Translate

Tuesday, December 1, 2015

Books "THE LAST SONG"

Books “LAGU TERAKHIR”
Judul Asli : THE LAST SONG
Copyright © 2009 by Nicholas Sparks
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Hetih Rusli
Editor : Ruth Pricillia Angelina
Desain sampul : Marcel A.W.
Cetakan I : November 2015 ; 520 hlm ; ISBN 978-602-03-2120-2
Harga Normal : Rp. 99.000,-
Rate : 4 of 5

Mengenal nama Nicholas Sparks tentu saja tak akan lepas dari karya-karya beliau yang senantiasa mampu membuatku merasa emosional (baca : menangis menghabiskan tisue berlembar-lembar) usai membaca karyanya. Sayangnya hal ini tidak kurasakan lagi pada karya-karya terbaru edisi terjemahan yang rilis sepanjang 2-3 tahun terakhir. Ketika mendengar kisah ini ‘akhirnya’ rilis, jujur diriku tidak mengharapkan sesuatu yang lebih, apalagi versi adaptasi filmnya termasuk kategori ‘lumayan’ menurutku, terlepas dari kesukaanku pada karakter Ronnie yang diperankan oleh Miley Cyrus (sebelum ia berubah menjadi gadis pemberontak dan penggemar sensasi ala Lindsey Lohan). Namun, sekali lagi diriku senantiasa berusah memberikan kesempatan adil, karena tidak semua adaptasi film mampu mencerminkan versi asli yang terkadang mampu mengejutkan pembaca / penonton, dan kali ini pun hal itu terjadi.


Kisah dibuka dengan adegan kilas-balik sosok Ronnie yang telah menata kepingan hatinya menghadapi aneka kejadian sepanjang liburan musim panas yang ia jalani bersama ayahnya. Bagaimana ia berusaha menjelaskan pada sang ibu, bahwa kehidupan tak akan pernah sama dan ia telah menemukan panggilan hatinya, yang ditemukan justru usai tragedi menyedihkan terjadi. Veronica ‘Ronnie’ Miller – gadis berusia (akan) 18 tahun, terpaksa menjalani musim panas di Wrightsville Beach, Carolina Utara bersama ayahnya, alih-alih menghabiskan waktu bersama teman-teman klubnya di New York. Berbeda dengan adiknya Jonah – bocah berusia 10 tahun yang sangat dewasa dan serius untuk anak seusianya, yang menyambut gembira akan menghabiskan waktu bersama ayahnya. Ronnie sangat membenci situasi yang harus ia hadapi.

Semenjak perpisahan kedua orang tuanya 3 tahun silam, ia telah memutuskan hubungan dengan ayahnya, sang mentor yang juga merupakan guru yang sabar dalam membimbing bakat musik Ronnie sebagaimana dirinya juga merupakan pemain piano yang handal. Steve Miller meninggalkan keluarganya tanpa penjelasan lebih lanjut, melanjutkan tur demi tur yang menjadi fokus kehidupannya usai meninggalkan keluarganya, hingga akhirnya ia memutuskan menetap di kota kelahirannya. Kini ia telah mempersiapkan waktu khusus untuk bisa lebih dekat dan mengenal putri dan putranya. Jonah bukanlah bocah yang patut dikhawatirnya, selain keingin-tahuannya yang acapkali bisa dikatakan usil. Ronnie disisi lain merupakan bahan pemikiran kedua orang tuanya.

Keluar masuk klub bersama teman-teman pemabuk, hingga dua kali ditahan atas tuduhan ‘mencuri’ adalah salah satu alasan kuat mengapa sang ibu sengaja mengirim putrinya ke tempat ayahnya. Sikap Ronnie yang membangkang dan selalu menentang apa pun yang dilarang oleh sang ibu, termasuk usahanya untuk menghindari ayahnya, ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Karena Steve justru tidak pernah marah atau murka, atau menghukum dirinya atas aneka pembangkangan yang ia lakukan. Bahkan ketika Ronnie akhirnya melibatkan diri dalam masalah setibanya di kota Wrightsville, dengan bergaul teman-teman baru yang merupakan gerombolan pengacau, yang bukan saja menyebabkan dirinya dituduh melakukan pencurian di sebuah toko, tetapi juga ancaman berbahaya dari cowok bernama Marcus yang memiliki kegemaran bermain-main dengan api.

