Translate

Showing posts with label Thriller Suspence. Show all posts
Showing posts with label Thriller Suspence. Show all posts

Sunday, August 25, 2013

Books "COIN LOCKER BABIES"


Judul Asli : COIN LOCKER BABIES
Copyright © 1980 by Ryu Murakami
Penerbit : Elex Media Komputindo
Alih Bahasa : Anin Finia
Cetakan I : Juni 2012 ; 554 hlm
Rate 3 of 5
[ Conclusion in English at the bottom Post ]
~ Reblogged from HobbyBuku's Mystery Stories ~
“Dari tahun 1969 sampai 1975 telah ditemukan sebanyak 68 bayi yang dibuang di seluruh Jepang. Kebanyakan sudah membusuk menjadi mayat. Bayi itu dibuang setelah meninggal dan sisanya tewas di dalam loker sewaan. Bayi yang ditemukan masih hidup, kebanyakan mati setelah sampai di rumah sakit. Jadi bisa dikatakan, yang mampu bertahan hidup hanyalah mereka berdua. Mereka mampu mengalahkan ketakutan alam bawah sadar saat menghadapi kematian beberapa puluh jam setelah dilahirkan.” [ p. 11 ]
Ini adalah kisah dua orang bayi yang ‘dibuang’ oleh ibu masing-masing segera setelah dilahirkan, dan mereka disembunyikan di dalam loker barang di stasiun, hingga ditemukan oleh pihak berwenang. Kikuyuki Sekiguchi ditemukan pada tanggal 18 Juli 1972 dan diberikan dalam asuhan Panti Asuhan Bunda Maria Sakura yang ditangani oleh para biarawati.Kiku tumbuh menjadi bocah yang tampak cukup sehat, namun tak memiliki ketertarikan pada apa pun, lebih memilih tinggal dalam dunianya sendiri. Hingga ia bertemu dengan Hashio Mizouchi, yang kurus dan sakit-sakitan. Keduanya menemukan kebersamaan saat mendapati mereka merupakan dua bayi yang selamat dari pembuangan di loker sewaan. Terutama juga karena keduanya memiliki ‘dunia’ tersendiri yang hanya ada di benak masing-masing.



Pertumbuhan kedua bocah yang senantiasa dalam pemantauan para biarawati yang baik hati itu, membawa pada suatu keputusan untuk memberikan terapi khusus demi masa depan mereka, setelah psikiater yang bertugas memeriksa keduanya, mengambil kesimpulan bahwa tanpa bantuan khusus, baik Kiku maupun Hashi tidak akan dapat hidup secara normal di dunia luar. Diagnosa awal kasus Kiku dan Hashi bisa dikategorikan jenis penyakit autis yang belum terdeteksi secara lengkap, karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan mereka, yang bila dibiarkan akan menjadi seorang penderita skizofrenia. Istilah ‘gangguan’ yang diderita dapat disebut sebagai ‘simbiosis kenakak-kanakan psikosis’ – yang muncul akibat rasa kehilangan dari penyatuan yang dialami oleh sang bayi saat ‘terpisahkan’ dari sang ibu, terutama jika dikombinasi dengan ‘trauma’ akibat pemisahan yang tak layak.
“Dengan mengecualikan penyakit kelainan jiwa yang merupakan bawaan, penyakit saraf yang diderita bayi atau balita dapat disebabkan dua hal, yaitu hubungan dengan orangtua atau faktor lingkungan. Sama seperti fisiknya, saraf anak-anak tumbuh secara bertahap. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, saraf memerlukan rangsangan, dorongan, suplai yang teratur dari sekelilingnya. Pada bayi biasanya akan kehilangan perasaan menyatu jika dipisahkan dari ibunya enam bulan setelah dilahirkan. Untuk mengisi kekosongan, si bayi berusaha untuk kembali ke masa-masa ketika ia masih menyatu dengan ibunya. Apabila ini terjadi, maka hal tersebut tak dapat ditangani dari luar. Dia justru akan memusuhi dunia luar yang berusaha memisahkan dirinys dengan sang ibu, bahkan ingin menghancurkannya. Setelahnya, anak itu akan menutup dirinya dalam khayalan dan daerah kekuasaannya. [ p. 9 – 11 ]
Hashi menderita autis kreatif yang mampu menciptakan sesuatu dari daya imajinasinya yang tinggi, meski semuanya hanya terjadi di dalam ‘dunia’ yang tersembunyi di dalam benaknya. Sedangkan Kiku justru sebaliknya, ia merupakan penderita autis pasif, yang cenderung menarik diri dari pergaulan maupun lingkungan sekelilingnya. Kedua bocah yang tak saling mengenal, akhirnya dipertemukan di sebuah panti asuhan dan dirawat secara cermat, hingga tiba saatnya mereka diadopsi oleh sepasang suami-istri, yang diberikan informasi bahwa Hashi dan Kiku adalah dua bersaudara. Setelah menjalani serangkaian terapi khusus (yang disembunyikan faktanya oleh para biarawati maupun dokter yang merawat keduanya), maka Kiku dan Hashi tampak selayaknya dua bocah normal, dibesarkan oleh dua orang tua angkat yang meski tidak terlalu menyayangi mereka, namun berusaha sebaik mungkin membesarkan mereka secara layak. Pertanyaannya, apakah benar mereka telah ‘sembuh’ dan mampu hidup secara normal ?

