Books
“WANITA DALAM LUKISAN”
Judul Asli : ROSE MADDER
Copyright © 1995
by Stephen King
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Tanti Lesmana
Cetakan II :
Maret 2007 ; 768 hlm ; ISBN 978-979-22-2705-5
Harga Normal : Rp.
65.000,-
Rate : 5 of 5
Mengenal nama
Stephen King serta karya-karyanya yang unik, absurb dan tidak mudah terlupakan
akibat ide dan tema yang ia angkat, membuatku sedikit was-was memulai kisah
ini, karena ada 2 hal yang bisa terjadi, diriku sangat menyukai kisahnya atau
pusing tujuh keliling akan kisah-kisahnya yang senantiasa memiliki sesuatu yang
‘berbeda’. Demikian pula kisah kali ini, mengangkat tokoh seorang wanita
bernama Rose McClendon Daniels – sosok cantik dan menarik, namun menentukan
pilihan yang salah menyangkut pasangan hidupnya. Suaminya Norman Daniels adalah
pria tampan, menarik, menjadi pujaan kaum wanita sekaligus tema-teman pergaulan
yang cukup banyak karena sifat serta pembawaannya yang mudah bergaul. Rose
merasa impiannya melambung ke langit ketujuh tatkala Norman memilihnya menjadi
kekasih serta pasangan hidup untuk selamanya.
Namun impian
Rosie ternyata tidak sesuai bayangan indah yang mengisi hati dan benaknya.
Pernikahan indah nan harmonis yang menjadi sumber iri hati orang-orang yang
mengenal mereka, ternyata berubah menjadi neraka mengerikan yang melahap diri
Rosie secara perlahan-lahan. Norman merupakan iblis yang bersembunyi di balik
penampilannya yang sempurna. Ia adalah pria sosiopat yang bengis, gemar
melakukan penyiksaan dan kekerasan yang brutal, namun juga kecerdikan serta
akal licik yang mampu menyembunyikan bukti-bukti aksinya selama bertahun-tahun.
Rosie adalah contoh korban penyiksaan fisik maupun mental yang ditempa oleh
Norman seiring dengan perjalanan pernikahan mereka. Rosie tak mampu mengungkap
penderitaannya kepada siapa pun, doktrinasi Norman dirinya berjalin sangat kuat
membuatnya tidak berani keluar dari ‘kurungan’ mental yang dibuat oleh Norman.
Hingga suatu
hari, Rosie mendadak mendapat keberanian tak terduga. Ia lari meninggalkan
rumah sekaligus tahanan selama bertahun-tahun, meninggalkan semuanya hanya
membawa sebuah kartu ATM milik Norman, yang ia buang setelah mengambil sejumlah
dana untuk pelariannya. Tak tahu hendak kemana, Rosie berlari sejauh mungkin
dari Norman dan lingkungan yang ia kenal, yang telah membiarkan dirinya menjadi
korban tak berdaya. Rosie tahu, Norman akan mengejarnya dan menghukum dirinya,
yang berarti ia akan mati jika ditemukan. Apalagi Norman Daniels adalah
Inspektur Detektif Kepolisian yang sedang naik daun karena ‘berhasil’
mengungkap kasus narkoba yang cukup besar. Di mata khalayak umum serta
rekan-rekan polisinya, Norman merupakan sosok pahlawan yang layak menerima
penghargaan. Bagaimana Rosie bisa mengungkap ‘kebenaran’ yang hanya diketahui
oleh dua orang, dirinya dan Norman ...
Pelarian Rosie
yang sama sekali tak memiliki rencana khusus, berubah saat ia ‘menemukan’ kota
di mana terdapat tempat perlindungan bagi kaum wanita korban KDRT. Uniknya,
Rosie sama sekali tak mengenal orang-orang yang kelak menjadi bagian tertentu
dalam kehidupannya. Seakan-akan ia ‘dituntun’ untuk menemui orang-orang yang
tepat untuk membantunya keluar dari masa lalu nan kelam serta menciptakan
kehidupan dan masa depan baru bagi dirinya. Jalan yang harus ia tempuh tidak
lebih mudah, namun satu hal penting yang kini ia peroleh menjadikan kerja
seberat apa pun rela ia jalani : kebebasan untuk menentukan pilihan dalam
setiap langkah keseharian yang ia jalani. Seiring dengan waktu, Rosie mulai
membuka hati dan menemukan uluran persahabatan hingga kasih sayang dari kenalan-kenalan baru yang ia jumpai.
