Books
“NADA-NADA SUNYI”
Judul Asli : THE WEIGHT OF SILENCE
by Heather
Gudenkauf
Copyright © 2009
by Heather Gudenkauf
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Hanna Francis Rhien
Desain
& Ilustrasi Sampul : Marcel A.W.
Cetakan
I : Mei 2011 ; 392 hlm ; ISBN 978-979-22-6998-7
Harga Normal :
Rp. 50.000,-
Rate : 4.5 of 5
Apa yang kau rasakan jika sahabat karibmu tewas sebagai korban penyiksaan dan pelecehan secara mengerikan ?Apa yang kau lakukan jika peristiwa yang menakutkan itu terjadi di depan matamu, tanpa mampu untuk mencegah atau menolongnya ?
Calli Clark
seorang gadis yang manis sekaligus pemimpi. Ia mengalami gejala yang disebut
sebagai mutisme selektif yang membuatnya ‘membisu’ semenjak kanak-kanak. Tiada
yang mengetahui penyebab terjadinya peristiwa yang merubah kehidupan Calli,
karena ia terlahir sebagai bocah yang lincah, sehat dan cerdas. Terapi secara
serius seharusnya mampu menolong Calli, namun sang ibu, Antonia harus bekerja
keras mencari nafkah bagi keluarganya, karena sang suami tidak lebih dari
pengangguran yang senantiasa mabuk dan melakukan kekerasan fisik jika dalam
kondisi terburuk – sesuatu yang kerap terjadi.
Calli hampir tak
memiliki teman terlebih saat kondisinya membuat ia tak mampu berkomunikasi
secara normal. Hingga muncul Petra Gregory yang segera menjadi sahabat karib
Calli. Petra bersedia menjadi ‘suara’ Calli dan kedua gadis cilik ini nyaris
tak bisa dipisahkan dalam keseharian. Dan suatu pagi, kabar yang tak terduga
muncul, menjadi awal serangkaian mimpi buruk berkepanjangan bagi kedua keluarga
tersebut dan teror baru bagi warga wilayah tersebut. Petra menghilang dari
kediamanannya. Orang tua Petra yang awalnya menduga putri mereka bermain
bersama Calli sebagaimana kebiasaan mereka, berubah menjadi sangat khawatir
saat Calli tidak tahu menahu dimana gerangan Petra berada.
Misi pencarian
segera dilakukan, dan ketika akhirnya Petra ditemukan, kondisinya sangat
mengenaskan. Gadis cilik yang pemberani dengan kehangatan hati, ditemukan telah
menjadi mayat dalam kondisi penuh luka dan dalam posisi ‘dilecehkan’. Hasil
pemeriksaan memastikan bahwa Petra telah diperkosa secara brutal. Kematian
Petra yang mengerikan itu menimbulkan gelombang kepanikan, ketakutan sekaligus
amarah yang semakin lama semakin meningkat. Ben – kakak Calli, berubah menjadi
lebih ketat dalam mengawasi adiknya, dan menghabiskan waktu untuk mencari di
mana gerangan ayahnya yang saat itu menghilang tanpa diketahui keberadaannya.
Kebiasaan sang
ayah yang mabuk-mabukan, hingga tak sadarkan diri di tempat-tempat aneh
bukanlah sesuatu yang biasanya dipikirkan oleh Ben. Namun ia memiliki
kecurigaan khusus bahwa ayahnya mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan sikap ‘diam’
Calli atas kematian Petra yang terasa cukup janggal. Antonia yang juga memiliki
kekhawatiran tersendiri menyangkut keluarganya, memohon bantuan khusus pada
Sheriff yang juga merupakan pria yang pernah mengisi hatinya. Sedangkan
tetangga mereka, Martin Gregory yang juga ayah Petra, mencari sasaran kemarahan
dan orang yang dianggap bertanggung jawab atas kematian putrinya tersayang.
Di tengah gejolak
dan konflik yang terjadi antara kaum dewasa, satu-satunya orang yang mungkin
mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi pada diri Petra, kemungkinan
terbesar adalah Calli Clark. Namun kondisi gadis ini tidak semakin membaik,
dari sekedar ‘membisu’ ia kini juga menutup diri dari orang-orang yang
sebenarnya mengasihi dan mengkhawatirkan dirinya. Mengapa Calli memilih ‘bungkam’
sebagai perwujudan kasih sayang yang terjalin antara dirinya dan Petra ? Apa
sebenarnya yang terjadi pada Calli dan juga Petra ? Siapakah sebenarnya pelaku
yang membuat dua orang korbannya, gadis cilik yang seharusnya bebas bereksprasi
dan mengungkapkan hati serta pikiran mereka ?