Membaca karya penulis Jepang, selalu ada beberapa hal yang cukup menarik untuk disimak secara lebih dalam. Bukan saja mereka mampu mengangkat tema-tema sosial yang terjadi pada masyarakat, namun juga menyajikannya dari sudut pandang yang acapkali membuat ‘gerah’ pembaca karena gaya ‘blak-blakan’ dan bisa dianggap cukup vulgar. Mulai dari Kazuo Ishiguro yang terbilang ‘halus’ dalam penuturannya, hingga Haruki Murakami yang entah bagaimana bisa melukiskan keabsurban manusia dengan indah meski tema yang dipilih bukanlah sesuatu yang ‘normal’. Maka Ryu Murakami juga memiliki ciri tersendiri, yang menggambarkan lukisan imajinasi serta permainan sudut pandang manusia yang sangat aneh, menyedihkan, sekaligus memuakkan, namun tetap menyentuh sisi kemanusiaan. Dibandingkan dengan ‘OUT’ karya Natsuo Kirino yang juga menyoroti kebobrokan mental manusia serta pergulatannya, maka ‘Coin Locker Babies’ terasa lebih abstrak untuk langsung dipahami sebagai karya seni.

Satu hal mengenai topik ‘traumatis’ yang diderita bayi atau bisa dikatakan saat masih berupa janin dalam kandungan, diriku teringat akan diskusi dalam salah satu episode Oprah Winfrey’s Show beberapa tahun silam, bahwa pembentukan karakter serta sifat-sifat dominan pada bayi, sebagian besar ditentukan bagaimana kondisi sang ibu semasa ia mengandung. Bukan sekedar menjaga kesehatan secara fisik, namun hal terpenting yang jarang mendapat perhatian, kondisi kejiwaan, mental dan emosi sang ibu sepanjang ia mengandung, semuanya masuk dan terserap dalam ‘rekaman’ benak sang bayi, menunggu saat yang tepat untuk ‘keluar’ dalam masa pertumbuhannya. Seiring dengan kemajuan tehnologi, maka kondisi kesehatan fisik mampu dipantau dengan lebih mudah, namun secara emosional, terutama menyangkut stress dan depresi, tak dapat dideteksi hingga hal tersebut muncul di saat sudah cukup terlambat untuk ditangani. Dan kisah ini merupakan salah satu contoh buah pemikiran sang penulis, bagaimana perjalanan kehidupan dua sosok bayi yang ‘cacat’ semenjak lahir dan berusaha menemukan dunia yang tepat bagi mereka di antara kehidupan yang beraneka ragam ‘cacat’ secara fisik maupun emosional. It’s a world of sick-people !!!
“Energi, yang mampu memperpanjang kemampuan hidup kedua anak ini berada di suatu tempat tertentu, dan pada suatu waktu tertentu pula, energi ini akan bergabung dengan otak besar dan meyebabkan keduanya menjadi sangat kuat sehingga tidak mampu dikontrol diri sendiri. Salah satu cara efektif yaitu dengan menidurkan energi itu. Energi itu harus disimpan di dalam dinding otak selama beberapa waktu, sampai akhirnya mereka sendiri mampu mengontrolnya. Jadi kita harus membekukan zat metabolik dan sel saraf yang sudah terlanjur mengganas. Metode pengobatan yang dikembangkan dan dipakai untuk menyembuhkan penderita skizofrenia akut sebagai obat halusinasi. Pasien seolah akan dikembalikan ke tubuh ibunya, dengan menciptakan suasana yang hening. Mereka akan diperdengarkan suara jantung manusia yang sudah diproses secara elektronik, suara jantung sang ibu yang didengar calon bayi di dalam rahim. Jantung manusia itu akan berdetak dengan volume tertentu, perantaranya bukan melalui udara tapi melalui getaran cairan tubuh. Suara itu tidak biasa kita dengar, tapi suara ini sangat kompleks untuk didengar oleh calon bayi dengan menggetarkan cairan limpa, darah, dan bermacam-macam organ tubuh. Bahkan menurut Profesor Michael Goldsmith dari Universitas Tehnologi Massachusetts, suara jantung itu sangat mirip dengan suara makhluk asing yang saling berkomunikasi ketika tertangkap oleh satelit.” [ p. 11 -12 ]
Conclusion :
[ source ]
When you hear story about babies, I think everybody will have the same image on cute-lovely-innocense little babies. And this is also the story about babies, but not so ‘lovely’ as you would think. It’s about babies who left to die by their own mother after childbirth. Some of them are born-dead, and the rest just throw away in commons palaces, who in this story they all stuff-in little locker room, lock inside until they die. But despite all the tragic incidents, there are two survivor, two little boy baby who later named Kikuyuki Sekiguchi and Hashio Mizouchi. As unwanted orphanage, the state puts them in the hand of nuns who runs a catholic orphanage, where they gave the best effort to provide child’s need just like all abandon children.

Then the story gets interesting when this two boys, diagnose with autism in their progress of development. To cure their illness and to prepare for their normal life in the future, both Kiku and Hashi done several treatment, without their knowledge or even consent, after all they just a little boy who considered ‘sick’ and ‘damage’ since child-birth. The story continue on how well their adjustment on the treatment, and looks like they can life like normal people, specially when the both got the same foster parents who willing to adopted both of them as brothers. Without anybody knew, their ‘wounded’ inside their mind are just ‘sleeping’ and waiting to wake-up to make a rather different life for Kiku and Hashi.

