Translate

Monday, December 21, 2015

Books "ROSE MADDER"

Books “WANITA DALAM LUKISAN”
Judul Asli : ROSE MADDER
Copyright © 1995 by Stephen King
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Cetakan II : Maret 2007 ; 768 hlm ; ISBN 978-979-22-2705-5
Harga Normal : Rp. 65.000,-
Rate : 5 of 5

Mengenal nama Stephen King serta karya-karyanya yang unik, absurb dan tidak mudah terlupakan akibat ide dan tema yang ia angkat, membuatku sedikit was-was memulai kisah ini, karena ada 2 hal yang bisa terjadi, diriku sangat menyukai kisahnya atau pusing tujuh keliling akan kisah-kisahnya yang senantiasa memiliki sesuatu yang ‘berbeda’. Demikian pula kisah kali ini, mengangkat tokoh seorang wanita bernama Rose McClendon Daniels – sosok cantik dan menarik, namun menentukan pilihan yang salah menyangkut pasangan hidupnya. Suaminya Norman Daniels adalah pria tampan, menarik, menjadi pujaan kaum wanita sekaligus tema-teman pergaulan yang cukup banyak karena sifat serta pembawaannya yang mudah bergaul. Rose merasa impiannya melambung ke langit ketujuh tatkala Norman memilihnya menjadi kekasih serta pasangan hidup untuk selamanya.


Namun impian Rosie ternyata tidak sesuai bayangan indah yang mengisi hati dan benaknya. Pernikahan indah nan harmonis yang menjadi sumber iri hati orang-orang yang mengenal mereka, ternyata berubah menjadi neraka mengerikan yang melahap diri Rosie secara perlahan-lahan. Norman merupakan iblis yang bersembunyi di balik penampilannya yang sempurna. Ia adalah pria sosiopat yang bengis, gemar melakukan penyiksaan dan kekerasan yang brutal, namun juga kecerdikan serta akal licik yang mampu menyembunyikan bukti-bukti aksinya selama bertahun-tahun. Rosie adalah contoh korban penyiksaan fisik maupun mental yang ditempa oleh Norman seiring dengan perjalanan pernikahan mereka. Rosie tak mampu mengungkap penderitaannya kepada siapa pun, doktrinasi Norman dirinya berjalin sangat kuat membuatnya tidak berani keluar dari ‘kurungan’ mental yang dibuat oleh Norman.

Hingga suatu hari, Rosie mendadak mendapat keberanian tak terduga. Ia lari meninggalkan rumah sekaligus tahanan selama bertahun-tahun, meninggalkan semuanya hanya membawa sebuah kartu ATM milik Norman, yang ia buang setelah mengambil sejumlah dana untuk pelariannya. Tak tahu hendak kemana, Rosie berlari sejauh mungkin dari Norman dan lingkungan yang ia kenal, yang telah membiarkan dirinya menjadi korban tak berdaya. Rosie tahu, Norman akan mengejarnya dan menghukum dirinya, yang berarti ia akan mati jika ditemukan. Apalagi Norman Daniels adalah Inspektur Detektif Kepolisian yang sedang naik daun karena ‘berhasil’ mengungkap kasus narkoba yang cukup besar. Di mata khalayak umum serta rekan-rekan polisinya, Norman merupakan sosok pahlawan yang layak menerima penghargaan. Bagaimana Rosie bisa mengungkap ‘kebenaran’ yang hanya diketahui oleh dua orang, dirinya dan Norman ...

Pelarian Rosie yang sama sekali tak memiliki rencana khusus, berubah saat ia ‘menemukan’ kota di mana terdapat tempat perlindungan bagi kaum wanita korban KDRT. Uniknya, Rosie sama sekali tak mengenal orang-orang yang kelak menjadi bagian tertentu dalam kehidupannya. Seakan-akan ia ‘dituntun’ untuk menemui orang-orang yang tepat untuk membantunya keluar dari masa lalu nan kelam serta menciptakan kehidupan dan masa depan baru bagi dirinya. Jalan yang harus ia tempuh tidak lebih mudah, namun satu hal penting yang kini ia peroleh menjadikan kerja seberat apa pun rela ia jalani : kebebasan untuk menentukan pilihan dalam setiap langkah keseharian yang ia jalani. Seiring dengan waktu, Rosie mulai membuka hati dan menemukan uluran persahabatan hingga kasih sayang  dari kenalan-kenalan baru yang ia jumpai. Termasuk kenalan pria yang mampu menghapus rasa takut dalam diri Rosie akibat perlakuan Norman.

