Books
“PESAN DARI NAM”
Judul Asli : MESSAGE FROM NAM
Copyright © 1990,
2004 by Danielle Steel
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Thress
Susilawati
Desain sampul :
Marcel A.W.
Cetakan I :
Januari 2005 ; 504 hlm ; ISBN 978-979-22-1155-9
Harga
Normal : Rp. 60.000,-
Rate
: 4 of 5
Perang
bukanlah tema yang mudah ditelaah, terlepas dari konteks apakah hal itu
bertujuan demi kebaikan atas sebaliknya, karena korban jiwa yang berjatuhan
pada kedua belah pihak dipastikan merupakan kehilangan tersendiri yang tidak
bisa digantikan oleh apa pun bagi keluarga yang ditinggalkan. Jika Perang Dunia
merupakan tema yang acapkali muncul, entah mengapa topik seputar Perang Vietnam
cukup jarang kujumpai. Dan membaca kisah ini, bisa kupahami, mengapa cukup
banyak pihak ‘enggan’ memgungkit perang yang berkepanjangan, menyeret korban
yang tak terhitung, mayoritas bisa dikatakan terbilang kanak-kanak karena
sangat belia. Apa sebenarnya Perang Vietnam yang bisa dikatakan sebagai ‘aib’
bagi bangsa Amerika ini ?
Melalui
karakter Paxton Andrews – gadis cantik nan menarik yang sepanjang hidupnya
dihabiskan di Savannah, Georgia, kehidupan kaum Selatan yang penuh dengan
rutinitas dan tata krama sosial, sungguh membosankan dan membuat dirinya
bertekad untuk segera keluar dari tempat itu. Hal ini didukung dengan situasi
kediaman keluarganya, yang tidak pernah sama setelah kematian ayahnya akibat
kecelakaan fatal. Sifat Paxton yang bebas dan menyukai gairah kehidupan, sangat
cocok dengan ayahnya, dan bertolak-belakang dengan ibu serta kakaknya, yang
cenderung dingin, menjadi jarak dan senantiasa berusaha bersikap santun dalam
segala hal.
Kesempatan
pertama ia peroleh saat meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Alih-alih masuk ke perguruan tinggi di kotanya, sesuai idaman sang ibu, Paxton
memilih Universitas Berkley di San Francisco yang cukup jauh. Di sini pula ia
bertemu dengan kakak beradik Gabrielle ‘Gabby’ Wilson dan Peter Wilson yang
merubah impian masa depannya. Gabby menjadi sahabat dekat sekaligus teman
sekamar yang ia sayangi. Dan sang kakak, Peter telah menaruh hati semenjak awal
perjumpaan mereka, dan dengan keuletan ia berhasil menaklukan hati Paxton. Rencana untuk bertunangan dan menikah,
menunggu Paxton lulus, ternyata tidak bisa terlaksana karena Peter mendapat panggilan
untuk ikut dalam Perang Vietnam.
Tragedi
langsung terjadi tatkala Peter dinyatakan tewas dalam waktu singkat
kedatangannya di medan perang, dan penyebab kematiannya akibat ‘friendly-fire’
menambah kepedihan keluarga Wilson dan Paxton. Stress dan penuh kedukaan,
Paxton berubah menjadi sosok penuh dendam dan amarah pada perang yang
berkepanjangan. Alih-alih berusaha meneruskan kehidupannya, ia keluar dari
kuliah dan ‘meminta’ pekerjaan pada ayah Peter yang kebetulan pemilik surat
kabar ternama, agar ia bisa berangkat sebagai jurnalis langsung di medan
perang. Paxton Andrews yang baru berusia 22 tahun, gadis cantik dan menarik
yang menghabiskan waktunya di kota besar, berangkat menuju Saigon sebagai
reporter perang untuk The Morning Sun.
Message from Nam’
merupakan kisah yang menyentuh dan penuh pergolakan. Berbagai pertanyaan muncul
di benakku sepanjang kisah ini, menyambut lontaran-lontaran ‘tanda tanya’ yang
diberikan oleh penulis melalui karakter Paxton Andrews yang berangkat sebagai
gadis polos penuh tekad dan mendapati tidak semua pertanyaan bisa terjawab
dengan lugas – terutama menyangkut apa sebenarnya makna pilihan yang diambil
oleh orang-orang yang terlibat dalam permainan hidup-mati tiada akhir. Jujur,
baru kali ini diriku terpana menyadari sesuatu yang sebenarnya sudah ada di
benakku, namun muncul kembali dengan sentakan kuat melalui narasi-narasi yang
dibuat oleh penulis.
Seperti
pembukaan awal pertanyaan Paxton pada orang-orang yang bisa pulang ke keluaga
mereka usai menunaikan tugas, namun memilih kembali terjun ke medan perang
untuk kedua, ketiga, keempat kali hingga mendadak maut merenggut mereka untuk
selamanya, sungguh mengejutkan, menyentuh sekaligus mengerikan. Kaum pria muda
bahkan masih berusia belasan, tanpa pengalaman dan pengetahuan, dijadikan
korban permainan politik di kalangan atas, untuk tewas nyaris sia-sia di medan
tempur. Persatuan dan persahabatan unik yang terjadi di antara pasukan tersebut,
melebihi keinginan untuk bela negara, karena mereka sepenuhnya sadar tidak akan
ada kemenangan dalam waktu dekat sebagaimana yang digempar-gemborkan oleh
kalangan petinggi hingga Presiden di depan khalayak umum.