Reading J-Lit always gave such huge feellings and mixed results for me. Most of them puts ‘normal’ and ‘abnormal’ into the same level in human’s perspective, added with such beautiful and grossome side by side. Some of the reading I can related and enjoy it, and the rest are mixed between huge confusing and sickness. To gave a rather explicit description, Ryu Murakami’s have high imagination on the theme human’s mind, from common people until the twisted ones. If Haruki Murakami also gave the same subject, people who not ‘normal’, it puts like ‘naturalism-picture’ so I still can understand the meaning or its characters. In ‘Coin Locker Babies’ it’s like watching something abstrack that I personally cannot divided where the ‘normal’ or ‘abnormal’ is ... so like I said in my post above : “It’s a world of sick-people !!!” [ so beware of all readers who not use to read such ‘explicite’ description in almost every part of this story ]

Tentang Penulis :
Ryu Murakami, seorang pria Renaissance yang hidup pada masa postmodern, pernah menjalani aneka kehidupan sebagai penggebuk drum dalam sebuah grup musik rock, membuat film yang cukup dikenal di antaranya Tokyo Decadence, hingga menjadi seorang pembawa acara di televisi. Ia menulis novel pertamanya saat masih pelajar sekolah, yang bukan saja memperoleh penghargaan namun juga terjual lebih dari 1 juta kopi. ‘Coin Locker Babies’ adalah salah satu karyanya yang paling ambisius, dan menjanjikan petualang tersendiri sekaligus membiarkan daya khayal dan imajinasi pembaca ‘berlarian’ kesana kemari.

[ more about the author and related works, just check at here : Ryu Murakami | on Goodreads | on FaceBook | on Tumblron IMDb ]

Best Regards,



Sunday, July 21, 2013

Books "OUT"


Books “BEBAS
Judul Asli : OUT
Copyright © 1997 by Natsuo Kirino
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lulu Wijaya
Cetakan II : Mei2007 ; 576 hlm
Design & Cover by Satya Utama Jadi
Cover photograh © by Dylan Collard
Rate : 3,5
[ Reblogged from HobbyBuku's Mystery Stories ]

Novel suspense karya penulis Jepang senantiasa menghadirkan nuansa yang menarik sekaligus mencekam, perpaduan antara kriminalitas denga dunia semi-supranatural sebagaimana keyakinan dan kepercayaan yang masih dipegang erat oleh masyarakat Jepang. Saat melihat novel ini, satu hal yang sangat menarik perhatianku, desain sampul yang merupakan kombinasi ilustrasi serta fotografi yang unik, disertai sinopsis yang tak pelak mengundang rasa penasaran. Sayangnya novel ini sudah cukup langka dan sulit ditemui, and thanks to mbak Astrid maka akhirnya kesempatan untuk ‘menikmati’ bacaaan yang mendapat rekomendasi kategori ‘gory’ dari beberapa rekan yang sudah membacanya, kini dapat pula dialami ...

Kisah ini dibuka dengan adegan kegiatan buruh pabrik yang merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang berkembang di Jepang. Sebagaimana negara yang maju dan berkembang, salah satu penopang perekonomian dapat dilihat pada distrik industri, pabrik-pabrik yang tetap memperlakukan jam kerja penuh selama 24 jam, hingga ada pekerja shift pagi sesuai jam kerja normal, dan ada pula pekerja shift malam yang memulai tepat pukul 12 malam hingga menjelang pagi. Dari sekian banyak buruh dan pekerja kasar inilah, kisah kehidupan manusia dituturkan melalui sosok 4 orang wanita yang berbeda latar belakang dan kehidupan masing-masing, berteman karena sama-sama menjalani pekerjaan berat di pabrik makanan kotakan, hingga sebuah peristiwa mengerikan memicu rangkaian kejadian yang merubah total kehidupan mereka.


Masako Kotori (40 tahun-an)– yang tegas, selalu siap membantu teman, terutama dalam masalah keuangan, namun menjalani kehidupan yang sunyi dalam rumah tangganya ; Yayoi Yamamoto (30 tahun-an) – paling cantik dan menarik, namun menanggung beban karena suami yang suka berjudi dan menyiksa dirinya secara fisik ; Kuniko Jonouchi (29 tahun) – wanita yang selalu berpenampilan mewah dan menyolok, egois, dan sangat boros, hidup diluar batas kemampuan keuangannya dengan berhutang di sana-sini ; Yoshie Azuma (60 tahun) – janda yang terbebani untuk merawat dan memberi nafkah putri serta mertuanya yang invalid karena stroke. Masing-masing berusaha mempertahankan keamanan serta kestabilan yang mereka dapatkan, terutama pekerjaan berat dengan pemasukan yang cukup besar, jika saja kehidupan tidak berlaku sangat kejam terhadap mereka.

Masako hidup dengan suami dan seorang putra yang satu sama lain tak pernah lagi saling berkomunikasi meski hidup di bawah atap yang sama. Bagaikan orang asing yang tinggal di kamar-kamar sewa masing-masing, ketiganya berada di ujung jurang perpisahaan yang semakin lama semakin melebar dan dalam. Kuniko menganggap rendah pasangan hidupnya, yang tak mampu memuaskan dirinya secara seksual maupun keuangan, hingga suatu hari pria tersebut akhirnya menyerah terhadap tuntutan Kuniko dan ‘melarikan diri’ dengan membawa seluruh uang simpanan dan tabungan bersama. Yoshie menjalani kehidupan serta berjuang demi kedua putrinya, yang satu demi satu mengecewakan harapan serta impian masa depan yang lebih baik, dan memilih kehidupan yang justru menjerumuskan mereka dalam belitan kesulitan demi kesulitan, ditambah dengan beban harus merawat mertua yang sama sekali tak disukainya, bagai duri dalam daging. Sedangkan Yayoi, menikah dengan pria pujaan hatinya dan menentang larangan keluarganya, kemudian mendapati pria yang ia pilih ternyata benar-benar ‘brengsek’ dan semena-mena. Dan suatu hari, salah satu dari keempat wanita itu mengambil keputusan untuk ‘bebas’ dari segala beban yang melanda dirinya ...

