Translate

Showing posts with label Modern Drama. Show all posts
Showing posts with label Modern Drama. Show all posts

Saturday, April 20, 2013

Books "A WEREWOLF BOY"

Judul Asli : A WEREWOLF BOY
Text Copyright © 2012 Kim Mi Ri
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Juliana Tan & Iingliana
Cetakan I : April 2013 ; 208 hlm
Rate : 3,5 of 5
Sepanjang malam aku menunggu matahari terbit di luar jendela
Karena begitu pagi tiba, aku bisa bertemu dengannya
Terima kasih karena menggengam tangnku
Terima kasih karena menatap mataku
Terima kasih karena kau yang kunanti-nanti akhirnya tiba di sini
Sepanjang hari aku menunggu bulan muncul di langit
Karena begitu malam tiba, aku bisa berbicara denganmu
Jangan lupakan janji kita
Jangn lupakan rahasia kita
Jangan lupakan betapa jantungku berdebar keras
Ketika menatap matamu
Betapa aku mencintai senyummu
Alkisah di sebuah tempat terpencil di Korea, hidupnya seorang pria, seorang ilmuwan, menyendiri, tak pernah berhubungan dengan siapa pun termasuk tetangga terdekat yang hanya segelintir. Ia menjalani kehidupan pribadi yang sunyi dan sepi hanya ditemani kawanan serigala yang dikurung dalam sebuah gubuk di dekat rumahnya. Hingga pada suatu hari, tepatnya di awal musim gugur tahun 1963, mendadak sang ilmuwan terkena serangan jantung dan tewas tanpa ada seorang pun di sisinya, meninggalkan warisan serta rahasia yang tak diketahui oleh siapa pun.

Tiga tahun kemudian, di tempat yang sama, sebuah keluarga terdiri dari seorang janda beserta kedua putrinya, pindah ke tempat itu. Mereka baru saja mengalami tragedi besar, sang suami, ayah, kepala keluarga, meninggal dunia dan meninggalkan segala kesulitan serta kerumitan uang memaksa mereka harus pindah dari kota. Putri tertua bernama Kim Sooni – memiliki kondisi kesehatan yang memaksanya harus banyak beristirahat dan tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah biasa. Si bungsu yang lincah serta tomboi bernama Kim Soon Ja, tidak terlalu peduli dengan perbedaan kondisi kehidupan yang mereka alami. Sedangkan sang ibu harus menguatkan diri guna membangun kembali keluarganya.


[ source ]
Pertemuan tak terduga dengan sosok makhluk aneh yang ternyata berdiam di dalam gubuk kumuh di dekat rumah baru mereka, merubah segalanya. Makhluk aneh itu adalah remaja laki-laki yang mirip gelandangan miskin serta kelaparan. Anehnya ia tidak mampu berbicara atau berkomunikasi secara normal, tingkah lakunya terkadang tenang, namun sewaktu-waktu bisa menjadi beringas serta menakutkan. Namun seiring dengan waktu, sedikit demi sedikit ia berubah berkat perlakuan sang ibu yang lembut hati, Soon Ja yang periang bahkan Sooni yang masih suka marah-marah akibat kepindahan mereka, menemukan daya tarik tersendiri pada diri bocah laki-laki ini. Mereka bahkan memberinya nama : Cheol Soo. Karena pihak kepolisian maupun badan sosial tidak bersedia mengurus bocah gelandangan ini, maka keluarga Sooni secara tidak langsung ‘mengadopsi’ Cheol Soo. 

Kehidupan baru keluarga ini mulai berjalan dengan lebih baik. Hingga muncul sumber keonaran bernama Hwang Ji Tae – putra mantan partner ayah Sooni, yang sombong, arogan serta senantiasa mencari kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi dengan segala cara. Ji Tae tertarik pada Sooni yang tak pernah mau menerima ajakannya. Ia bahkan berniat melakukan hal-hal buruk dengan memanfaatkan kesempatan saat keluarga Sonni dalam kesulitan. Rencananya untuk memperdaya Sooni terganggu dengan adanya Cheol Soo yang selalu berada di dekat Sooni. Bocah aneh yang tak bisa berbicara itu memiliki kekuatan aneh serta pandangan menakutkan bagi diri Ji Tae yang menganggap dirinya tak terkalahkan. Dan suatu hari Ji Tae menemukan cara untuk memanfaatkan keberadaan Cheol Soo sebagai kambing hitam segala permasalahannya, dan Ji Tae akan dapat meraih dua hal sekaligus : menyingkirkan Cheol Soo dan memiliki Sooni.

