Books “PERTEMUAN
KEDUA”
Judul Asli : AFTER THE
ABDUCTION
[ book 3 of SWANLEA SPINSTERS Series ]
by Sabrina Jeffries
Copyright © 2002 by Deborah Martin
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Sandra Dewi Wirawan
Editor : Titis Wardhana
Cetakan I : Desember 2011 ; 520 hlm ; ISBN 978-602-9267-50-1
Harga Normal :
Rp. 60.000,-
Rate : 2.5 of 5
Juliet Laverick selamanya menjadi ‘bungsu’ dalam keluarganya, yang
berarti ia mendapat perhatian khusus serta pengawasan yang acapkali membuatnya
terkekang. Akibat ‘petualangan’ yang nyaris membuat nama baik rusak untuk
selamanya pada usia 18 tahun, akibat lari dengan pria yang baru ia kenal
beberapa minggu, Juliet tidak mampu menghapus kekhawatiran yang menyelubungi
keluarganya. Dewasa sebelum waktunya, peristiwa tersebut membuat Juliet berubah.
Sosoknya yang polos, periang dan penuh keceriaan nyaris tidak pernah muncul,
digantikan dengan wanita cantik yang menutup diri sekaligus hatinya, senantiasa
berhati-hati dalam mengambil langkah maupun keputusan, dan tidak tertarik untuk
bersosialisasi kecuali dengan keluarga.
Dua tahun berlalu dan skandal yang nyaris dilupakan, mendadak
muncul, mengusik ketenangan dirinya serta keluarganya. Sebuah rumor yang
mengaitkan dirinya dengan situasi ‘meragukan’ dua tahun silam beredar di kaum
sosialita. Tiada seorang pun yang mengetahui skandal tersebut, selain Daniel
Brennan dan Helena Laverick yang menelusuri jejak pelarian Juliet, dan tentu
saja Kapten Will Morgan, penipu yang sebenarnya bernama Morgan Pryce, yang
membuat Juliet menyerahkan kepolosan dan hatinya, hanya untuk mendapati selama
dua tahun berikutnya ia harus mengumpulkan satu demi satu kepingan hatinya yang
pecah berantakan.
Jika anggota keluarga Juliet dipastikan tidak membocorkan rahasia
itu, tentu saja sumber lainnya dipastikan berasal dari Morgan Pryce.
Penyelidikan dan pencarian yang dilakukan Griff Knighton – kakak ipar Juliet,
membawa mereka ke Charnwood Hall – estate kediaman Lord Templemore, yang juga
merupakan wali Morgan Pryce. Di luar dugaan, Lord Templemore bukanlah pria
bangsawan tua, melainkan pria tampan, menarik dan masih cukup muda. Dan Juliet
mengenalinya sebagai Kapten Will Morgan / Morgan Pryce – pria yang telah
menculik dan melarikan dirinya. Namun tuduhan yang dilontarkan oleh Juliet
disanggah dengan kuat, karena pria yang disebut sebagai Lord Templemore mengaku
sebagai Sebastian Blakely – saudara kembar Morgan.
Kisah pun bergulir mengikuti perkembangan hubungan antara
Sebastian Blakely, yang memiliki ketertarikan atas senjata api, dengan pasangan
Knighton dan juliet Laverick yang untuk sementara tinggal sebagai tamu di
kediaman Lord of Templemore, sekaligus mencari tahu tentang keberadaan Morgan
Pryce – saudara tiri Sebastian yang diduga telah tewas dalam keributan saat ia
menjadi tawanan bajak laut. Anehnya, Juliet yakin bahwa Sebastian adalah
Morgan, atau setidaknya pria yang telah membuatnya jatuh cinta dan melupakan
segalanya demi mengikuti kemauan pria itu, termasuk meninggalkan keluarganya
dan nyaris membuat skandal besar.
Dari sini, diriku sudah merasakan kejanggalan, mengapa Sebastian
harus berpura-pura menjadi Morgan bahkan setelah dua tahun ‘kesalahan’ yang ia
lalukan terhadap Juliet senantiasa menjadi beban dalam hatinya. Di sisi lain,
penulis ‘berusaha’ memberikan ‘alasan’ bagi tindakan Sebastian, termasuk saat
ia memburu dan mengejar Juliet karena telah jatuh hati dan tidak membiarkan
wanita itu hanya mengingat ‘Morgan’ sebagai kekasih hatinya. Mungkin kisah ini
dianggap sangat romantis, sedangkan menurutku tema dan latar belakang yang
dibuat sangat dipaksakan dan lumayan ‘melecehkan’ peran wanita yang bisa
menerima perlakuan pria seburuk apa pun (termasuk kategori pelecehan atas nama
cinta).
Saat mengetahui bahwa buku ini juga memperoleh penghargaan
Scarlett Letter untuk kategori the Best Historical, lumayan shock juga, karena
tiada unsur ‘historis’ selain masuknya cukilan tentang perang dan sejarah
senjata api (yang tidak bisa dikatakan cukup banyak bahasannya). Terlepas dari
rangkaian alur dan kisah yang sekali lagi berkesan ‘dipaksakan’ (mengada-ada
menurut istilahku), seandainya saja karakter Juliet dan Sebastian digambarkan
menjalani kehidupan normal dan penuh intrik seputar tata krama dalam pergaulan
sosial, bisa jadi kisah ini lebih mengena dan mampu menimbulkan kesan lebih
dalam. Benar-benar terasa mubasir mengikuti kisah sepanjang 500 halaman ini ...
[ more about this
author & related works, just check at here : Sabrina Jeffries
| on Goodreads | on Wikipedia
]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/