Yayoi membunuh suami sebelum ia kembali dipukuli setelah sang suami menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk berjudi demi memenangkan wanita penghibur kelas atas. Permasalahan selanjutnya, bagaimana ia menyingkirkan mayat sang suami tanpa diketahui siapa pun ? Maka ia meminta bantuan Masako yang selalu siap membantu teman-temannya. Masako bersedia ‘melenyapkan’ mayat suami Yayoi, dan meminta bantuan Yoshie yang berhutang besar kepadanya, untuk memotong-motong dan membuang mayat tersebut hingga tak dapat ditemukan oleh siapa pun. Hal ini tidak akan terbongkar seandainya saja kegiatan tersebut dapat dirahasiakan dari Kuniko,yang akhirnya juga dilibatkan meski pada akhirnya wanita yang egois, pemalas dan tamak ni pula yang membawa kehancuran serta terbongkarnya rahasia tersebut. Dimulai dari ditemukannya potongan-potongan mayat disebuah taman umum, yang merujuk pada suami Yayoi yang telah dilaporkan hilang kepada pihak berwajib.

Kecurigaan awal jatuh pada diri sang istri, terutama ketika diketahui ia akan mewarisi sejumlah besar uang asuransi kematian sang suami. Namun bukti lain membawa pihak berwajib pada sosok yang memiliki latar belakang kriminal. Ia adalah pemilik klub dimana suami Yayoi berjudi dengan hutang besar dan selalu mengganggu primadona klub hingga dihajar keluar klub oleh sang pemilik, tepat pada malam ia lenyap tanpa jejak, hingga potongan tubuhnya ditemukan. Pria perlente yang dikenal dengan nama Mitsuyoshi Satake (43 tahun) pemilik klub terkenal Mika, ternyata pernah ditahan sehubungan pembunuhan keji melibatkan seorang wanita, yang diperkosa dan disiksa dengan cara ditusuk-tusuk sedemikian rupa hingga akhirnya tewas kehabisan darah. Setelah keluar dari penjara, ia mengganti namanya, membuang segala sesuatu yang berkaitan dengan masa lalunya, dan membangun karir yang membuatnya menjadi sosok kaya-raya nan misterius. Dan kini, masa lalunya kembali menghantui dirinya, dan menghancurkan reputasi serta kehidupan baru yang susah payah telah ia bangun. Ketika pada akhirnya pihak berwajib tak mampu menyajikan bukti konkret untuk menahannya, Satake bebas untuk melancarkan misi baru : membalas dendam pada pelaku pembunuhan sebenarnya yang telah menghancurkan kehidupannya ...

Kisah yang lumayan menegangkan sekaligus membuat miris dengan adegan-adegan yang diungkapkan secara gamblang oleh penulis, tak berbeda jauh dengan novel thriller ala penulis Amerika seperti karya Thomas Harris yang mengambil sosok psikopat Hannibal Lecter – yang bukan saja membunuh dan menyiksa korbannya, melainkan juga menyantapnya. Perbedaan nyata antara novel-novel serupa karya penulis Barat, Natsuo Kirino menuturkan kisah dengan mengambil latar belakang orang-orang biasa yang tampak normal dalam kehidupan sehari-hari. Mereka adalah kaum wanita pekerja yang statusnya berada di jenjang terendah dalam kehidupan masyarakat terutama di Jepang. Terlepas dari peran dan tanggung jawab mereka sebagai ibu rumah tangga, mereka juga harus mencari nafkah bagi keluarga, di kala sang kepala keluarga tidak mampu diharapkan lagi. Pembunuhan yang terjadi tanpa berpikir, semata-mata karena rasa takut, ngeri sekaligus amarah yang meledak akibat beban yang ditanggung sekian lama, disertai perencanaan dan perbuatan secara ‘dingin’ oleh Masako, hingga konspirasi yang dilakukan antara keempat wanita tersebut, semuanya merupakan latar belakang yang cukup menarik untuk disimak lebih lanjut. Apakah mereka semuanya termasuk kategori psikopat pula, atau hanya merupakan manusia biasa yang depresi dan ‘meledak’ di saat emosi mengambil alih pikiran sehat ?

Tentang Penulis :
Natsuo Kirino lahir pada 7 Oktober 1951 di Kanazawa, Ishikawa Perfektur, Jepang. Dia dengan cepat membangun reputasi di negaranya sebagai novelis dan penulis kisah misteri dengan bakat yang langka, dengan menyajikan karya-karya yang berbeda dengan genre kisah kriminal pada umumnya. Hal ini dibuktikan saat dia memenangkan berbagai penghargaan prestisius dalam bidang literatur, mulai dari penghargaan Japan’s Grand Prix untuk kategori Fiksi Kriminal (Crime Fiction) di Jepang pada tahun 1998 untuk novelnya ‘Out’ dan Naoki Award (penghargaan tertinggi di dunia literatur Jepang) untuk novelnya ‘ Soft Cheeks’ di tahun 1999. Beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar, dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, terutama bahasa Inggris. Novelnya ‘Out’ merupakan novel pertama yang diterjemahkan dan diterbitkan dalam edisi berbahasa Inggris, hingga memperoleh nominasi dalam Edgar Award, dan telah diadapatasi pula ke layar lebar dalam versi Jepang disutradarai oleh Hideyuki Hirayama, dan saat rilis di tahun 2002 mendapat review serta tanggapan yang cukup ramai. Hak cipta kisah ini juga telah dibeli oleh New Line Cinema untuk dibuat film layar lebar versi Amerika dengan sutradara Hideo Nakata.