Propaganda
awal yang dicetuskan oleh Presiden Nixon dengan dalih membantu pemerintahan
Vietnam Selatan menegakkan hukum dan keadilan melawan pihak Vietnam Utara,
membuat ribuan kaum pria berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai sukarelawan
menuju medan perang di belahan dunia lain. Uncle Sam’s calling all men – salah satu
contoh propaganda yang kuingat melalui film yang kebetulan bertema serupa. Dari
pandangan awam – pasukan angkatan darat Vietnam Selatan yang terlatih, dipastikan
berada di pihak yang akan menang, apalagi dengan sokongan dan bantuan
pemerintah Amerika Serikat, yang juga memiliki agenda ganda dengan mendukung
pecahnya perang di Vietnam – menilik posisi strategis mereka yang berpengaruh
pada kepentingan Cina maupun Rusia.
Di
luar dugaan, pasukan Vietnam Utara yang dikenal sebagai Viet Cong atau VC (Victor
Charlie – kode yang diberikan oleh tentara Amerika) – mayoritas terdiri dari
petani dan buruh miskin, ternyata memberikan perlawanan sangat kuat yang
menyebabkan proses yang diduga berjalan singkat, berubah bagai mimpi buruk
berkepanjangan bagi kedua (tiga) belah pihak yang bertarung memperebutkan
kekuasaan atas Vietnam. Jika bisa diibaratkan pertarungan antara David dan
Goliat, maka penduduk Vietnam yang menolak pihak Amerika untuk ikut campur
dalam menentukan masa depan mereka, berbekal tekad besar dan keuletan serta
ketekunan dalam melakukan perang gerilya melalui terowongan bawah tanah dan
sergapan-sergapan di sana-sini, adalah sosok pahlawan David yang memperjuangkan
keyakinan dirinya.
Paxton
Andrews yang memiliki idealisme merubah dunia menjadi lebih baik, berhadapan
dengan fakta dan kebenaran yang memilukan sekaligus membangkitkan semangat.
Jika tujuan pemerintah Amerika mempertahankan perang agar tidak kehilangan muka
karena kalah lebih awal melawan pasukan yang tidak diperhitungkan kekuatannya,
maka prajurit-prajurit Amerika termasuk jurnalis perang yang melihat langsung ‘adegan’
mengerikan di medan tempur, masing-masing memiliki keyakinan kuat bukan sekedar
untuk bertahan tetapi juga menjaga apa yang masih tersisa dari kepingan hati
yang luruh satu demi satu saat mereka menyadari ini adalah perang yang tidak
bisa dimenangkan begitu saja – setidaknya tidak dalam waktu singkat. Dipadu
dengan konflik drama romansa yang dialami Paxton, lebih sebagai ‘bumbu’ bagi
diriku karena tertarik pada kekuatan ‘pesan’ yang muncul sepanjang kisah ini,
ini adalah kisah yang emosional.
Tentang Penulis :
Danielle Steel, lahir pada tanggal 14 Agustus 1947,
terlahir dengan nama Danielle Fernandes Dominique Schuelein-Steel, dikenal
sebagai penulis asal Amerika yang terkenal dengan novel-novel bergenre romance
dan drama. Sampai dengan tahun 2005, karya-karyanya telah terjual lebih dari
800 juta copy di seantero dunia dan menempati posisi ke-4 sebagai bestselling
author, serta senantiasa menduduki rating dalam New York Times Bestseller,
sekaligus telah diadaptasi dalam berbagai serial / drama televisi.
Dibesarkan oleh sang ayah ketika kedua orang tuanya
bercerai saat ia baru berusia 8 tahun, maka masa kecilnya dihabiskan antara
kota New York dan keliling Eropa (paling sering di Prancis). Semenjak kecil, ia
suka menulis puisi, namun kegemarannya akan dunia tulis-menulis baru terwujud
saat ia bercerai dari suami pertama Claude-Eric Lazard, yang dinikahinya pada
usia 18 tahun. Dan pada tahun 1972, novel pertamanya “Going Home” yang berfokus pada kisah rumah tangga dan hubungan
antar manusia. Menyusul novel kedua dan ketiga : “Passion’s Promise” dan “Now
and Forever” yang mengalami
kesuksesan, berbeda dengan hubungan pribadinya dengan kaum pria.
Dengan novel-novel yang telah diterjemahkan lebih
dari 28 bahasa dan beredar di lebih dari 47 negara, tak heran jika beliau masuk
dalam daftar Guinness Book of World Records pada tahun 1989 sebagai penulis
yang karyanya berada di posisi puncak New York Times Bestseller selama 381
minggu berturut-turut. Hingga kini, beliau telah merilis novel yang ke-86 di
tahun 2012, di luar karya tulis non-fiksi serta berbagai serial cerita
bergambar untuk anak-anak, dan tampaknya
tidak akan berhenti sampai disini. Dengan 24 judul novel yang telah diadaptasi
sebagai film, dan menyusul novel ke-25
berjudul ‘Hotel Vendome’ yang sedang dikerjakan untuk rilis pada tahun
2013.
[ more about the author &
related works, just check at here : Danielle Steel (USA) | Danielle
Steel's Blog | Danielle
Steel (UK) | at Random House | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Twitter | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/