[ source ]
Kisah yang diangkat dari sebuah melodrama populer di Korea, yang dibintangi oleh Song Joong Ki sebagai Cheol Soo dan Park Bo Young sebagai Kim Sooni ini, dituturkan ulang oleh Kim  Mi Ri dengan kalimat-kalimat yang lugas dan cukup menarik. Meski pada dasarnya diriku bukanlah penggemar kisah melodrama modern Korea, apalagi membaca kisah drama populer yang penuh dengan gaya bahasa serta ungkapan ynag cukup ‘aneh’ jika diterjemahkan, untuk kali ini mampu memberikan kesan yang cukup dalam. Anehnya kesan tersebut justru kudapati menjelang akhir hingga ending kisah ini. Yang berdampak pada ‘bocornya-kantong-air-mata’ akibat kalimat-kalimat pendek yang tercantum di lembar-lembar akhir kisah ini. Dengan menggunakan penuturan ‘flash-back’ ke masa silam, tepatnya empat puluh tujuh kemudian, sosok Sooni yang telah menjalani kehidupan baru di Amerika, kembali ke Korea untuk mendapati kenangan serta janji masa lalunya tetap setia menanti dirinya di tempat yang sama.
Ketika Cheol Soo kembali ke pondok, tidak ada siapa pun di dalamnya. Rumah itu kosong melompong. Sooni, Ibu, dan Soon Ja tidak ada di sana. Yang tertinggal hanya sebuah gitar dengan sehelai kertas bertuliskan : “Tunggulah. Aku akan kembali menemuimu.”
Maka Cheol Soo menanti dan menanti. Mulai ulat berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan terbang bebas di padang penuh bunga yang berkembang, hingga satu demi satu kelopaknya berguguran, digantikan turunnya butiran salju, menanti kemunculan kupu-kupu baru dari kepompongnya.
" A WEREWOLF BOY | 2012 Movies Trailer " [ source : www.youtube.com ]

[ more about “A Werewolf Boy”, also check on here : Official Website (Korean) | Official Website (USA) | Internet Movie Database| Wikipedia ]

Best Regards,

Sunday, March 31, 2013

Books "DREAMS OF JOY"



Books “IMPIAN JOY”
Judul Asli : DREAMS OF JOY
Copyright © 2011 by Lisa See
Penerbit Gradien Mediatama
Alih Bahasa : Martha Pratana
Editor : Mariani Sutanto & Ang Tek Khun
Desain sampul : Heavenly-illusioniz Studio
Cetakan I : Februari 2013 ; 520 hlm
Rate : 4 of 5
[ Review in Bahasa Indonesia & English ]

“Ma, aku tidak tahu lagi siapa diriku ini. Aku juga tak bisa memahami negeri ini lagi. Negeri ini telah membunuh papa. Aku tahu, Mama akan berkata bahwa aku ini orang yang sedang kebingungan dan aku ini goblok. Mungkin Mama benar, tetapi aku harus mendapatkan jawabannya. Barangkali Negeri Cina adalah rumahku yang sesungguhnya...” [ p. 14 – 15 ]
Kisah ini dibuka dengan sepucuk surat yang ditulis oleh Joy – gadis remaja yang baru saja mengalami tragedi dalam kehidupannya, dan kemudian mendapati bahwa kehidupan yang selama ini dijalaninya ternyata merupakan kebohongan semata. Joy menemukan bahwa dirinya bukan putri kandung kedua orang tuanya. Pearl – sang ibu yang membesarkan dirinya semenjak bayi sebenarnya adalah bibinya, sedangkan May – sang bibi justru merupakan ibu kandung Joy, yang hamil saat remaja dengan seorang seniman asal Cina, sebelum keduanya Pearl dan May melarikan diri ke Amerika. Ayah yang membesarkan Joy bukanlah ayah kandungnya, namun beliau meninggal dengan menggantung diri akibat tekanan dan ancaman dari pihak FBI yang menyelidiki keterkaitan dirinya dengan organisasi terlarang serta pergerakan komunis dari Cina. Penyesalan Joy serta rasa bersalah, membuatnya mengambil keputusan nekad, ia melarikan diri dari kediamannya di Los Angeles, Amerika dan terbang menuju negeri Cina, mencari ayah kandung yang tak pernah dikenalnya.