[ more about this author and related books, just check at here : Natsuo Kirino | on Wikipedia | on Goodreads | on IMDb ]

Best Regards,



Wednesday, March 27, 2013

Books "WHEN WE WERE ORPHANS"



Books “Masa-Masa Kita Yatim Piatu”
Judul Asli : WHEN WE WERE ORPHANS
Copyright © Kazuo Ishiguro 2000
Penerbit : Elex Media Komputindo
Alih Bahasa : Linda Boentaram
Cetakan I : September 2012 ; 416 hlm 

Period : 1920 – 1958 | London, Inggris – Shanghai, Cina
Christopher Banks lahir dan besar di Shanghai, Cina pada awal abad 20. Namun ia menjadi anak yatim piatu pada usia 9 tahun, setelah kedua orang tuanya ‘menghilang’ tanpa jejak. Pihak berwenang mengirim dirinya menyeberangi lautan untuk tinggal dan menetap bersama bibinya di Inggris. Christopher menjalani kehidupan barunya, peradaban serta budaya yang berbeda, dan ia berhasil beradaptasi meskipun tidak masuk dalam kelompok populer. 

Setelah lulus dari Cambridge University, ia menjalani kehidupan baru yang tenang dan santai di kediaman pribadinya, sebuah flat mungil di wilayah Kensington. Pertemuan tak disengaja dengan  James Osbourne – teman lama dari sekolah pada musim panas 1923, memicu serangkaian kejadian yang membawa dirinya berjumpa dengan wanita unik bernama Sarah Hemmings – gadis menarik yang menjadi bahan gunjingan karena perilakunya yang tidak sesuai dengan tradisi kalangan terhormat. 

Pertemuan kedua kalinya dengan gadis ini menimbulkan rasa malu dan amarah pada diri Christopher. Dan ketika tahun berlalu, saat ia berada di puncak karirnya sebagai detektif swasta yang kampiun, Sarah Hemmings justru muncul dan ‘memaksa’ agar ia mau memberikan bantuan untuk memasuki pesta gala kalangan atas, dimana Christopher sudah pasti diundang karena kesuksesannya memecahkan berbagai kasus di Inggris. Christopher tak terlalu memperhatikan perjumpaan tersebut, hingga tiba saat pesta gala diadakan, dan disanalah, di lobby gedung, Sarah menanti dirinya – kunci masuk ke dalam acara eksklusif. Dan Christopher berhasil membalas perlakuaan Sarah dahulu terhadap dirinya, dengan menolak gadis itu di depan umum. 


Insiden memalukan dan tak terlupakan itu semakin terngiang dan merubah hubungan di antara keduanya. Sarah yang penuh dengan tekad, tak pernah mau memperdulikan aturan serta tatanan pergaulan, mampu membawa dirinya memasuki dunia yang diinginkan. Dan Christopher yang tampak telah menjalani kehidupan kalangan atas yang diminati banyak orang, justru mendapati bahwa semua itu semu dan ia tak berminat lebih jauh untuk mengikuti arus pergaulan yang menjemukan. Apalagi diam-diam ia memiliki impian tersendiri, sesuatu yang memicu dirinya hingga memilih profesi sebagai seorang detektif. Christopher berniat mencari tahu keberadaan kedua orang tuanya yang lenyap di Shanghai berpuluh-puluh tahun silam. 

Christopher yang menutup rapat-rapat tentang masa lalunya di Shanghai, mendapati ia mampu bercerita kepada Sarah, yang tertarik dan menaruh minat pada cita-cita Christopher. Dan ketika keduanya terpisah karena alasan yang aneh, keduanya bertemu kembali di Shanghai, saat Christopher akhirnya beranjak mencari tahu sesuatu yang telah ‘mengendap’ di benak. Ia bahkan meninggalkan anak asuhnya Jennnifer ke dalam asrama sekolah, karena ia tak tahu akan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menemukan jejak kedua orang tuanya. Apalagi saat itu Shanghai bagian dari Cina, tengah dalam kondisi perang dengan pihak Jepang. 

Sementara itu Sarah Hemmings telah menikah dengan tokoh kelas atas Sir Cecil Medhusrt – sosok pencetus perdamaian, dan beliau datang langsung ke Shanghai dengan harapan mampu menyelesaikan pertikaian, namun ketrampilan di dunia politik Inggris ternyata tak mampu diterapkan di belahan dunia yang sibuk berperang. Alih-alih Sir Cecil terpuruk dalam perjudian dengan hutang yang semakin menumpuk. Sang istri yang jauh lebih muda dan menarik, yang dulu selalu menjadi kebanggannya, kini hanya sebagai pelampias kemarahan serta frustasi dirinya. 

Christopher yang melihat kondisi kedua pasangan ini, mau tak mau teringat akan situasi yang dialami kedua orang tuanya dulu. Kehidupan rumah tangga yang hangat, berubah karena sang ayah terikat pada perusahaan yang bekerja sama dengan para pedagang opium, sesuatu yang ditentang keras oleh istrinya dalam kampanye anti-opium. Mampukah Christopher memecahkan misteri yang telah terjadi bertahun-tahun silam ? Dan bagaimana ia meyikapi kehidupan pribadinya, terutama menyangkut seseorang yang menarik hatinya sekian lama ?
“...memang benar kau dibesarkan dengan bermacam-macam orang di sekelilingmu. Orang China, Prancis, Jerman, Amerika. Tidak heran kalau menjadi sedikit berdarah campuran. Tetapi itu bukan hal buruk. Kurasa tidak buruk jika anak-anak lelaki sepertimu tumbuh dengan sedikit pengarh di sana-sini. Kita semua mungkin bisa memperlakukan sesama jauh lebih baik. Mengurangi perang, misalnya. Mungkin suatu hari nanti, semua konflik ini akan berakhir, dan bukan karena para politisi hebat atau gereja atau organisasi seperti ini. Tetapi karena orang sudah berubah. Mereka akan menjadi seperti dirimu, Puffin. Lebih seperti campura. Tetapi kenapa tidak? Itu hal yang sehat.”
[ from ‘Where We Were Orphans’ by Kazuo Ishiguro | p. 102 -103 ]
Ini adalah buku pertama Kazuo Ishiguro yang kubaca, meskipun ‘The Remains of the Day’ dan ‘Never Let Me Go’ sudah cukup lama berada di tumpukan buku-buku. Rasa penasaran karena karakter yang berprofesi sebagai deteltif inilah yang membuatku memilih sebagai bacaan pertama karya penulis yang hampir seluruh novelnya masuk dalam daftar “100 Books To Read Before You Die”--- sungguh menggugah rasa penasaran, apa keistimewaan karya-karya beliau.

