Books
“PASANGAN SEMPURNA”
by Eloisa James
Penerbit Dastan
Books
Alih Bahasa :
Nila Suri
Editor : Yudi
Iswanto
Cetakan I :
November 2011 ; 516 hlm ; ISBN 978-602-9267-38-9
Harga Normal :
Rp. 55.000,-
Leopold Daughtry
atau lebih dikenal sebagai Duke of Villiers telah sangat dikenal oleh kalangan
atas, walau hal itu bukan sebagai pujian melainkan akibat rangkaian skandal
yang muncul akibat reputasinya mengambil langkah-langkah tak terduga dalam
hubungannya dengan manusia lain, baik kaum pria maupun wanita. Namun bagi
pembaca serial ini, lebih mengenal karakternya sebagai pria yang ‘nyaris’
bertunangan / menikah dengan wanita yang anehnya kemudian berubah memilih pria
lain. Mulai dari Lady Roberta Giles yang akhirnya menikah dengan Earl of
Griffin, dan menyebabkan Duke of Villiers terluka cukup parah saat melakukan
duel (baca : Desperate Duchesses),
kemudian ia berusaha memikat Jemma Reeve (adik Earl of Griffin) yang membuatnya
berhadapan dengan Duke of Beaumont, suaminya, sekaligus (mantan) sahabat dekat
Villiers.
Hadirnya
Charlotte Tatlock saat Villiers dalam kondisi hidup-mati (baca : An
Affair Before Christmas), sosok yang digosipkan memiliki ‘hubungan
khusus’ dengan Duke of Beaumont, namun justru pembangkit semangat hidup
Villiers hingga ia berjuang untuk melahan rasa sakitnya, berakhir dengan
pulihnya kondisi Villiers dan Charlotte yang sempat ia lamar, justru menikah
dengan kerabatnya, pewaris gelar Duke Villiers selanjutnya (jika sampai ajal
merenggut, ia tidak memiliki keturunan resmi). Tidak puas dengan
petualangan-petualangan tersebut, Villiers kembali terlibat dalam kerumitan saat
ia muncul untuk membantu Harriet – Duchess of Berrow, sahabat karib sekaligus
sumber penyesalan dalam menyangkut kematian suaminya, ketika ia dalam
penyamaran agar bisa masuk ke pesta eksklusiif Lord Strange (baca : Duchess
By Night), dan menyatukan kembali hubungan putus-sambung antara
Isobel dan Simeon (baca : When
The Duke Returns)
Namun peran
terbesar sekaligus awal dari babak baru kehidupan yang akan ditempuh oleh Duke
of Villiers, justru berkaitan erat dengan pasangan Beaumont (baca : This
Duchess of Mine). Setelah hubungan dan rumah tangga Elijah serta
Jemma berganti haluan ke arah yang jauh lebih baik, hal tersebut juga mendorong
Leopold mengambil keputusan penting menyangkut masa depan anak-anaknya, atau
lebih tepat disebut sebagai ‘anak haram’ mengingat hingga saat ini, Duke of
Villiers berstatus bujangan secara hukum. Pria yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan untuk melakukan ‘apa pun’ sesuka hatinya tanpa terlalu memperdulikan
aturan main atau tata krama yang berlaku, mendadak tergerak untuk membesarkan
anak-anaknya dalam satu naungan. Dan kemudian masalah demi masalah pun muncul,
membuka mata sang Duke seberapa jauh ia telah bersikap acuh hingga memakan
korban keturunannya ...
Buku ke-6 seri
ini merupakan bacaan yang paling menarik dibandingkan ke-5 buku sebelumnya.
Bukan saja menyangkut ‘anehnya’ hubungan antara Duke of Villier dan Lady
Eleanor Lindel – putri Duke of Montague, dan salah satu kandidat yang hendak
dijadikan istri (sekaligus ibu bagi ke-6 anaknya) sang Duke, melainkan juga
interaksi yang tak kalah ‘unik’ antara Lady Eleanor dan Lady Lisette Elys,
putri Duke of Gilner, kandidat lainnya. Namun yang menjadi daya tarik bagi
diriku pribadi adalah upaya pencarian sang Duke untuk menemukan ke-6 anaknya
yang ternyata tidak diketahui keberadaannya, tersebar di antero London, berkat
ulah pengacaranya Templeton.
Templeton
(namanya diambil dari karakter tikus licik dari kisah klasik ‘Charlotte’s Webb)
yang ternyata menyimpan sendiri dana perwalian yang selama ini diberikan oleh
Duke Villier untuk menjamin kenyamanan, keamanan dan kelangsungan ke-6 anaknya,
dan ‘menjual’ anak-anak tersebut ke pihak-pihak yang memiliki kepentingan menakutkan
bagi mereka. Leopold Daughtry harus turun tangan, menemukan dan pada akhirnya
menyelamatkan putra-putrinya satu demi satu. Mulai yang paling tua, Tobias atau
lebih suka dipanggil Juby – panggilan sayang Mrs. Jobber, orang tua angkat yang
pengasih sebelum Templeton merenggutnya dan menjual pada pria yang memperbudak
anak-anak untuk bekerja memulung dari lumpur sungai, bocah berusia 12 tahun ini
sangat keras kepala sekaligus memiliki sikap dan ketangguhan serupa dengan sang
Duke (bisa dibayangkan bagaimana mereka berdua saling ‘berhadapan’ ...)
Awal perjalanan
pencarian Duke of Villier untuk menemukan ke-6 anak haramnya, dimulai dalam
kisah sebelumnya (baca : This
Duchess of Mine), dan berlanjut sepanjang buku ini. Menyusul si
kembar Phoebe dan Lucinda, gadis cilik pemimpin sekaligus pemberontak melawan
wanita yang mengelola panti asuhan, tanpa seorang pun menyadari dirinya telah
memperbudak gadis-gadis cilik sebagai pekerja kasar tanpa peri-kemanusiaan.