Awalnya kisah ini membuatku berpikir, cukup janggal Stephen King menulis kisah ala drama keluarga, walau tema KDRT yang dilakukan oleh sosok yang jelas-jelas termasuk kategori psikopat berdarah dingin yang gemar menyiksa orang lain, tetap menunjukkan ciri khas penulisannya yang bernuansa gelap nan mencekam. Diceritakan melalui dua sisi narator, Rosie dan Norman secara bergantian, diriku terhanyut dalam pelarian menemani Rosie, berharap sekaligus khawatir jika ia tidak berhasil lolos dari cengkeraman iblis yang berkedok sebagai suami sempurna. Dan berharap lebih besar tatkala Norman mulai kehilangan jejak Rosie, kemudian kembali khawatir dan ketakutan saat pria ini berhasil menemukan jalan untuk menemukan wanita yang dianggap berkhianat sekaligus mempermalukan dirinya. Sebagai sajian thrileer suspense, bisa kukatakan ini adalah kisah yang menarik, mencekam sekaligus menggugah rasa penasaran untuk mengetahui bagaimana akhir kisah ini, apakah bakal ‘happy-ending’ atau justru berakhir dengan tragis ?

Dan justru di saat diriku ‘merasa’ mulai bisa menebak bagaimana kisah ini akan berlanjut – penulis memberikan kejutan baru dengan masuknya Rose Madder – sosok wanita dalam lukisan yang ditemukan oleh Rosie dalam pelariannya. Melalui Rose Madder, Rosie menemukan kekuatan sekaligus keberanian untuk mengambil langkah-langkah baru demi kehidupan yang selama ini tak berani ia impikan. Jika Anda berharap Rose Madder semacam reaksi psikologis positif, sumber motivasi kehidupan bagi Rosie, well – hal ini tidak sepenuhnya benar, karena Rose Madder ternyata ‘hidup’ di dunia lain, yang akhrnya mengundang Rosie untuk masuk dalam lukisan dan mengetahui kekuatan lain yang bisa dibangkitkan untuk memperoleh keinginannya. Unsur fantasi sekaligus supranatural melalui adanya unsur magis, sumber kekuatan yang bisa digunakan oleh Rosie untuk melawan Norman. Namun kekuatan tersebut tidak sepenuhnya baik, karena bersumber pada kegelapan. Apakah Rosie bisa mengatasi Rose Madder yang menyebar kekuatannya, sekaligus berhadapan dengan Norman yang tak segan-segan menghabisi nyawanya ?

Menyentuh, menegangkan, mencekam, melambungkan imajinasi hingga pada batas-batas yang absurb, bahkan muncul sajian-sajian yang mampu mengundang senyum sekaligus gelak tawa, tak pelak ini adalah salah satu karya yang membuktikan kemampuan Stephen King sebagai penulis brilian. Salah satu kisah yang kusukai, adalah proses penerimaan Rosie terhadap dirinya sendiri dan bagaimana ia berhasil menjalin kepercayaan sekaligus persahabatan dengan wanita-wanita sesama korban KDRT di tempat penampungan. Adegan yang tak kalah seru (sekaligus lumayan lucu terlepas dari konteksnya yang cukup bikin miris) ketika Norman berhadapan dengan wanita-wanita separuh baya yang bersatu melawan dirinya (secara fisik) sebagai cerminan persatuan kekuatan mereka yang tertindas, korban-korban yang akhirnya bangkit melawan perlakuan yang tidak sepatutnya diterima oleh kaum wanita atau siapa pun juga. Bravo !!! (benaran tepuk tangan deh saat membaca adegan ini). Lalu bagaiman akhir kisah ini serta nasib Rosie, Norman hingga sosok Rose Madder ? Baca sendiri deh, dijamin bakal terpaku melahap buku setebal 700 halaman tanpa henti, terutama jika Anda penggemar misteri, dan penggemar Stephen King jangan sampai tidak membaca buku ini (^_^)

[ more about this author and related works, just check at here : Stephen King | on Wikipedia | on Goodreads | on IMDb | at Twitter | at Facebook ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...