Alih-alih cerita detektif, kisah ini tentang perjalanan hidup Christopher Banks semenjak kanak-kanak hingga dewasa. Dengan menggunakan sudut pandang pertama, karakter ini mampu menyajikan gambaran situasi yang sedang terjadi. Namun dibutuhkan kesabaran untuk memperoleh gambaran besar karena penulis memilih cara ‘back-in-forward’ melalui berkas-berkas ingatan serta kenangan tokoh utama, sembari ia menjalani kehidupannya. Dengan mengandalkan ingatan masa kecil yang kabur, dan mengambil kesimpulan sesuai nalarnya sebagai orang dewasa, sedikit demi sedikit, mulai terpecahkan berbagai pertanyaan yang mengiringi diriku semenjak halaman-halaman depan. 

Mengambil tema sosial budaya yang berbeda, pertemuan antara Barat dan Timur, tercermin dalam kehidupan Christopher di Shanghai, terutama persahabatannya dengan Akira – anak keluarga Jepang yang juga harus beradaptasi di budaya multi-kultural ini. Penulis mampu menyelipkan konflik-konflik budaya serta tradisi lama, melawan pengaruh modern yang masuk. Bahkan memberikan ketegangan lewat topik perdagangan opium yang mana dibawa oleh bangsa Barat untuk menguasai dan menaklukan bangsa Timur, namun akhirnya kendali tersebut jatuh di tangan bangsa Timur yang mampu mendirikan kerajaan bisnis dunia. 

Apakah kisah ini cukup layak jika dinilai dari ide serta kompleksnya materi yang dimasukan, termasuk pandangan politik yang jelas-jelas mencemooh kaum birokrat Barat. Namun ada beberapa hal yang sedikit mengganjal. Jika memang sosok Christopher Banks adalah penyelidik yang brilian, mengapa ia tak mampu menepiskan anjuran sesamanya bahwa misi penyelamatan setelah berpuluh-puluh tahun di tempat kejadian yang menjadi medan perang adalah sesuatu yang absurb bahkan tidak sesuai dengan logika. Perlakuannya setelah berjumpa kembali dengan Akira sebagai musuh, juga menunjukkan seperti orang yang terobsesi dengan Impian yang dibangunnya bertahun-tahun.

 I don’t know whether this character means to be ‘naive’ or ‘crazy’ --- well, maybe its up to the reader to decide. But when the final of the searching meets the answers, only silent and peace – something that maybe the answers to many people for their entire life. I close this book with the sweet and calm reaction. So many thing happen on life, sometimes the answers is not what you need to know, sometimes you just enjoy it every moment.  

Tentang Penulis :
Kazuo Ishiguro, lahir di Nagasaki, Jepang pada tanggal 8 November 1954, namun keluarga bermigrasi ke Inggris di tahun 1960. Ia memperoleh gelar BA dari University of Kent di tahun 1978 dan gelar Master dari University of East Anglia untuk ‘creative writing course’ di tahun 1980. Ia secara resmi menjadi warga negara Inggris pada tahun 1982. 

Beliau merupakan salah satu penulis fiksi kontemporer yang banyak dibicarakan dan diakui dalam dunia penulisan di Inggris, dan karya-karyanya memperoleh banyak sorotan serta penghargaan International. Mulai dari 4 nominasi untuk Man Booker Prize, dan memenangkan salah satunya lewat “The Remains of the Day” pada tahun 1989, hingga kisah ini diangkat ke layar lebar dengan judul sama, dibintangi oleh Sir Anthony Hopkins dan Emma Thompson.  Kemudian anugerah OBE pada tahun 1995, hingga Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres pada tahun 1998. Pada tahun 2008, The Times menempatkan beliau pada posisi ke-32 dari daftar  50 penulis Inggris ternama semenjak 1945.  

Novel pertamanya ‘A Pale View of Hills’memperoleh penghargaan Winifred Hotlby Memorial Prize di tahun 1982. Menyusul novel keduanya ‘ An Artist of the Floating World’ yang memperoleh Whitbread Prize di tahun 1986. Kesuksesan novel ke-3 ‘The Remains of the Day’  (1989)disusul dengan rilisnya ‘The Unconsoled’ (1995) dan ‘When We Were Orphans’ (2000). Novel terbarunya ‘Never Let Me Go’ (2005) masuk dalam daftar 100 Novels Inggris terbaik versi Times Magazine, dan diangkat pula ke layar lebar dan rilis September 2010, dibintangi oleh Keira Knightley, Andrew Garfield dan Carey Mulligan.

