Books
”YANG TERKASIH”
Judul Asli : NO GREATER LOVE
Copyright © 1991,
1994 by Danielle Steel
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Indri
K. Hidayat
Cetakan IV :
Oktober 2002 ; 576 hlm ; ISBN 978-979-605-069-7
Harga
Normal : Rp.
Rate
: 3.5 of 5
Siapa
yang tak mengenal tragedi tenggelamnya kapal pesiar Titanic, paling tidak
melalui film adaptasi James Cameron yang membuat Leonardo Di Caprio serta Kate
Winslet sebagai pasangan paling romantis hingga kini. Kisah yang mengejutkan
ini menjadi inspirasi berbagai media dan tampaknya penulis tertarik untuk
menggunakan latar belakang musibah tersebut sebagai tema kisah kali ini. Tampaknya
penulis juga terinspirasi menjadikan tragedi tersebut sebagai latar belakang
kisah kali ini. Alkisah pada bulan April 1912, keluarga Winfield merupakan
salah satu dari sekian banyak penumpang yang ‘beruntung’ menikmati perjalanan
perdana kapal Titanic – kapal pesiar terbesar dan termewah yang disebut-sebut
memiliki semua kelengkapan termutakhir pada masa itu, dan dijamin tercepat
mengingat bobot kapal yang sangat besar.
Rombongan
yang terdiri atas pasangan Bertram dan Kate Winfield, putri sulung mereka Edwina
(20 tahun) serta tunangannya Charles Fitzgerald (25 tahun), Philip (16 tahun),
George (12 tahun), Alexis (6 tahun), Frannie (4 tahun), Teddy (2 tahun), dan
Oona (18 tahun)- pengasuh asal Irlandia. Mereka hendak kembali ke San
Fransisko, California, usai melewatkan beberapa minggu di Inggris, menjenguk
kakak Kate, Vincountess Elizabeth Hickham yang menikah dengan Lord Rupert
Hickham di Havermoor Manor, sekaligus mengundang mereka dalam pesta pernikahan
Edwina dan Charles di bulan Agustus. Kebahagiaan dan kegembiraan merupakan
suasana yang menyelimuti keluarga ini dan tentunya para penumpang kapal Titanic
lainnya. Tanpa seorang pun tahu secara tepat bagaimana malapetaka muncul
sedemikian cepat di hadapan mereka, peristiwa mengerikan itu pun terjadi.
Dari
bayangan adegan-adegan film Titanic, kisah yang dituturkan oleh penulis pun
memiliki beberapa kesamaan. Bahwa musibah yang menimpa Titanic saat menabrak
gunung es seharusnya bisa dikendalikan dan diatasi tanpa memakan begitu banyak
korban. Dari ketidak-pedulian pemilik (saham) kapal yang juga berada di atas
kapal, hingga memerintahkan kapten kapal untuk tidak memperhatikan peringatan-peringatan
dari kapal-kapal lain akan jalur gunung es yang berbahaya, bahkan membiarkan
kecepatan kapal yang sengaja dipacu agar bisa tiba sesuai target, bisa jadi
merupakan awal penyebab kapal ini ‘menabrak’ gunung es hingga menyebabkan
kebocoran parah di dasar kapal. Faktor lain, menyangkut ulah juru radio yang
menyebabkan komunikasi dengan kapal lain (terutama kapal yang posisinya paling
dekat dengan Titanic), mematikan radio penghubung hingga pesan SOS yang
terkirim tidak tersampaikan tepat waktu.
Dan
yang paling mengerikan, mengingat kapal itu memuat jumlah penumpang beserta
awak yang cukup banyak dibanding kapal biasa, ternyata tidak ada pelatihan
khusus untuk kondisi darurat, dan perlengkapan penyelamat termasuk sekoci,
tidak dipersiapkan sesuai kebutuhan. Saat situasi kacau balau dan semua pihak
serba panik, korban mulai berjatuhan, dan pada akhirnya jumlah sekoci yang
berhasil diturunkan tidak sebanding dengan jumlah manusia yang seharusnya bisa
terselamatkan. Kekacauan ini pula yang menyebabkan anggota keluarga Winfield
terpisah satu sama lain. Edwina yang bersama George, Fannie dan Teddy merupakan
rombongan pertama yang turun melalui sekoci. Kaum pria dewasa dan remaja wajib
tinggal menunggu semua perempuan dan anak-anak berhasil naik dalam sekoci.