Termasuk kenalan pria yang mampu menghapus rasa takut dalam diri Rosie akibat
perlakuan Norman.
Awalnya kisah ini
membuatku berpikir, cukup janggal Stephen King menulis kisah ala drama
keluarga, walau tema KDRT yang dilakukan oleh sosok yang jelas-jelas termasuk
kategori psikopat berdarah dingin yang gemar menyiksa orang lain, tetap
menunjukkan ciri khas penulisannya yang bernuansa gelap nan mencekam.
Diceritakan melalui dua sisi narator, Rosie dan Norman secara bergantian,
diriku terhanyut dalam pelarian menemani Rosie, berharap sekaligus khawatir
jika ia tidak berhasil lolos dari cengkeraman iblis yang berkedok sebagai suami
sempurna. Dan berharap lebih besar tatkala Norman mulai kehilangan jejak Rosie,
kemudian kembali khawatir dan ketakutan saat pria ini berhasil menemukan jalan
untuk menemukan wanita yang dianggap berkhianat sekaligus mempermalukan
dirinya. Sebagai sajian thrileer suspense, bisa kukatakan ini adalah kisah yang
menarik, mencekam sekaligus menggugah rasa penasaran untuk mengetahui bagaimana
akhir kisah ini, apakah bakal ‘happy-ending’ atau justru berakhir dengan tragis
?
Dan justru di
saat diriku ‘merasa’ mulai bisa menebak bagaimana kisah ini akan berlanjut –
penulis memberikan kejutan baru dengan masuknya Rose Madder – sosok wanita
dalam lukisan yang ditemukan oleh Rosie dalam pelariannya. Melalui Rose Madder,
Rosie menemukan kekuatan sekaligus keberanian untuk mengambil langkah-langkah
baru demi kehidupan yang selama ini tak berani ia impikan. Jika Anda berharap
Rose Madder semacam reaksi psikologis positif, sumber motivasi kehidupan bagi
Rosie, well – hal ini tidak sepenuhnya benar, karena Rose Madder ternyata
‘hidup’ di dunia lain, yang akhrnya mengundang Rosie untuk masuk dalam lukisan
dan mengetahui kekuatan lain yang bisa dibangkitkan untuk memperoleh
keinginannya. Unsur fantasi sekaligus supranatural melalui adanya unsur magis,
sumber kekuatan yang bisa digunakan oleh Rosie untuk melawan Norman. Namun
kekuatan tersebut tidak sepenuhnya baik, karena bersumber pada kegelapan.
Apakah Rosie bisa mengatasi Rose Madder yang menyebar kekuatannya, sekaligus
berhadapan dengan Norman yang tak segan-segan menghabisi nyawanya ?
Menyentuh,
menegangkan, mencekam, melambungkan imajinasi hingga pada batas-batas yang
absurb, bahkan muncul sajian-sajian yang mampu mengundang senyum sekaligus
gelak tawa, tak pelak ini adalah salah satu karya yang membuktikan kemampuan
Stephen King sebagai penulis brilian. Salah satu kisah yang kusukai, adalah
proses penerimaan Rosie terhadap dirinya sendiri dan bagaimana ia berhasil
menjalin kepercayaan sekaligus persahabatan dengan wanita-wanita sesama korban
KDRT di tempat penampungan. Adegan yang tak kalah seru (sekaligus lumayan lucu
terlepas dari konteksnya yang cukup bikin miris) ketika Norman berhadapan
dengan wanita-wanita separuh baya yang bersatu melawan dirinya (secara fisik)
sebagai cerminan persatuan kekuatan mereka yang tertindas, korban-korban yang
akhirnya bangkit melawan perlakuan yang tidak sepatutnya diterima oleh kaum
wanita atau siapa pun juga. Bravo !!! (benaran tepuk tangan deh saat membaca
adegan ini). Lalu bagaiman akhir kisah ini serta nasib Rosie, Norman hingga
sosok Rose Madder ? Baca sendiri deh, dijamin bakal terpaku melahap buku
setebal 700 halaman tanpa henti, terutama jika Anda penggemar misteri, dan
penggemar Stephen King jangan sampai tidak membaca buku ini (^_^)
[
more about this author and related works, just check at here : Stephen King | on Wikipedia | on Goodreads
| on IMDb | at Twitter | at Facebook ]
Best
Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/