Best Regards,

 

Books "KAZE"



Books : “KAZE”
Judul Asli : DEATH AT THE CROSSROADS
Copyright © 1998 by Dale Furutani Flanagan
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Meithya Rose
Editor : Andhy Romdani
Proff Reader : Ocllivia Dwiyanti P.
Illustrations by Rahmat Gandari
Cover by Dodi Rosadi
Cetakan ke-01 : November 2008 ; 384 hlm

Kesan :
Buku ini merupakan bagian pertama dari trilogi yang ditulis oleh Dale Furutani-seorang keturunan Jepang-Amerika, dimana suatu hari ia terinspirasi untuk membuat kisah tentang kehidupan masyarakat Jepang terutama dalam masa peralihan sekitar tahun 1603 – suatu masa dimana selama 250 tahun kemudian Jepang dibawah kendali Tokugawa Shogunate.

Yang membuat kisah ini agak berbeda karena penulis memilih pendekatan dengan menulis fiksi berbau misteri – mengingat masyarakat pada waktu itu juga masih memegang kepercayaan akan adanya roh-roh jahat serta pemujaan dewa-dewa. Walaupun tema yang disajikan dapat dikatakan cukup sederhana, namun cara penulisan dengan dialog-dialog yang menyisipkan istilah serta kata-kata Jepang, mampu membuat pembaca seakan menonton sandiwara Jepang ( dengan bahasa yang lebih mudah dipahami tentunya ).

Selain menampilkan tokoh utama seorang Samurai bernama Matsuyama Kaze, penulis juga menyelipkan berbagai karakter yang mewarnai kisah ini – mereka terutama adalah korban-korban peperangan tiada henti yakni rakyat jelata.  Kisah kehidupan mereka dituturkan dengan manis, walaupun hanya sedikit namun mampu memberikan gambaran sekilas tentang keadaan pada jaman tersebut.


Paling tidak buku ini cukup memberikan hiburan bagi pembacanya dan tidak termasuk kategori bacaan berat, dan akhirnya hanya berharap semoga kelanjutan seri ini mampu pula disajikan oleh penerbit dengan kualitas yang lebih baik lagi dan dalam waktu yang tidak terlampau lama … paling tidak dalam 1-2 bulan ( at least tidak seperti nasib kisah Sister Grimm, padahal seri kisah ini tidak kalah bagus dengan buku-buku terbitan lain dengan kategori yang sama … )

Hanya satu ganjalan – covernya sangat tidak cocok untuk mencerminkan sosok samurai pada jaman tersebut, mungkin bertujuan hendak menarik pembaca dengan memasang cover foto model / bintang film ( yang jelas kelihatan banget klo mereka hasil produksi jaman modern dengan tampang ke-indo-an … masih lebih tampak menarik cover movie-nya The Last Samurai ) , malah mungkin bisa lebih bagus tanpa cover berupa foto seperti itu tapi menggunakan siluet sosok samurai or gambaran peperangan era tersebut.

Sinopsis :
[ source ]
Kisah ini mengambil latar belakang Jepang dalam masa pemerintahan klan Tokugawa di bawah pimpinan Lord Ieyasu. Masyarakat Jepang mengalami transisi dari pemerintahan sebelumnya Lord Hideyoshi yang mangkat, sehingga garis kekuasaan klan Taiko terhenti akibat makar yang dilakukakan oleh Tokugawa Ieyasu.

Kisah petualangan dimulai dengan penemuan sosok mayat di tengah persimpangan jalan yang menghubungkan desa Suzaka (timur), desa Higashi dan keresidenan Rikuzen  (selatan), keresidenan Uzen (utara) serta pegunungan Fukuto (barat)

Yang menemukan mayat tersebut pertama kali adalah Jiro, petani yang beralih menjadi tukang jual arang. Penemu kedua adalah seorang samurai tak bertuan (ronin) yang kebetulan juga lewat pada waktu bersamaan. Samurai tersebut bernama Matsuyama Kaze. Ia sebenarnya adalah samurai yang mengabdi pada salah satu shogun penguasa yang berpihak pada Taiko Hideyoshi, dan saat tuannya tewas dalam pertempuran melawan pasukan Tokugawa Ieyasu, ia hanya berhasil menyelamatkan sang Putri, istri tuannya dari penangkapan. Namun putri satu-satunya dari keluarga tersebut, tertangkap dan menghilang. Kaze mengemban misi khusus yang menjadi tanggung jawab seumur hidupnya, yakni menemukan jejak putri tunggal tuannya dan menyelamatkannya.

Kisah berlanjut dengan keributan yang disebabkan oleh kedatangan Magistrat Wilayah setempat yang bernama Nagato Takamasu bersama pengawalnya, beliau menerima laporan dari Jiro, si tukang arang yang segera lari menuju desanya, desa Suzaka saat melihat kedatangan sang samurai di persimopangan.

Kaze langsung melihat ketidakberesan serta ketidak pedulian sang Magistrat dalam menangani penemuan tersebut. Alih-alih menyelidiki lebih dalam, beliau cenderung mencari jalan aman dengan menguburkan mayat serta perkara tersebut. Semula Kaze tidak akan ikut campur terlalu dalam, namun saat dirinya beserta Jiro ditangkap oleh Magistrat dengan tuduhan sebagai tersangka pembunuhan, maka ia pun bertekad menyelesaikan misteri yang menyelimuti desa Suzaka dan sekitarnya.

Niat Magistrat yang hendak melenyapkan Kaze beserta Jiro tanpa diduga mendapat hambatan justru dari Sang Penguasa Wilayah–Lord Manase yang terpikat dengan kecerdikan sang Samurai–Matsuyama Kaze. Memanfaatkan daya tariknya, Kaze berhasil mendapatkan penundaan atas hukuman mati yang sedianya akan segera menimpa Jiro – dengan janji bahwa Kaze harus dapat menngungkapkan siapa dalang pembunuhan sebenarnya.