Adegan-adegan yang muncul, menggambarkan sedemikian rupa kondisi pada era
dimana status wanita yang melahirkan anak haram, justru mendapat perlakuan
buruk dari masyarakat sekitar, dan yang paling menderita adalah mereka yang terlahir
sebagai anak haram. Penulis masih ‘memperhalus’ situasi dengan membuat karakter
Duke of Villiers mengalami ‘kesadaran hati nurani’ untuk memperbaiki hubungan
dan memperlakukan keturunannya secara layak.
Pada kenyataannya,
sejarah mencatat sekian banyak anak-anak haram yang sama sekali tidak pernah
mendapat perhatian sekecil apa pun dari orang tua kandungnya (mayoritas adalah
kaum bangsawan pria), bahkan dalam kisah ini penulis juga memasukan karakter
orang tua kandung yang sengaja ‘membuang’ anaknya karena dianggap ‘mengganggu’ –
dan ia adalah seorang ‘lady’ dari keturunan baik-baik. Untung saja dalam hal
ini, ayah kandung sang bayi bersedia mengasuh dan membesarkan putranya seorang
diri, berlawanan dengan anggapan negatif masyarakat yang bukan memuji
perbuatannya, tetapi justru mencemooh dan menghina dirinya (petunjuk, baca : Desperate Duchesses).
Jika sebelumnya karakter Isobel Del’Fino sempat menjadi sosok favoritku, maka
kali ini Lady Eleanor Lindel layak mendapatkan ‘salut’ tanda kehormatan, karena
ia memiliki karakter yang luar biasa, didukung kebesaran dan kebaikan serta
keteguhan hati.
Simak saja saat
ia mendengarkan fakta tentang keberadaan 6 orang anak haram Duke of Villiers,
situasi buruk yang terjadi dalam kehidupan mereka, termasuk kesulitan yang
dihadapi oleh sang Duke untuk memulai lembaran baru hidupnya, hingga berhadapan
langsung dengan bocah-bocah yang memiliki kepekaan tersendiri dan tidak mudah
menaruh kepercayaan terhadap siapa pun – terutama pada kaum dewasa. Alih-alih
menghindar atau mencemooh, Eleanor justru menaruh perhatian khusus dan bersedia
menjadi pendengar maupun sosok yang berperan aktif membantu siapa pun di saat
mereka membutuhkan. Tentu saja ia bukanlah ‘malaikat’ karena cukup banyak
perilakunya yang dikecam oleh anggota keluarganya sendiri, karena diangap tidak
sesuai dengan citra gadis bangsawan terhormat. Di sinilah, kejujuran, kepolosan
serta sikap blak-blakan Lady Eleanor mendapat tempat khusus di hatiku.
Singkat cerita,
ini adalah satu-satunya kisah yang membuatku ‘terpukau’ dari awal hingga akhir.
Bukan saja tema serta latar belakang yang kompleks, tetapi juga interaksi dan
aneka variasi karakter yang berperan di dalamnya, digambarkan ‘sangat hidup’
melalui dua garis tipis yang selama berabad-abad menandai besarnya kesenjangan
sosial antara kaum berada dan kaum miskin, perbedaan nyata sekaligus tipis
antara mereka yang ‘terlahir’ dengan garis darah bangsawan secara resmi dengan
mereka yang dilabeli ‘anak haram’ – sungguh mengerikan betapa jauh
perbedaaanya. Pemahaman antara hal yang benar dan salah menurut aturan dan
keadilan, acapkali justru bertolak-belakang dengan aturan serta norma-norma
sosial yang menjadi panutan mayoritas masyarakat, baik kalangan atas maupun
kalangan bawah. Melalui sosok Leopold dan Eleanor serta Lisette, penulis
memberikan ‘waktu’ bagi pembaca untuk menilai hal tersebut.
Note :
kisah ini bisa saja mendapat rating tertinggi, 5 bintang, sayangnya diriku
sangat tidak puas dengan keseluruhan sajian. Yang paling mengusik dan
mengganggu kenyamananku menikmati bacaan ini adalah rangkaian terjemahan yang
terasa ‘janggal’ dan pada beberapa bagian sangat kuyakini diartikan berbeda
dengan makna sebenarnya, seakan-akan penerjemah melakukan alih bahasa ‘kata-demi-kata’
bukannya menangkap makna sebenarnya dari keseluruhan kalimat atau paragraf.
Selain itu, kesalahan tulis (typo) cukup menyemarakkan suasana, menambah ‘ramai’
mood-ku untuk berusaha mendapatkan ikatan emosi yang mampu menghidupkan
keseluruhan kisah. Entah siapa atau dimana keteledoran itu terjadi, jika saja
hanya muncul satu atau dua kesalahan, ok – mungkin saja terlewatkan, tetapi
berulang kali terjadi .... hmmm, membuatku benar-benar mempertanyakan kinerja
para pelaku yang terlibat, mengapa hasil akhirnya sedemikian buruk ??? Karena
itu terpaksa kuturunkan ratingnya hanya 4 bintang, jika boleh kusarankan, coba
baca edisi asli bahasa Inggris, karena kisahnya benar-benar bagus untuk
disimak.
Judul Asli : A DUKE OF HER OWN
[ book 6 of DESPERATE DUCHESSES Series ]
Copyright © 2009 by Eloisa James
Rate : 4 of 5
[ more about the author &
related works, just check at here : Eloisa James | on Goodreads | on Wikipedia | at Tumblr | at Facebook | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/