Translate

Wednesday, December 30, 2015

Books "MESSAGE FROM NAM"

Books “PESAN DARI NAM”
Judul Asli : MESSAGE FROM NAM
Copyright © 1990, 2004 by Danielle Steel
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Thress Susilawati
Desain sampul : Marcel A.W.
Cetakan I : Januari 2005 ; 504 hlm ; ISBN 978-979-22-1155-9 
Harga Normal : Rp. 60.000,-
Rate : 4 of 5

Perang bukanlah tema yang mudah ditelaah, terlepas dari konteks apakah hal itu bertujuan demi kebaikan atas sebaliknya, karena korban jiwa yang berjatuhan pada kedua belah pihak dipastikan merupakan kehilangan tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh apa pun bagi keluarga yang ditinggalkan. Jika Perang Dunia merupakan tema yang acapkali muncul, entah mengapa topik seputar Perang Vietnam cukup jarang kujumpai. Dan membaca kisah ini, bisa kupahami, mengapa cukup banyak pihak ‘enggan’ memgungkit perang yang berkepanjangan, menyeret korban yang tak terhitung, mayoritas bisa dikatakan terbilang kanak-kanak karena sangat belia. Apa sebenarnya Perang Vietnam yang bisa dikatakan sebagai ‘aib’ bagi bangsa Amerika ini ?


Melalui karakter Paxton Andrews – gadis cantik nan menarik yang sepanjang hidupnya dihabiskan di Savannah, Georgia, kehidupan kaum Selatan yang penuh dengan rutinitas dan tata krama sosial, sungguh membosankan dan membuat dirinya bertekad untuk segera keluar dari tempat itu. Hal ini didukung dengan situasi kediaman keluarganya, yang tidak pernah sama setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan fatal. Sifat Paxton yang bebas dan menyukai gairah kehidupan, sangat cocok dengan ayahnya, dan bertolak-belakang dengan ibu serta kakaknya, yang cenderung dingin, menjadi jarak dan senantiasa berusaha bersikap santun dalam segala hal.

Kesempatan pertama ia peroleh saat meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Alih-alih masuk ke perguruan tinggi di kotanya, sesuai idaman sang ibu, Paxton memilih Universitas Berkley di San Francisco yang cukup jauh. Di sini pula ia bertemu dengan kakak beradik Gabrielle ‘Gabby’ Wilson dan Peter Wilson yang merubah impian masa depannya. Gabby menjadi sahabat dekat sekaligus teman sekamar yang ia sayangi. Dan sang kakak, Peter telah menaruh hati semenjak awal perjumpaan mereka, dan dengan keuletan ia berhasil menaklukan hati Paxton.  Rencana untuk bertunangan dan menikah, menunggu Paxton lulus, ternyata tidak bisa terlaksana karena Peter mendapat panggilan untuk ikut dalam Perang Vietnam.

Tragedi langsung terjadi tatkala Peter dinyatakan tewas dalam waktu singkat kedatangannya di medan perang, dan penyebab kematiannya akibat ‘friendly-fire’ menambah kepedihan keluarga Wilson dan Paxton. Stress dan penuh kedukaan, Paxton berubah menjadi sosok penuh dendam dan amarah pada perang yang berkepanjangan. Alih-alih berusaha meneruskan kehidupannya, ia keluar dari kuliah dan ‘meminta’ pekerjaan pada ayah Peter yang kebetulan pemilik surat kabar ternama, agar ia bisa berangkat sebagai jurnalis langsung di medan perang. Paxton Andrews yang baru berusia 22 tahun, gadis cantik dan menarik yang menghabiskan waktunya di kota besar, berangkat menuju Saigon sebagai reporter perang untuk The Morning Sun.

Message from Nam’ merupakan kisah yang menyentuh dan penuh pergolakan. Berbagai pertanyaan muncul di benakku sepanjang kisah ini, menyambut lontaran-lontaran ‘tanda tanya’ yang diberikan oleh penulis melalui karakter Paxton Andrews yang berangkat sebagai gadis polos penuh tekad dan mendapati tidak semua pertanyaan bisa terjawab dengan lugas – terutama menyangkut apa sebenarnya makna pilihan yang diambil oleh orang-orang yang terlibat dalam permainan hidup-mati tiada akhir. Jujur, baru kali ini diriku terpana menyadari sesuatu yang sebenarnya sudah ada di benakku, namun muncul kembali dengan sentakan kuat melalui narasi-narasi yang dibuat oleh penulis.

Seperti pembukaan awal pertanyaan Paxton pada orang-orang yang bisa pulang ke keluaga mereka usai menunaikan tugas, namun memilih kembali terjun ke medan perang untuk kedua, ketiga, keempat kali hingga mendadak maut merenggut mereka untuk selamanya, sungguh mengejutkan, menyentuh sekaligus mengerikan. Kaum pria muda bahkan masih berusia belasan, tanpa pengalaman dan pengetahuan, dijadikan korban permainan politik di kalangan atas, untuk tewas nyaris sia-sia di medan tempur. Persatuan dan persahabatan unik yang terjadi di antara pasukan tersebut, melebihi keinginan untuk bela negara, karena mereka sepenuhnya sadar tidak akan ada kemenangan dalam waktu dekat sebagaimana yang digempar-gemborkan oleh kalangan petinggi hingga Presiden di depan khalayak umum.