Hingga ia bertemu dengan Will – cowok keren yang menabrak dirinya hingga soda tumpah di kaus Ronnie. Will, pemain voli pantai yang menawan, pekerja bengkel yang ahli tentang mesin, sekaligus sukarelawan akuarium yang bersedia membantunya menjaga sarang telur penyu dari predator seperti sekawanan racoon. Will yang memiliki rasa humor serta mengajarkan kenikmatan dalam memancing atau sekejar berjalan-jalan di pantai yang penuh dengan kepiting laba-laba. Will yang membuka hatinya dan membuatnya mulai menerima Steve dan kehadiarannya sebagai ayah sekaligus bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun di saat Ronnie mulai menerima perubahan besar dalam dirinya yang ternyata menyenangkan dibandingkan sikap memberontak dan negatif yang senantiasa ia jalani 3 tahun terakhir, hantaman-hantaman baru mengguncang hidupnya. Membuat hatinya kembali porak-poranda.

Karena Will bukan sekedar cowok biasa yang selama ini bersedia menemaninya nongkrong di pantai. Bahwa Will menyimpan rahasia besar menyangkut nasib orang-orang yang ia kasihi, terutama ayahnya, Steve Miller. Dan Steve Miller ternyata juga telah memendam rahasia keluarga mereka selama 3 tahun terakhir, bahwa ia tak pernah meninggalkan keluarganya, terutama kedua anak yang sangat ia cintai. Bahwa Ronnie telah salah selama ini dalam memperlakukan orang-orang di sekelilingnya, bahwa ia telah menyakiti mereka yang sebenarnya tak pernah berbuat kesalahan selain mencintai dirinya apa adanya. Ketika Ronnie menyadari ini semua, penyesalan nyaris tak berguna karena masa lalu tak bisa kembali dan waktu yang akan datang ternyata datang sedemikian cepat dan Ronnie harus berlomba dengan waktu yang tersisa untuk menikmati kebersamaan dan memahami makna kasih dalam kehidupan.

Walau sudah bisa menduga kemana arah kisah ini akan mengalir, tetap saja diriku menghabiskan satu pack tisue nyaris pada mulai pertengahan hingga menjelang akhir kisah ini. Sudah lama sekali tak pernah merasakan suasana penuh emosi dari karya-karya penulis, dan The Last Song bisa kukatakan mendekati posisi nyaris setara dengan Message in The Bottle atau The Walk To Remember (those two stories are still on the top of my favorite’s list). Kekuatan emosi kisah ini bukan hanya bermain-main pada Ronnie dan Will melainkan juga hubungan kuat antara Ronnie dan Steve dan Jonah. Walau diriku sangat ingin mengetahui tentang ‘The Last Song’ yang ditulis oleh Ronnie, sesuatu yang tampaknya sengaja tidak dijelaskan oleh penulis, maka diriku hanya bisa menggunakan imajinasi lagu apa yang paling tepat sebagai persembahan bagi sosok yang kau kasihi dan sekaligus sebagai ucapan perpisahan. Satu hal yang bisa kukatakan, jika Anda pernah menonton versi adaptasi filmnya, berikan kesempatan untuk membaca versi bukunya, dijamin hati akan luluh lantak membaca kalimat demi kalimat yang menunjukkan keahlian Nicholas Sparks sebagai penulis favoritku semenjak pertama kali membaca Message in The Bottle. Hanya siapkan tisue banyak-banyak sebelum memulai kisah ini ....


Note :
Jika mengamati perjalanan karir penulis, tentunya mengetahui bahwa hampir sebagian besar karya-karya beliau diadaptasi ke layar lebar. Namun khusus untuk The Last Song, ide awal penulisan justru muncul saat Miley Cyrus menghubungi Nicholas Sparks melalui Jennifer Gipgot, menyatakan sebagai fans kisah maupun adaptasi ‘A Walk To Remember’ dan berminat untuk membuat film layar lebar dari salah satu karya Nicholas. Dari sinilah, kisah penulisan novel maupun skenario film mulai dikerjakan oleh Nicholas Sparks bersama tim, termasuk masukan dari keluarga Cyrus. Maka tak heran jika nuansa musikal serta hubungan keluarga yang mengharu-biru terasa sangat kuat nyaris sepanjang kisah ini. Jika Anda termasuk penggemar karya Nicholas Sparks, jangan ketinggaln untuk menyimak kisah yang satu ini. 

[ more about this author & related works, just check at here : Nicholas Sparks | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Twitter ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...