Jujur, ini adalah
kisah yang cukup mengejutkan sekaligus di luar ekspektasiku, gara-gara label ‘harlequin’
di sampul depan, membuatku berasumsi ini merupakan kisah drama romansa
dengan sedikit bumbu suspense. Ternyata bobot kisah ini jauh lebih dalam, mengangkat
tema kejahatan serta dampaknya pada korban secara psikologis. Judul ‘The
Weight of Silence’ mencerminkan tema kisah ini, karena kekuatan ‘menyimpan rahasia’ merupakan senjata
yang mengerikan sekaligus ujung tombak bermata dua. Trauma yang tak terlihat,
mencengkeram benak dan hati sosok yang berjiwa polos, merupakan cerminan
kejahatan keji sekaligus brutal, yang uniknya dituturkan oleh penulis melalui
dua kejadian yang terpisah, dengan metode yang cukup berbeda pula.
Satu merupakan
kejahatan terselubung yang tak bisa diketahui oleh siapa pun, dan korbannya
tidak mampu mencari pertolongan hingga terlambat. Sedangkan yang lain
menggunakan kekerasan fisik yang juga mencerminkan tindakan brutal terlebih
karena korban masih kanak-kanak (siapa coba yang sanggup menyiksa dan
menghabisi nyawa anak kecil ?). Sementara kekuatan emosional memancar sangat
kuat nyaris sepanjang kisah ini, ada beberapa hal yang sedikit mengganjal,
terutama menyangkut detil seputar tindak kejahatan serta penanganannya. Contoh
awal kondisi Calli yang dianggap ‘biasa’ karena mendadak membisu, bahkan di
kalangan sekolah ia lebih cenderung diasingkan karena dianggap aneh.
Apakah tidak ada
pihak yang cukup prihatin untuk membantu gadis cilik yang jelas-jelas mengalami
‘sesuatu’ ini ? Kemudian kejahatan yang terjadi pada Petra, apakah kota yang
menjadi seting lokasi ini sangat terpencil hingga tiada pihak berwajib yang
lebih kompeten dalam menangani kasus tersebut secara lebih profesional dan
cepat ditemukan jawabannya ? Peran sosok Sherif sebagai penegak hukum serta
panutan warga, tampak hanya sebagai ‘tempelan’ karena ia hanya berperan sebagai
mediator antar warga-warga yang berselisih, mirip ketua wilayah begitu jadinya.
Dan tentu saja konflik pribadi serta ketertarikannya pada Antonia, ibu Calli,
entah justru ‘memperlambat’ proses untuk menemukan pelaku kejahatan tersebut.
Terlepas dari
berbagai kekurangan baik metode maupun detil yang jujur lumayan terasa janggal
(bisa jadi karena diriku terbiasa membaca buku-buku misteri, thriller dan
suspense), ini tetap merupakan kisah yang tak mudah dilupakan sekaligus bikin ‘emosi’
naik-turun dari awal hingga akhir kisah yang muncul secara mengejutkan. Mungkin
saja penulis memang memilih menekankan pada sisi emosional dan dampak
psikologis melalui drama keluarga yang tidak biasa, alih-alih sebagai sajian
misteri sekaligus suspense yang mengundang rasa penasaran tingkat tinggi. Jika
Anda belum pernah membaca buku ini, coba deh cari, sangat kurekomendasikan ...
terutama bagi penggemar misteri-kejahatan-psikologis (^_^)
Tentang Penulis :
Helen Gudenkauf
dilahirkan di Wagner, South Dakora sebagai bungsu dari enam bersaudara. Namun
ketika ia berusia satu bulan, keluarganya pindah kembali ke Rosebud Indian
Reservation, tempat ayahnya bekerja sebagai guru pembimbing SMA dan ibunya
sebagai perawat sekolah. Terlahir dengan sebelah telinga cacat total, buku
menjadi sarana Heather mengasingkan diri. Heather lulus dari University of Iowa
dengan gelar pendidikan untuk sekolah dasar, kemudian menjadi guru dan kini
berperan sebagai Literacy Coach, pendidik yang memberikan dukungan pengembangan
kurikulum dan profesional para guru.
Ide cerita
novelnya ‘The Weight of Silence’ diambil saat Heather tengah berjalan-jalan di
tengah hutan. Ia mengembangkan serangkaian pertanyaan yang menjadi plot cerita
dan digabung dengan pengalamannya sebagai guru sekolah dasar. Heather juga
melakukan riset terkait ‘mutisme selektif’ dan proses kerja polisi demi
mendukung detail cerita. Kini ia tinggal di Dubuque, Iowa bersama suami dan
ketiga anaknya serta anjing German Shorthaired Pointer bernama Maxine.
Kegemarannya saat waktu luang adalah menghabiskan waktu bersama keluarga,
membaca, hiking dan berlari.
[
more about this author & related works, just check at here : Heather Gudenkauf | on Goodreads
| at Twitter | at Facebook
]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/