Books
“RATU NGOCEH NAIK PELAMINAN"
Judul Asli : QUEEN OF BABBLE GETS HITCHED
[
book 3 of QUEEN OF BABBLE Series ]
Copyright © 2008
by Meg Cabot, LLC
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Lucia Aryani
Editor : Bayu
Anangga
Desain sampul :
eMTe
Cetakan I :
Oktober 2015 ; 384 hlm ; ISBN 978-602-03-2233-9
Harga Normal :
Rp. 79.000,-
Rate : 3.5 of 5
Setelah menunggu
selama 4 tahun (serius ini – lama banget) akhirnya ‘nongol’ juga buku ke-3
kisah kasih dan petualangan jungkir-balik Lizzie alias si Ratu Ngoceh. Dan ...
diriku serius ‘lupa’ detil-detil kisah sebelumnya (baca ulang, errrr ...
rasanya tidak ada minat deh), tapi ada satu hal yang kuingat jelas, ending buku
kedua benar-benar bikin gregetan karena situasinya lumayan ‘weird’ dan
membuatku bertanya-tanya, hendak dibawa kemana nih nasib Lizzie oleh penulis.
So, after (so) long paused, kira-kira begitu deh jika diibaratkan sedang
asyik-asyik menonton adegan seru, awal kisah ini dibuka dengan membuka ‘pintu’
adegan di mana pembaca (terutama diriku) dibuat bertanya-tanya apa yanga akan
terjadi kemudian ...
Lizzie terbangun
dan mendapati dirinya berada di tenpat tidur bersama Chaz !!! What ????
Seriously, what happen there ? Well, Lizzie sendiri tidak ingat jelas apa yang
telah terjadi, hanya keduanya mabuk berat sepanjang pesta pernikahan kenalan
mereka, dan keduanya saling meratapi nasib akibat ‘putus’ dengan kekasih
masing-masing (masih ingat Shari dan Luke ?). Tapi tetap saja Lizzie merasa ada
sesuatu yang janggal dan tidak bisa ia pahami sepenuhnya menyangkut
pengalamannya bersama Chaz. Masih ‘hangover’ dan berusaha mencari jawaban yang
tepat bagi situasi tersebut, mendadak muncul Luke yang hendak memberikan
kejutan khusus (kejutan yang anehnya pakai kabar-kabari dulu). Singkat cerita,
Luke (akhirnya) melamar Lizzie.
Lizzie dalam
kebingungan besar. Harusnya ia bahagia kan, ini kan impiannya selama
berhubungan dengan Luke. Tapi mengapa justru kabar gembira itu tidak sepenuhnya
ia rasakan ? Terutama sikap Chaz yang membuatnya merasa bersalah (apalagi Chaz
kan sahabat Luke, jauh sebelum Lizzie mengenal Luke), bahkan anehnya Shari juga
tidak menyetujui tindakan Lizzie yang mengatakan ‘yes’ pada pinangan Luke.
Kemudian bagai berada di atas roller-coaster, kehidupan Lizzie mengalami
naik-turun saat rangkaian masalah demi masalah muncul mengusik ketenangan hati
serta pikirannya. Dari niat Luke untuk tinggal dan bekerja di Prancis alih-alih
meneruskan pendidikan dokternya.
Dan tepat saat
karir Lizzie sebagai perancang gaun pengantin (tepatnya merombak gaun-gaun
vintage) berada di puncak kesuksesan. Karya-karyanya mendapat sorotan publik
bahkan pujian khusus dari Anna Wintour, Vogue. Klien dari kalangan atas dan
selibriti pun berdatangan. Bom berikutnya datang saat pemilik toko dimana
Lizzie bekerja, berniat menjual usahanya untuk menjalani masa pensiun penuh
ketenangan di luar negeri. Duh, apa yang harus dilakukan oleh Lizzie, tatkala
impian dan kerja keras yang selama ini ia jalani, nyaris memperoleh imbalan
setimpal, halangan-halangan baru muncul menghadang langkahnya. Pilihan apa yang
tersedia dan bagaimana Lizzie bisa memilih langkah yang benar bagi dirinya ....
Ahhh, klimaks
dari perjalanan Lizzie ini bisa dikatakan berubah nyaris 180 derajat dari
prediksi awal sebagaimana dituturkan pada buku pertama maupun kedua, walau
ending buku kedua sedikit banyak memberikan ‘tanda-tanda’ adanya penyelewangan
yang akan diambil oleh penulis. Anehnya, justru langkah tersebut mendapat
persetujuan penuh dari diriku, bisa jadi karena penulis memberikan harapan
lebih besar pada sosok Lizzie jika berani mengambil langkah perubahan tersebut.
Berbeda dengan karakter Heather Wells, salah satu seri karya Meg Cabot pula,
yang sangat kusukai, sifat dan kepribadian Lizzie tidak terlalu kusukai, justru
para karakter pendamping tampil menarik dan memberikan hiburan tersendiri
sepanjang kisah ini.
Dan sosok Luke
yang digambarkan bagai ksatria berjubah putih yang datang menyelamatkan Lizzie
(baca buku pertama), benar-benar berubah mendapati kebenaran watak dan sifat
pria yang terbiasa hidup dalam kemudahan, bergemilang harta benda dan nyaris
tidak terlalu memahami makna kerja keras atau kerja mati-matian memperjuangkan
impian bagi masa depan. Mudah dikatakan, kali ini porsi Chaz menempati urutan
pertama sebagai karakter favoritku. Tanpa terlalu memperhatikan rangkaian
konflik berkepanjangan akibat ulah Lizzie, sekali lagi, kisah ini terasa sangat
hidup berkat munculnya karakter-karakter lama (yang semula tidak terlalu
diperhatikan) dan karakter-karakter baru yang membuatku mampu memberikan 3.5
bintang kisah ini.
Tentang Penulis
:
Meg Cabot (
nama aslinya Meggin Patricia Cabot ), lahir di Bloomington, Indiana, Amerika
Serikat pada tanggal 1 Februari 1967. Ia merupakan penulis Amerika yang sangat
produktif dalam menulis dan telah menghasilkan lebih dari 50 judul buku.
Karyanya yang terkenal diantaranya seri The Princess
Diaries, yang telah diangkat ke layar lebar oleh Walt Disneys
Pictures dengan judul yang sama. Kemudian seri Mediator tentang remaja yang memiliki kemampuan
supranatural, serial detektif lewat Heather Wells Mystery, serangkaian chicklit, historical romance dan tentu saja
seri Underworld yang merupakan adaptasi dari kisah Mitologi Yunani yaitu
Persephone yang diculik oleh Hades – dewa penjaga gerbang kematian, dan dipaksa
menemaninya tinggal di Underworld. Meg Cabot telah memperoleh banyak
penghargaan atas karya-karyanya, hingga kini buku-bukunya terjual lebih dari 15
juta kopi, dan ia masih tetap giat menulis sampai kapan pun ...
[ more about the author & related
works, just check at here : Meg Cabot |
on
Goodreads | on Wikipedia | on
IMDb ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/