Tindakan Joy yang bukan saja nekad tetapi juga dipenuhi oleh semangat membabi-buta akan kampanye reformasi yang sedang digaungkan oleh Pemimpin Mao terhadap Republik Rakyat Cina yang baru. Tanpa pengetahun yang mendalam, ia menuruti kata hatinya dan bersikeras bahwa hal tersebut adalah satu-satunya jalan guna menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya. Perjalanan panjang dari Amerika hingga Hongkong dan akhirnya memasuki negeri Cina yang sedang dalam situasi ‘panas’, perjuangannya untuk menemukan pria yang merupakan ayah kandungnya, semuanya dilakukan tanpa perbekalan apapun, hingga hal tersebut membawanya ke sebuah desa yang merupakan proyek pemerintah yang harus dijalani oleh ayah kandungnya, seorang seniman ternama di Cina yang masuk dalam daftar hitam gerakan komunis saat itu.

[ source ]
Kisah ini bergulir dengan menampilkan perjalanan kehidupan 3 orang wanita, yaitu Joy – gadis remaja yang naif dan memiliki temperamen tinggi serta watak keras kepala ; Pearl – sang ibu yang membesarkan dan mengasih bayi yang diasuhnya mulai kanak-kanak hingga remaja, menyusul dan berusaha keras mengembalikan sang putri yang menolak dirinya, demi keselamatan jiwanya yang tak disadari telah terjerumus dalam doktrinasi propaganda komunis ; serta May – sang bibi serta ibu kandung Joy, saudara kandung Pearl, dimana keduanya sama-sama mencintai pria yang sama semasa remaja di Cina, namun dirinya yang hamil oleh pria tersebut. Masing-masing pihak telah mengorbankan sesuatu yang berharga dalam kehidupan mereka, dan kini di saat bahaya menghadang nyawa keluarga yang mereka cintai, saat hukum serta peraturan antara dua negara yang berbeda disertai peperangan serta propaganda pemerintahan RRC yang baru dan ekstrem, mereka harus bersatu demi menemukan jalan keluar dari siksaan dan kematian yang mengerikan.

Dengan latar belakang ‘The Great Leap Forward’ (Lompatan Jauh ke Masa Depan) yang terjadi sepanjang tahun 1958 hingga tahun 1962, kisah tentang perjuangan dan kekuatan kasih sebuah keluarga dijalin dengan sajian yang menyentuh sekaligus mendebarkan. Kampanye serta propaganda yang dilakukan oleh Pemimpin Mao untuk melakukan modernisasi pada perekonomian Cina dengan harapan pada tahun 1988, Cina dapat memiliki ekonomi yang setanding dengan Amerika, sebuah cita-cita yang baik dan memukau, dan mampu memberikan hasil yang diminta. Sayangnya prestasi tersebut dikotori dengan pengorbanan rakyat jelata, yang diperas tenaga dan sumber dayanya, hingga mereka mengalami masa paceklik berkepanjangan, kelaparan dan kematian melanda, ribuan nyawa melayang akibat permainan kotor para pejabat pemerintahan yang mencari keuntungan demi penghargaan akan hasil panen serta kontribusi tertinggi. Kisah yang merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya ‘Shanghai Girls’ yang berkisah tentang pejalanan dua orang gadis bernama Pearl dan May yang terjepit dalam suasana perang di Shanghai, Cina, serta usaha pelarian menuju Amerika melalui jalur pernikahan yang telah diatur, dimana keduanya telah jatuh hati pada sosok seniman di Cina.

Sekali lagi penulis mampu memberikan porsi yang cukup menggigit bagi masing-masing karakter, disertai kehalusan, keindahan serta penuturan bagai membaca jurnal dari ke-3 sosok wanita yang memiliki watak serta karakter yang berbeda-beda, terpecah belah pada awalnya, namun pada akhirnya mereka bersatu demi satu tujuan : menyelamatkan nyawa baru yang hadir dalam keluarga mereka – bayi mungil, seorang calon gadis yang terjebak dalam teror serta kejaran pasukan pemerintahan Cina. Memasuki awal-awal kisah yang menggambarkan keegoisan serta sifat keras kepala Joy yang berbuat sekehendak hatinya, tidak terlalu mengindahkan perbedaaan mendasar bahwa ia hidup di negara Cina, yang sama sekali berbeda dengan Amerika. Dengan menggunakan soosk Joy, pembaca akan dibawa pada kepandaian propaganda pemerintahan komunis Cina, yang menuntut kehidupan sama rata – sama kedudukan – keadilan bagi semua. Tiada satu pun orang yang boleh hidup berlebih atau menonjolkan diri, semua berkat serta keuntungan harus dibagi bersama. Bagi seseorang yang memiliki ideologi tinggi, kehidupan seperti ini merupakan Impian sempurna bagi Joy, dan ia menutup mata atas segala kekurangan serta nasehat dari sang ibu yang telah jauh-jauh menyusul bahkan bersedia menjalani kehidupan berat di Cina demi membawa pulang kembali putrinya.

