mengimbangi dan memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin membesar, Batuk adalah salah gadis yang memiliki keistimewaan. Bukan saja ia memiliki paras yang cukup elok, ia juga memiliki kecerdasan serta kemauan keras demi memperoleh Impiannya di dalam dunia yang serba kekurangan dan penuh dengan kepahitan dan hal-hal negatif.


[ source ]
Pada usia 9 tahun, ia dibawa oleh sang ayah yang sangat menyayanginya, namun tak memiliki keberanian melawan sang istri yang pahit dan getir serta menyalahkan anak-anak gadis yang dilahirkannya sebagai beban, hingga Batuk pun dijual ke sindikat rumah bordil yang sangat terkenal di India. Pandangan masyarakat India terhadap kasta serta status wanita yang dianggap berada pada posisi terendah, membuat pilihan tersebut menjadi salah satu alternatif yang banyak dilakukan oleh keluarga miskin demi memperoleh sejumlah uang untuk menghidupi keluarganya. Gadis cilik ini menuturkan dengan gamblang, dengan bahasa serta kata-kata sesuai pemahamannya sebagai gadis cilik, tentang pengalaman-pengalaman serta berbagai peristiwa yang menyeretnya dalam dunia kelam pelacuran anak-anak yang banyak dicari oleh orang-orang yang memiliki kelainan seksual.

Istilah ‘berhubungan seksual’ yang diilustrasikan sebagai pekerjaan ‘membuat gula-gula’ serta bagaimana Batuk harus belajar dengan cepat untuk ‘membuat gula-gula’ yang lebih banyak dan menghasilkan pemasukan tinggi bagi majikannya, dengan kecerdasannya, ia mampu menyiasati agar memperoleh pelanggan khusus yang bersedia membayar mahal namun tidak menyiksa dirinya. Membaca halaman demi halaman, tulisan serta penuturan Batuk yang sangat indah, sungguh membuat haru sekaligus terenyuh. Bagaimana pandangan dirinya ketika awal memasuki dunia gelap ini, keperawanannya dilelang pada penawar tertinggi, hingga adegan pemerkosaan yang dialaminya, oleh sang penawar maupun oleh penguasa sindikat yang berperan sebagai ‘penjaga’ dunia perdagangan gelap. Anak-anak yatim piatu serta anak jalanan, hampir semuanya ditangkap secara resmi maupun tidak resmi (ada yang diculik dan kemudian lenyap tanpa jejak) untuk dijebloskan dalam badan-badan sosial yang sebagian besar merupakan kedok sindikat perdagangan manusia. 

[ source ]
Batuk memiliki perbedaan, karena meskipun ia berasal dari dunia bawah yang sangat miskin, ia pernah memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis yang diajarkan oleh salah satu misionaris saat ia berada di rumah sakit perawatan bagi penderita TBC. Tiada yang mengetahui kemampuan gadis ini, hingga ia berhasil ‘mengambil’ sebuah pensil dari germo-nya, dan menulis jurnalnya secara diam-diam. Penulisan semua curahan pikiran serta pengalaman inilah yang akan membawa Batuk pada kehidupan yang berbeda, memberikan kesempatan bagi dunia luar mengetahui sekilas dari kehidupan kelam sisi lain masyarakat India, terutama Mumbai yang juga dikenal sebagai tempat wisata sex yang sangat bervariasi. Mulai kanak-kanak, yang masih perawan hingga yang memiliki kepolosan tertentu hingga usia remaja, pria-pria yang hanya menyukai bocah laki-laki yang ‘cantik’ sehingga korban sodomi dan pemukulan brutal merupakan hal yang biasa. 

Kekuasaan serta kekayaan yang melimpah turut mewarnai kisah ini, namun digambarkan dari sisi yang lebih kelam. Bagaimana jika sosok penguasa atau bahkan pejabat pemerintah bahkan pihak kepolisian yang seharusnya berperan dalam menegakkan keadilan serta kebenaran, justru merupakan pelanggan tetap ruang-ruang pelacuran serta kamar-kamar hotel yang dipesan khusus untuk melakukan hiburan-hiburan terlarang ? Nyawa para pelacur cilik ini tiada harganya, mereka bisa dipanggil dan digunakan sesuka hati, bahkan jika perbuatan yang mereka lakukan menghilangkan nyawa para pelacur ini, sebuah tim khusus berperan untuk melenyapkan barang bukti dan menyiapkan ‘barang-baru’ bagi pelanggan yang tak pernah terpuaskan. Batuk yang tampak ringkih dan mungil, memiliki tekad kuat dan berusaha melawan serta bertahan setiap jenis siksaan yang ia alami. Pengalaman nyaris mati merupakan perjuangan yang kerap ia alami, dan setiap saat ia bertahan untuk bangkit kembali, hingga sebuah perubahan penting terjadi pada dirinya. 

[ source ]
Dengan ending yang cukup mengejutkan, penulis mampu menyajikan ‘pemandangan’ yang sama sekali berbeda akan dunia gelap yang tak pernah diungkapkan kepada dunia. Jika pun mereka mengetahuinya, seringkali mereka memilih mengalihkan pandangan pada hal-hal lain. Penulis yang juga dikenal sebagai aktifis serta duta kesehatan ini, memperoleh inspirasi selama ia bertugas di India. Pengalaman pribadi dengan sindikat rahasia di India, dialami ketika ia pertama kali datang ke India, tiba di bandara, alih-alih menemukan sang penjemput, ia diculik oleh sindikat yang acapkali menahan wisatawan guna meminta tebusan tinggi. Beruntunglah di saat yang sama, pihak pemerintah India mendapat tekanan besar akibat tewasnya sandera wisatawan asing sebelumnya, hingga ia akhirnya dibebaskan. Keterlibatan pihak berwajib (pihak kepolisian) turut digambarkan sebagai komplotan sindikat, sungguh sangat mengerikan. Pengalaman tersebut membuat penulis bertekad meneruskan usahanya di India dan tetap memperjuangkan visi serta misinya di penjuru dunia, terutama kawasan kumuh di Asia.

Tentang Penulis :
James A. Levine adalah profesor kedokteran di Mayo Clinic. Lulusan dari Cambrige University di Inggris, beliau berkecimpung sebagai aktivis dan duta kesehatan, peneliti, dokter dan ilmuwan. Bukunya yang terkenal berjudul Move a Little, Loose a Lot(terbitan Random House, 2009) merupakan panduan kesehatan serta diet yang banyak dicari, serta beberapa karya non-fiksi lainnya. Salah satu prinsip pokok pendekatan dalam program tersebut adalah “Hidup bukanlah soal senatiasa memperhatikan timbangan, melainkan menjalaninya dan berjuang. Kita semua memiliki mimpi-mimpi, dan Impian itu harus diperjuangkan secara aktif karena itulah seni dalam Kehidupan.” [ from "Move a Little, Loose a Lot" Program ]

The Blue Notebook merupakan novel fiksi pertama yang ditulis dan mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Untuk info selengkapnya tentang penulis serta karya-karya lainnya, silahkan berkunjung ke : James A. Levine.

Best Regards,


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...