Kisah
bergulir dengan cepat, saat akhirnya penyelamatan dilakukan, sudah terlalu
banyak korban tewas. Edwina bersama ketiga adiknya nyaris kehilangan Philip dan
Alexis, dan kedua orang tua mereka beserta Charles – tunangan Edwina, tidak
dapat diselamatkan. Situasi berganti dengan masa penuh penderitaan dan
penyesuaian bagi anggota keluarga Winfield yang selamat. Edwina sebagai anak
sulung mengemban tanggung jawab mengurus adik-adiknya, berperan sebagai
pengganti kedua orang tuanya. Jujur, di sini diriku mampu merasakan beban
Edwina, terutama saat ia mengetahui ibu mereka seharusnya bisa naik dan bersama
mereka di kapal sekoci, namun justru ‘memilih’ bersama suaminya, dengan alasan
tidak sanggup hidup tanpa beliau. Wuahhh ... jadi teringat kasus Anna Karenina
lagi nih, jika hal itu dimaksudkan sebagai adegan romantis – maka diriku justru
merasakan hal itu pencerminan sikap egois Kate Winfield.
Jika
benar ia merupakan ibu yang menyayangi anak-anaknya, mengapa sedemikian tega
melepas kesempatan membantu kelangsungan hidup anak-anaknya. Di sini diriku
nyaris tidak berniat melanjutkan kisah ini, namun rasa penasaran muncul,
bagaimana Edwina mampu melanjutkan tanggung jawab kedua orang tuanya, dengan
adik-adik yang juga masing-masing memiliki masalah pribadi. Kelanjutan kisah
ini masih cukup panjang, karena mengikuti jejak dan perkembangan anggota
keluarga Winfield hingga mereka beranjak dewasa, terlibat dalam perang dunia
melawan Jerman, kematian salah seorang di antara mereka, hingga karir dan masa
depan yang menanti mereka satu demi satu. Karakter yang paling bermasalah
adalah Alexis, yang digambarkan mengalami trauma berat akibat kehilangan
ibunya, proses mengerikan yang ia alami saat terpisah dari keluarganya di
tengah kekacauan penyelamatan Titanic.
Tentang Penulis :
Danielle Steel, lahir pada tanggal 14 Agustus 1947,
terlahir dengan nama Danielle Fernandes Dominique Schuelein-Steel, dikenal
sebagai penulis asal Amerika yang terkenal dengan novel-novel bergenre romance
dan drama. Sampai dengan tahun 2005, karya-karyanya telah terjual lebih dari
800 juta copy di seantero dunia dan menempati posisi ke-4 sebagai bestselling author,
serta senantiasa menduduki rating dalam New York Times Bestseller, sekaligus
telah diadaptasi dalam berbagai serial / drama televisi.
Dibesarkan oleh sang ayah ketika kedua orang tuanya
bercerai saat ia baru berusia 8 tahun, maka masa kecilnya dihabiskan antara
kota New York dan keliling Eropa (paling sering di Prancis). Semenjak kecil, ia
suka menulis puisi, namun kegemarannya akan dunia tulis-menulis baru terwujud
saat ia bercerai dari suami pertama Claude-Eric Lazard, yang dinikahinya pada
usia 18 tahun. Dan pada tahun 1972, novel pertamanya “Going Home” yang berfokus pada kisah rumah tangga dan hubungan
antar manusia. Menyusul novel kedua dan ketiga : “Passion’s Promise” dan “Now
and Forever” yang mengalami
kesuksesan, berbeda dengan hubungan pribadinya dengan kaum pria.
Dengan novel-novel yang telah diterjemahkan lebih
dari 28 bahasa dan beredar di lebih dari 47 negara, tak heran jika beliau masuk
dalam daftar Guinness Book of World Records pada tahun 1989 sebagai penulis
yang karyanya berada di posisi puncak New York Times Bestseller selama 381
minggu berturut-turut. Hingga kini, beliau telah merilis novel yang ke-86 di
tahun 2012, di luar karya tulis non-fiksi serta berbagai serial cerita
bergambar untuk anak-anak, dan tampaknya
tidak akan berhenti sampai disini. Dengan 24 judul novel yang telah diadaptasi
sebagai film, dan menyusul novel ke-25
berjudul ‘Hotel Vendome’ yang sedang dikerjakan untuk rilis pada tahun
2013.
[ more about the author &
related works, just check at here : Danielle Steel (USA) | Danielle
Steel's Blog | Danielle
Steel (UK) | at Random House | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Twitter | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/