[ source ]
Cara indoktrinasi serta program ‘cuci-otak’ yang diterapkan pada masyarakat pedesaan sungguh menakjubkan sekaligus mengerikan. Masing-masing tak menyadari situasi yang semakin lama semakin berubah, bahkan ketika penderitaan semakin tak tertahankan, politik memecah belah dan mengadu domab berhasil diterapkan hingga pihak-pihak yang  berani melawan akhirnya terkalahkan bahkan tewas di tangan sesama kenalan bahkan anggota keluarganya sendiri. Kelaparan yang terjadi sangat mengerikan hingga membunuh dan memakan bayi-bayi  terutama anak-anak perempuan (di Cina, anak perempuan dianggap tidak berharga bahkan merupakan beban keluarga). Joy yang telah mengecap kehidupan  di Amerika memiliki pemahaman yang berbeda, namun ketika akhirnya ia sadar, sudah terlambat untuk melarikan diri bahkan mencoba berhubungan dengan keluarganya di kota, karena pemerintah menutup jalur komunikasi antara desa-desa yang menjadi korban dengan kota-kota besar. Di saat para pejabat penting dan penduduk kota besar menikmati kenyamanan serta kenikmatan yang melimpah yang disediakan oleh setiap tetes keringat serta darah penduduk pedesaan, dunia luar hanya mengetahui keberhasilan Pemimpin Mao dan penyebaran paham komunis, hingga kekuatan para wanita, para ibu demi menyelamatkan nyawa putrinya, baik May, Pearl dan Joy, dengan bantuan beberapa pihak yang bersimpati, dimulailah pergerakan bawah tanah untuk menyelamatkan nyawa yang masih tersisa dan menunjukkan bukti pada dunia luar.

Conclusion :
Reading story involving War always gave me such ‘dreadful-feelings’ like when I read something with Holocaust themes, how humans can prey into others humans those image cannot relive on my mind. This story also involving War but a very different kind of War – it’s not involving shooting on others (at least in directly) but the main purpose and the result are equally devastating and worse like any others Wars. History takes note on the tragedy behind ‘The Great Leap Forward’ – an campaign announce by the Great Chief Mao between 1958 until 1962, that’s takes hundreds of casualties from adult until babies, who suffers from hunger and poverty. If you like reading such historical fiction, this story will intrigue you from start until the end, ‘cause the author also puts many surprises and very intense stories until the end.

[ source ]
What I really like, the characters are not some super-hero, just an ordinary women, who works in hard and heavy labor, but yet they still use their imagination and cleverness to puts something different into their works. Like when they have to communicate among them, all letters are open-up and read, and all packages are comfiscated by censoric team, but they manage to slip away their message or something else, like hidden money. Or when Pearl used the posters with their picture, cut-slice-glue them into becoming shoes as the message to her daughter, ‘cause inside Cina (specially in common people) paper are hard to find at that time, books are limited to personal who works approve by government. When you are not allow to have personal belonging ‘cause it will proove you are as the opportunistis againts communist peoples, then you have to think smart not to let any one know you hidden secret, like what Pearl do, to save something for her family. And when government close the only way to communicate between others, forbid all the media to prevent any news inside and outside the community, Joy inventing a clever ways to tell her story to the world and send her message to her family, pour her heart into mural-paintings. This is a story that tell that no such stories can be held hostage by some government ‘cause there’s so many ways to tell them into the world. Love it !!!

Tentang Penulis :
[ source ]
Lisa See adalah penulis yang masuk dalam jajaran penulis laris versi New York Times. Ia telah menghasilkan berbagai karya tulis yang mendapat pengakuan baik melalui khalayak umum maupun penghargaan di bidang literatur, di antaranya : Shanghai Girls, Peony in Love, Snow Flower and the Secret Fan (yang telah diangkat ke layar lebar dengan judul sama), Flower Net (memperoleh nominasi dalam Edgar Award), The Interior, dan Dragon Bones.

Organisasi Chinese American Women (Perempuan Cina Amerika) bahkan memberikan penghargaan National Woman of the Year pada tahun 2001. Kini beliau tinggal di Los Angeles, Amerika bersama keluarganya. Untuk mengenal lebih jauh tentang beliau serta karya-karyanya, silahkan berkunjung di situs resminya : Lisa See's Site atau follow akun twitternya di : @Lisa_See

[ more about this story, also check on : Lisa See | Shanghai Girls | Dreams of Joy ]

Best Regards,


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...