[ source ]
Petunjuk utama yang diperoleh Kaze adalah anak panah yang digunakan unuk membunuh samurai tak dikenal itu. Anak panah tersebut memiliki keistimewaan yang menunjukkan bahwa pemiliknya pastilah bukan orang kebanyakan. Semula Kaze melakukan pnyelidikan bersama Magistrat Nagato bersama anak buahnya ( tentu saja atas perintah Lord Manase ), namun setelah Kaze mendapati dirinya diserang oleh kawanan Kuemon ( =bandit ) yang ternyata diketahui diam-diam bekerja sama dengan Magistrat, hal itu membuktikan kecurigaan Kaze sejak awal akan kebobrokan sistem peradilan di wilayah itu. Maka Kaze memutuskan menempuh jalur yang berbeda karena ia harus segera menuntaskan penyelidikan kasus ini agar dapat segera melanjutkan misinya semula – terutama saat kemunculan Obake-hantu dari mendiang istri tuannya, yang mengingatkan akan janjinya untuk menemukan putri mereka yang hilang.

Dari Jiro, Kaze mendapat saran agar mengikuti jejak Aoi-seorang pelacur Desa Suzaka yang kerap bertandang ke sarang para penyamun. Pada akhirnya Kaze menemukan persembunyian kawanan Kuemon dan melihat jumlah mereka yang sangat banyak, sungguh tak maungkin ia melawan seorang diri sehebat apapun permainan pedangnya. Maka menggunakan kecerdasan otak serta taktik perang, Kaze mulai menyusun siasat memanfaatkan Aoi guna menyebarkan ketakutan di antara kawanan tersebut.

Matsuyama Kaze – sebagai seorang samurai memperoleh banyak pembelajaran dari pertemuannya dengan orang-orang yang sebelumnya tak pernah dipandang sebelah mata. Sebagaimana kehidupan samurai yang mengabdi pada Shogun, maka ia pun dituntut membela serta membantu penguasa lain dalam pemerintahan karena posisi serta status mereka sebagai tuan bagi para samurai. Namun seiring dengan waktu, dalam sepanjang perjalanan petualangannya, Kaze justru banyak melihat ketidak-adilan yang menimpa rakyat jelata justru akibat kesewenang-wenangan para penguasa setempat.

[ source ]
Maka Kaze-sang Samurai menjadi sosok yang lebih manusiawi dan lebih ber-empati pada beberapa orang, contohnya bagaimana ia bahkan mengampuni nyawa Hachiro-salah satu anggota Kuemon yang menjadi pengikut alih-alih sebagai akibat korban perang ( Hachiro kecil  menyaksikan keluarganya tewas dibantai oleh tentara Tokugawa dalam perebutan kekuasaan ), bagaimana pada akhirnya ia menuntut keadilan atas pembunuhan Hachiro oleh seorang penguasa dan mengapa ia menemukan kesamaan dirinya dengan Jiro-sang penjual arang yang tak pernah dipandang sebelah mata oleh kalangan dimana dulu ia berada ( kasih sayang & cinta kasih Jiro terhadap mendiang istrinya mampu mengalahkan perasaan Kaze yang juga ditinggal oleh istri beserta putra-putrinya yang tewas bunuh diri / hara-kiri demi membela kehormatan saat kejatuhan pemerintahan Hideyoshi ). Bahkan Kaze membantu menyembunyikan pembunuhan sang Magistrat yang dilakukan oleh Ichiro-Kepala Desa demi membela putrinya yang hendak diperkosa ( hal tersebut bertolak belakang dengan aturan sistem peradilan pada waktu itu dimana rakyat biasa tak memiliki hak untuk bebas memilih bahkan demi keadilan sekali pun ).

Dengan menumpas akar kejahatan serta keserakahan di wilayah Desa Suzaka, Kaze melanjutkan perjalanan mengikuti petunjuk yang tanpa sengaja diperolehnya yang akan membawa dirinya pada sang Putri. Kaze belajar ketabahan hati serta keuletan justru dari orang-orang kecil / rakyat jelata serta lebih menghargai nilai-nilai kehidupan diatas martabat, kehormatan maupun status sosial sekaligus bahwa balas dendam justru hanya akan membawa kesengsaraan baru bagi orang lain.

Tentang Penulis :
Dale Furutani lahir di Hilo-Hawaii, pada tanggal 1 Desember 1946, merupakan generasi ketiga dari keturunan Jepang-Amerika / sansei. Keluarganya berasal dari Pulau Oshima, Selatan Hiroshima. Kakek & neneknya datang di Hawaii pada tahun 1896 sebagai pekerja di sebuah pabrik gula, namun kakeknya memutuskan kontrak karena bisnis ikan yang digelutinya lebih berhasil. 

Ketika berusia enam tahun, Dale kecil diadopsi oleh John Flanagan dan pindah ke California. Pengalaman buruknya mendapat perlakuan rasialis dari teman-teman sekolahnya hanya karena dia satu-satunya orang Asia di sekolahnya, tak menghalangi Dale muda untuk melambungkan imajinasinya. 

Dale memperoleh gelar akademis di bidang penulisan kreatif dari California State University, Long Beach serta gelar MBA di bidang pemasaran dan sistem informasi dari UCLA. Pada tahun 1993, novel pertamanya ‘Death in Little Tokyo’ meraih Anthony Award dan Macavity Award untuk Novel Misteri Debutan Terbaik. 

[ more about the author and his related works, check on here : Dale Furutani's Site | on Wikipedia ]

Best Regards,

 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...