Propaganda awal yang dicetuskan oleh Presiden Nixon dengan dalih membantu pemerintahan Vietnam Selatan menegakkan hukum dan keadilan melawan pihak Vietnam Utara, membuat ribuan kaum pria berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai sukarelawan menuju medan perang di belahan dunia lain. Uncle Sam’s calling all men – salah satu contoh propaganda yang kuingat melalui film yang kebetulan bertema serupa. Dari pandangan awam – pasukan angkatan darat Vietnam Selatan yang terlatih, dipastikan berada di pihak yang akan menang, apalagi dengan sokongan dan bantuan pemerintah Amerika Serikat, yang juga memiliki agenda ganda dengan mendukung pecahnya perang di Vietnam – menilik posisi strategis mereka yang berpengaruh pada kepentingan Cina maupun Rusia.

Di luar dugaan, pasukan Vietnam Utara yang dikenal sebagai Viet Cong atau VC (Victor Charlie – kode yang diberikan oleh tentara Amerika) – mayoritas terdiri dari petani dan buruh miskin, ternyata memberikan perlawanan sangat kuat yang menyebabkan proses yang diduga berjalan singkat, berubah bagai mimpi buruk berkepanjangan bagi kedua (tiga) belah pihak yang bertarung memperebutkan kekuasaan atas Vietnam. Jika bisa diibaratkan pertarungan antara David dan Goliat, maka penduduk Vietnam yang menolak pihak Amerika untuk ikut campur dalam menentukan masa depan mereka, berbekal tekad besar dan keuletan serta ketekunan dalam melakukan perang gerilya melalui terowongan bawah tanah dan sergapan-sergapan di sana-sini, adalah sosok pahlawan David yang memperjuangkan keyakinan dirinya.

Paxton Andrews yang memiliki idealisme merubah dunia menjadi lebih baik, berhadapan dengan fakta dan kebenaran yang memilukan sekaligus membangkitkan semangat. Jika tujuan pemerintah Amerika mempertahankan perang agar tidak kehilangan muka karena kalah lebih awal melawan pasukan yang tidak diperhitungkan kekuatannya, maka prajurit-prajurit Amerika termasuk jurnalis perang yang melihat langsung ‘adegan’ mengerikan di medan tempur, masing-masing memiliki keyakinan kuat bukan sekedar untuk bertahan tetapi juga menjaga apa yang masih tersisa dari kepingan hati yang luruh satu demi satu saat mereka menyadari ini adalah perang yang tidak bisa dimenangkan begitu saja – setidaknya tidak dalam waktu singkat. Dipadu dengan konflik drama romansa yang dialami Paxton, lebih sebagai ‘bumbu’ bagi diriku karena tertarik pada kekuatan ‘pesan’ yang muncul sepanjang kisah ini, ini adalah kisah yang emosional.

Tentang Penulis :
Danielle Steel, lahir pada tanggal 14 Agustus 1947, terlahir dengan nama Danielle Fernandes Dominique Schuelein-Steel, dikenal sebagai penulis asal Amerika yang terkenal dengan novel-novel bergenre romance dan drama. Sampai dengan tahun 2005, karya-karyanya telah terjual lebih dari 800 juta copy di seantero dunia dan menempati posisi ke-4 sebagai bestselling author, serta senantiasa menduduki rating dalam New York Times Bestseller, sekaligus telah diadaptasi dalam berbagai serial / drama televisi.

Dibesarkan oleh sang ayah ketika kedua orang tuanya bercerai saat ia baru berusia 8 tahun, maka masa kecilnya dihabiskan antara kota New York dan keliling Eropa (paling sering di Prancis). Semenjak kecil, ia suka menulis puisi, namun kegemarannya akan dunia tulis-menulis baru terwujud saat ia bercerai dari suami pertama Claude-Eric Lazard, yang dinikahinya pada usia 18 tahun. Dan pada tahun 1972, novel pertamanya “Going Home” yang berfokus pada kisah rumah tangga dan hubungan antar manusia. Menyusul novel kedua dan ketiga : “Passion’s Promise” dan “Now and Forever”  yang mengalami kesuksesan, berbeda dengan hubungan pribadinya dengan kaum pria.

Dengan novel-novel yang telah diterjemahkan lebih dari 28 bahasa dan beredar di lebih dari 47 negara, tak heran jika beliau masuk dalam daftar Guinness Book of World Records pada tahun 1989 sebagai penulis yang karyanya berada di posisi puncak New York Times Bestseller selama 381 minggu berturut-turut. Hingga kini, beliau telah merilis novel yang ke-86 di tahun 2012, di luar karya tulis non-fiksi serta berbagai serial cerita bergambar untuk anak-anak,  dan tampaknya tidak akan berhenti sampai disini. Dengan 24 judul novel yang telah diadaptasi sebagai film, dan menyusul novel ke-25  berjudul ‘Hotel Vendome’ yang sedang dikerjakan untuk rilis pada tahun 2013.

[ more about the author & related works, just check at here : Danielle Steel (USA) |  Danielle Steel's Blog | Danielle Steel (UK) | at Random House | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Twitter | at Facebook

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...